"selamat pagi, bunda cantik!"
tangan jeongwoo melingkar di pinggang sang ibunda yang sedang asyik mengaduk adonan, membuat wanita paruh baya itu sedikit terperanjat akibat kelakuan manja putra sulungnya.
rosé — bunda jeongwoo, segera menghentikan kegiatannya, membalikkan tubuhnya agar dapat melihat wajah tampan putranya lebih jelas.
"tumben bangunnya pagi? katanya hari ini dapet dispen buat ngawasin latihan band buat pensi?"
jeongwoo tersenyum lebar ke arahnya, "deg-degan banget, bun. ga sabar mau liat nontonin latihan mereka, makanya jew bangun pagi."
"masa? bukannya karena mau ketemu aa' yang kemaren nganter kamu pulang itu?"
kedua mata jeongwoo otomatis membola mendengar penuturan sang ibunda. pipinya memanas, tak sengaja mengingat percakapan terakhir antara dirinya dengan haruto di dalam mobil.
"tuh, kan. punya gebetan ga bilang-bilang bunda." goda rosé sambil melangkah menuju wastafel. "saha eta si kasep? baik pisan mau nganterin anak bunda, mana pas turun dipayungin."
"ih, bukan gebetan jew! orangnya galak gitu." bantahnya cepat.
tak ingin membuat putranya semakin malu, wanita cantik itu hanya terkekeh pelan, sebelum kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat terjeda.
di sisi lain, seorang pemuda nampak sedang berbaring dibalut selimut tebalnya. haruto telah terbangun sejak 5 menit yang lalu, namun tubuhnya enggan beranjak dari ranjang.
suara derap langkah kaki mengalihkan atensinya, mendapati sosok jaehyuk yang sedang berjalan mendekat dengan secangkir kopi pada genggamannya.
"bangun, to. kita kudu bersih-bersih studio bawah dulu."
haruto mendengus kesal, "enak banget pagi-pagi udah ngopi gratis di rumah orang, mana semalem gorden gue lo rusakin buat pegangan manjat."
"gorden doang, elah. nyokap lo ga bakalan jatuh miskin beli gorden baru."
kediaman sahabatnya itu sudah seperti rumah kedua bagi jaehyuk, tempat pelariannya tiap kali diusir dari rumah setelah ketahuan berbuat macam-macam.
"lagian lo ngapain balapan segala, sih?"
"sahi ngamuk. gue dikira selingkuh sama kembarannya, padahal winter mau bantuin gue nyiapin surprise anniv kita." keluh si pemuda bagaskara dengan wajah masamnya. "udah, ah, jangan dibahas."
lawan bicaranya itu hanya menganggukkan kepalanya asal, paham betul bahwa jaehyuk sangat sensitif jika menyangkut kekasihnya. maklum, bucin.
tangan haruto meraih ponselnya dari nakas, mengetikkan beberapa kalimat disana. "lo duluan ke bawah, gih. gue mau chat jew bentar."
setelah pesannya berhasil terkirim, haruto kembali menaruh benda pipih itu ke tempat semula. tungkainya mulai berjalan menuju kamar mandi, sebelum pertanyaan jaehyuk menginterupsi langkahnya.
"lo suka sama jew, ya?"
"anjing, ngaco lo." matanya menatap pemuda yang sedang berdiri di ambang pintu itu kesal.
jaehyuk mengendikkan bahunya, "orang goblok juga ngeh. you treat him the same way you treated your ex, gimana gue ga mikir kesana?"
—
taksi online yang ditumpangi jeongwoo kini telah berhenti di kawasan perumahan elit, letaknya tak jauh dari pusat kota. aturan keamanan disana sangat ketat, memaksa dirinya untuk berjalan cukup jauh untuk sampai ke tujuannya.
mulutnya terbuka lebar saat sampai di depan rumah bak istana milik haruto. gerbangnya sedikit terbuka, sepasang kaki jenjang itu mulai melangkah masuk ke dalam.