3 - Usaha

82 14 23
                                    


Mendapat fakta kalau Arga kini berstatus single tidak serta merta membuat Sherly punya celah untuk mencoba masuk ke dalam hidup Arga karena mereka berdua sudah tidak berada di usia untuk pacaran dan bersenang-senang lagi. Ada banyak yang harus dipertimbangkan pada setiap langkah yang harus ia ambil untuk menuju ke dalam hati Arga. Bukan untuk sekedar mampir, tapi kalau bisa tinggal lama.

Sejak mereka saling mengenal dan berintaksi keduanya tidak memungkiri kalau ada perasaan menyenangkan dan nyaman satu sama lain. Mereka selalu berada dalam frekuensi yang sama dan itu membuat keduanya betah untuk terus menghabiskan waktu bersama-sama. Bahkan meski hanya duduk bersebelahan di dalam kelas dan mengikuti kelas perkuliahan, itu pun tetap terasa menyenangkan karena Sherly selalu punya ide untuk membuat atmosfir serius menjadi sedikit tidak membosankan.

Biasanya di tengah-tengah perkuliahan sekitar pukul lima sore itu mulai memancing rasa kantuk. Oleh sebab itu, biasanya Sherly akan mengunyah kopiko lalu menawari Arga namun sore ini tidak sama sekali.

"Kamu kok diem aja sih dari tadi?" bisik Arga dari kursi sebelah Sherly di tengah-tengah dosen memberikan presentasi.

"Kan lagi presentasi, Ga." Kemudian dengan sengaja Sherly agak mencodongkan tubuhnya hingga berada sedikit lebih dekat dengan Arga. "Aku masih nggak enak soal yang tadi. Aku beneran sungkan sama kamu, Ga."

"Idih... Santai aja. Lagipula yang putus aku kenapa kamu yang pusing?"

"Nggak enak aja."

"Ya udah. Biar enak, besok-besok bawain aku nasi padang lagi tapi lauknya ayam pop ya. Kalo sebungkus, nggak cukup buat bayar tugas yang tadi." Kemudian Arga mengedipkan satu matanya sebagai tanda jadi.


❧☙


Seperti yang sudah-sudah, kedai kopi Mas Jeje kini beralih fungsi sebagai center point bagi mahasiswa yang sedang menunggu jemputan atau baru saja drop off. Sebenarnya coffeeshop itu punya nama sendiri tapi anak-anak program magister kebanyakan menyebutnya sebagai kedai Mas Jeje sebagai pemilik yang merangkap sebagai barista di situ.

Selepas perkuliahan sore ini pun Sherly segera bergegas ke kedai kopi untuk menunggu jemputan bro-jeknya (karena hampir setiap hari Daniel mengantar jemput Sherly ke kampus)—lagipula Daniel sendiri yang memberikan predikat itu. Diikuti oleh Arga yang sebenarnya masih ingin menghabiskan waktu untuk berlama-lama ngobrol dengan gadis yang perlahan mencuri perhatiannya itu.

"Besok kamu ada acara nggak, Sher?"

"Besok..." Sherly mencoba mengingat-ingat agendanya di hari Minggu. "Paginya aku ada meeting sama anak-anak sih. Terus ketemu Daniel sebentar, bayar sisa payment hari ini. Mungkin siang atau sore baru free. Kenapa? Mau ngajakin jalan-jalan?" tembak Sherly langsung dengan wajah yang sangat sumringah, lengkap dengan kedua matanya yang membulat dan lesung pipit yang langsung menyempurnakan keceriaan di wajahnya.

"Iya... Aku mau minta tolong ditemenin beli peralatan masak sama bumbu dapur gitu, sih..."

"Boleh, boleh! Kita ketemuan dimana atau kamu mau jemput, nih?"

"Aku jemput aja. Besok kabarin aja kalo urusanmu udah selesai. Nanti aku samperin."

"Okay!" Gantian kali ini Sherly yang mengedipkan sebelah matan sebagai tanda jadi.

Gayung bersambut. Sinyal-sinyal ketertarikan Arga ternyata disambut ramah oleh gadis muda yang perlahan memberi warna baru pada kehidupan melajangnya Arga tersebut. Berlebihan rasanya jika Arga segera melibatkan perasaan dan hatinya saat ini. Namun Arga juga tidak bisa memungkiri kalau rasanya menyenangkan dan hatinya gembira ketika berdekatan dengan gadis itu.

delapanWhere stories live. Discover now