Karena banyak yang minta aku up sekarang aja.
"Darimana asalmu (Name)?"
(Name) yang ngekorin Venti jalan-jalan mengangkat bahu. "Tempat yang sangat jauh. Kau tidak akan tau."
"Luar Mondstand?"
"Lebih jauh lagi."
"Liyue? Inazuma? Fontaine? Sumeru? Natlan? Snezhaya?"
"Bukan."
"Luar angkasa? Antah berantah?"
"Bukan."
"Terus darimana dong?!"
"Dari bumi." Venti menaikkan alis.
"Kubilang juga kau gak akan tau, kan." (Name) tertawa melihat wajah kesal Venti.
"Mou, (Name) gitu ah."
Diluar dugaan, mereka cepat akrab. Mungkin karena sama-sama miskin dan sengklek.
"Umurmu berapa?"
"Kupikir penyair sepertimu harusnya tau tidak baik menanyakan umur pada wanita."
"Tapi kau masih remaja."
"Benar juga."
Venti hampir melempar (Name) ke negara sebelah kalau saja dia tidak ingat lawan bicaranya hanyalah seorang remaja perempuan yang polos.
"Sabar Venti sabar anak sabar disayang archon eh aku bukan anak-anak terus aku sendiri kan archon ya."
Tp kalo tau dia remaja ya ngira2 aja bisa, kenapa nanya?
Biar dapet kepastian -Venti
Pasti riwayat cintamu digantungin -(Name)
Iya, soalnya dia ga peka tingkat archon jadi harus beneran bilang dulu sama digas baru dia ngerti -Venti
Btr ini jadi sesi ngobrol out of naskah sih.
"Ah, ada apel." Venti berjinjit mencoba memetik apel yang posisinya cukup tinggi itu. Lebih tinggi dari badannya.y
(Name) memanjat dari sisi lain pohon. Dia sudah ahli, soalnya rumahnya dibatesin tembok tinggi setinggi tembok maria.tdk dan dia suka nyolong rambutan tetangga makanya jadi pro manjat.
Kosplei jadi monyet.g
"Sepertinya (Name)-chan sangat terlatih memanjat."
Venti menerima apel yang (Name) lemparkan dari atas. (Name) melompat turun membawa 2 apel lagi.
"Dulu gw sering nyolong rambutan tetangga jadi udah biasa." Venti sweat drop.
Sesat.
Mereka duduk santai dibawah pohon, memakan apel tersebut.
"Venti tau rasanya mati?"
"Enggak. Aku kan belom pernah mati."
"Mati suri ga pernah?"
"Kalo pernah mungkin aku udah trauma seumur hidup."
Kamu hidup kan ribuan tahun... Bakal trauma ribuan tahun gitu?
"Venti takut mati?"
"Hmm, entahlah. Sepertinya masih lama juga. Yah, aku terbiasa kok."
Mereka kembali diam. Suara kunyahan mengisi hening.
"Sebentar, terbiasa apa?" (Name) menoleh, menatap Venti.
"Eh? Maksudnya aku siap-siap saja kalau mati. Sudah biasa mikir, 'kalau mati, aku gimana ya?' gitu dan aku nggak tau jawabannya, jadi ya biasa saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
No Title [HIATUS]
Fiksi PenggemarFANFIC HIATUS DIKARENAKAN IDE AUTHORNYA SEDANG BUNTU Dimulai dengan kepleset. Belum cukup sampai situ, heroine kita ini kena kesialan beruntun sampai dia mati. Seorang malaikat tak jelas asal-usul pun menemuinya dan memberinya 'hadiah' atas perminta...