two, déjà vu

763 213 14
                                    

"jihan kemana, sih?"

pemuda tan itu tak berhenti menggerutu sambil mengerucutkan bibirnya. pasalnya, gadis anindya itu masih belum menampakkan batang hidungnya, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 10.

ngomong-ngomong, mereka batal berangkat berempat dikarenakan hari ini bertabrakan dengan jadwal sparing junghwan dan dohyon.

ponselnya bergetar pelan, menandakan ada sebuah pesan yang masuk. pemuda tan itu segera menjulurkan tangannya untuk mengambil benda pipih tersebut dari nakas.

jihansu
online

| jew cintaku sorry nih gue ada urusan mendadak
| lo sendiri gapapa kan?

brengsek, dikerjain gue, batinnya kesal.

jari jemarinya mengetikkan beberapa kalimat untuk membalas pesan jihan, sebelum ia melangkahkan kedua kaki jenjangnya menuju garasi.

dirinya sempat bimbang saat memilih kendaraan, namun pilihannya jatuh pada woopy — vespa antik berwarna kuning pemberian sang ayah, sewaktu dirinya bertambah usia tahun lalu.

setelah menempuh perjalanan panjang, kini jeongwoo telah duduk di pujasera kampus, yang letaknya tak jauh dari sebuah vending machine.

mata serigalanya menelisik ke seluruh sudut, agaknya terpesona dengan desain arsitektur gedung salah satu universitas terbaik seantero bandung tempat ia berada saat ini.

senyumnya merekah seketika, saat netranya menangkap sesosok pemuda bertopi beanie yang tengah berjalan mendekat ke arah vending machine.

"halo, kak jaehyuk!"

sapaan jeongwoo membuat pemuda bagaskara itu terlonjak kaget. ia bahkan hampir menjatuhkan kaleng soda yang sedang ia genggam, kalau saja refleknya lamban.

melihat hal itu, jeongwoo langsung meringis bersalah. "aduh, maaf."

"gapapa, gapapa." jaehyuk tersenyum manis, sangat manis hingga kedua lesung pipinya nampak. "by the way, ngapain nyariin gue? mau minta foto, nih?"

pede banget, untung ganteng,

"bukan, kak." pemuda september itu menggeleng canggung. "mau ngobrol bentar, bisa?"

detik selanjutnya, dua anak adam itu terlihat duduk saling berhadapan di pujasera, tepatnya tempat duduk jeongwoo sebelumnya.

setelah berbincang-bincang sebentar, jaehyuk baru mengerti tujuan mengapa si manis menemuinya.

"bisa, kan? masalah upah, kalo kurang nanti bisa dibicarain lagi, kok!"

ada segelintir penyesalan dalam hati jeongwoo setelah berkata demikian. sepertinya dia terlalu bersemangat, sampai lupa sosok di depannya ini tidaklah mempermasalahkan upah.

lain sisi, jaehyuk melipat bibirnya. ia merasa tidak enak menolak tawaran jeongwoo, sedangkan ia sendiri merasa tak berhak mengambil keputusan dalam hal ini.

yang lebih tua menghela nafasnya pelan, "gini, jew. gue pribadi mau banget nerima tawaran lo, tapi disini gue ga berhak ngambil keputusan seenaknya."

"so, what does it mean?"

"coba lo ngomongin ini sama haruto. lo tau haruto, kan?" jeongwoo mengangguk ragu. "nah, bentar lagi dia kesini, lo tunggu aja di parkiran."

mata jeongwoo menyipit, curiga dengan penuturan sosok di depannya. "beneran? lo engga lagi mau nipu gue, nih?"

jaehyuk tergelak mendengar pertanyaan polos yang terlontar dari bibir yang lebih muda. ah, jeongwoo benar-benar lucu di matanya.

"beneran, lah! masa ganteng gini lo kira penipu." gelak tawa jaehyuk memudar. "anyway, it's fun to talk with you, jew. semoga haruto nerima tawaran lo, deh, biar kita bisa ketemu lagi."

"amin! makasih banyak, kak!"

setelah pamit undur diri, jeongwoo mulai melangkah menuju tempat parkir, mengikuti apa yang disarankan oleh jaehyuk tadi.

sedangkan oknum yang memberi saran masih betah diam di tempatnya, menatap penuh arti punggung lebar jeongwoo yang menjauh, hingga menghilang perlahan termakan jarak.

"selera lo banget, to."

pemuda april itu memukul stir mobilnya keras, berusaha meluapkan amarahnya disana. nafasnya terdengar memburu, kilat matanya terlihat seolah-olah dapat membunuh siapapun yang menatapnya.

"you're such a dumbass, haruto."

amarahnya perlahan mereda, haruto kini menyandarkan seluruh tubuhnya pada jok mobil.

"gue ga ada apa-apanya dibanding dia sekarang, ya?" gumamnya lirih. "emang harusnya dari awal kita ga pernah ketemu, kak."

matanya terpejam, seiring dengan rasa kantuk yang menyerangnya.

persetan dengan apa yang akan yedam lakukan jika mengetahui dirinya memilih melewatkan kelas, yang sekarang ia butuhkan hanyalah ketenangan.

namun ternyata, sang dewi keberuntungan sedang tidak berpihak pada dirinya.

"p—permisi, kak... haru?"

tunggu, haruto merasa déjà vu sekarang.

everything seems hard for us these days, but please hang in there a lil bit longer

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

everything seems hard for us these days, but please hang in there a lil bit longer. inget kata mas butterfly, it's gonna be alright.

get well soon buat jew's best friend sama gitaris untitled *spoiler* kesayangan kita !

©drifrt

1975Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang