MALU

30 16 20
                                    

Seragam lusuh, badan lengket, kaki dan tangan serasa patah. Octa merentangkan kakinya sambil bersandar di dinding dengan leluasa. Ingin rasanya ia mandi dan segera berbaring di atas kapuk sambil memejamkan matanya. MPLS yang ia kira tidak sekejam pikirannya ternyata lebih kejam dari pemikirannya.

"Nih makan, lemes mulu badan lu"

Lemparan sebungkus roti diarahkan padanya. Ella, teman semasa SMP Octa yang kini satu sekolah dengannya. Bersikap seenak jidat kepada Octa sudah hal biasa untuknya.

"Enak ya di hukum ?"

"Pala lu enak. Malu lah"

"Sabarin aja. Biasa senior mah gitu, nggak mau ngakuin kesalahannya. Maunya seenak jidat"

"Siapa yang kalian bilang seenak jidat ?!"

Ah. Lagi-lagi senior satu ini, gadis cantik bak selebgram terkenal yang merasa paling wah di sekolah ini. Octa memutar bolanya malas. Sementara Ella hanya memandangi senior di sampingnya itu.

"Kenapa kak ?" Tanya Ella polos

"Merasa tersindir ya ?" Sambungnya

Octa terkejut dengan perkataan Ella. Mentalnya benar-benar kuat. Tidak habis pikir. Octa terkadang harus berpikir secara  berlipat-lipat untuk bertutur kata dengan senior walau dirinya tidak salah, sementara Ella?. Wow.

"Tidak sopan ya. Masih MPLS saja belagu, kalau udah jadi siswa gimana nantinya ? Mau jadi bos lu dek ?"

"Pertanyaan yang bagus. Kita adik kelas tahu bagaimana cara kita untuk sopan terhadap senior. Tapi senior tahu diri juga dong. Jangan mentang-mentang kalian senior ngehukum adik kelas gak pakai otak. Merasa paling wah. Apalagi nih matanya. Bisa gak kak nggak usah lirak - lirik!!"

Wow. Jiwa Octa bergetar. Ia ingin memberi tepuk tangan kepada Ella sebagai bentuk apresiasi keberaniannya. Seluruh kantin tertuju pada mejanya. Sorakan bangga peserta MPLS di tunjukkan ke Ella.

"Wow. Emejing la. Gila mental lu dari baja apa gimana? . Gue apresiasi lu, waw mejing" batin Octa tak habis-habisnya.

Jari telunjuk senior tersebut di arahkan ke Ella. Sorot amarah pada matanya begitu terlihat. Ella nampak tenang sambil menikmati gorengan miliknya.

"Awas kalau udah beneran masuk sekolah. Ini masih MPLS, jadi kalian berdua aman"

"Nggak usah bawa temenku kenapa? Yang ngatain aku bukan temenku" cela Ella

"Ouhh berani juga ya"

Ella nampak bodoamat. Senior meninggalkan nya sambil menggerutu tidak jelas.

"Wuaooooo" Sorakan satu kantin terpengaruh jelas di telinga Ella dan Octa.

Bagai dapat kabar gembira. Ella dengan bangga tersenyum senang. Sinting. Tentu saja, itu yang Octa pikirkan.

"La. Nggak takut kalau nanti di hukum ?"

"Lah ngapain takut kalau aku ndak salah. Emang kenyataannya gitu kan. Udah santai aja"

Octa hanya menghela napas sambil mengelus dadanya. Walau dirinya terkadang suka mencibir senior waktu SMP, tapi dirinya tidak pernah sampai melakukan hal yang Ella lakukan. Baginya, hal tersebut mengundang masalah besar.

🍂🍂🍂

Octa merebahkan tubuhnya pada kasur kesayangan. Matanya terpejam otaknya berputar memikirkan sahabatnya yang tengah berbaring di rumah sakit. Mendapat kabar dari Dasha bahwa kondisi Nila semakin memburuk membuatnya ikut khawatir akan sahabatnya.

Apa jadinya Jika SMK ketemu SMA ? || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang