"Kim Nara,"Gue menoleh ketika tengah fokus mengarsir lukisan. Hanya mengerjap, ditambah pupil gue yang membesar karena Haechan datang ke kampus gue.
Gue menalan saliva, lalu menaruh pensil diatas meja. "Kok bisa disini?" Tanya gue pelan.
Dia jalan mendekat dan duduk dikursi yang berada didepan meja gue. Kebetulan ada disana karena tadi anak - anak kelas pada ngerumpi didepan meja gue.
Sekarang kondisi kelas cuma ada gue, dan juga Haechan pastinya.
"Mampir doang. Lo bikin apa?"
Gue natap Haechan sebentar. Haechan kelihatan biasa aja, dan kayanya dia emang ngelupain hal tempo lalu itu. Jadi gue disini tersenyum membalas pertanyaannya.
"Figuran laki - laki. Ini tugas gue yang ketiga karena kemarin gagal lagi."
Haechan cuma smirk doang. "Gambaran lo emang gak pernah bagus dari dulu."
"Gak usah ngeledek deh. Dulu siapa yang minta tolong buat gambarin sepeda gunung?"
Dia nunduk dan ketawa. "Sialan lo. Gue kesini mau ngajak lo makan siang. Lo belom makan kan?"
Alhasil gue menggeleng. "Kebetulan gue pengin, ayam pedes."ucap gue yang diakhiri dengan cengiran. Haechan kemudian berdiri dan bantuin gue kemasin alat - alat beserta yang lainnya. Gue yang lihat itu senyum senang lalu ngebersihin sisa - sisa sampah yang menurut gue gak berguna.
Kami keluar kelas yang keadaannya cukup ramai tapi gak ada yang sadar juga kalau Haechan bukan mahasiswa di kampus ini.
Gue menggenggam buku gambar ditangan gue karena memang gak cukup kalau gue masukin ke tote bags.
"Ada cewe yang suka sama gue."
Langsung menoleh ketika Haechan mengucapkan kalimatnya. Gue awalnya diam karena gak tau harus bereaksi seperti apa.
Kami menuruni anak tangga sambil Haechan noleh ke gue juga. "Di tempat gue kerja ada yang suka sama gue. Tapi gue gak tau harus gimana."
Langkah kami berhenti. "—ya, kenapa, gak lo coba aja?"
Tatapan kami masih saling beradu. Mungkin hampir 20 detik, cukup lama, kan? Gue langsung berdeham dan ketawa canggung. "Maksud gue, lo coba buka hati untuk dia? Bisa aja dia cewe yang baik untuk lo."
Haechan tersenyum tipis, tapi jatohnya dia kaya smirk gitu. "Gue akan coba. Tapi gue takut malah nyakitin perasaannya nanti."
Gue menoleh ke kanan karena ada orang yang mau lewat, jadi gue menarik tangan Haechan supaya kita gak menutupi jalan banget. Sampe gue posisinya udah nyender sama pembatas besi ditangga ini.
"Lo bisa coba pelan - pelan, jangan cuma berdiam diri sama masa lalu, lo juga harus lihat ke masa depan. Bener, kan?" Ucap gue meyakini.
Gue kemudian tersenyum lalu mengerucutkan bibir bawah. "Jadi makan gak sih? Gue udah laper nih..."
YOU ARE READING
PRECIOUS BOY | LEE JENO
FanficTanda kutip disetiap antara satu kata dan kalimat itu bisa berarti beda dari apa yang dimaksud sebenarnya.