Alhamdulillah moodku membaik, komen-komen mendukung kalian memang ampuh membuatku optimis terus jadi optimal nulis, Heheh. Thankyou so much 😘🥰
Jaga kesehatan ya, patuhi prokes
Semoga datangnya Steve bisa ilangin kegabutan kalian di masa PPKM ini.***
8. Merepotkan kalau sedang ingin bercinta
'Tuan kecil? Apa yang di maksud tuan kecil anak Steve sendiri atau...' begitulah yang dipikirkan Rosy. Antara cemas dan gusar Rosy menatap gerbang sekolah Gerry. Andai dia bisa mengamankan sekedar ponsel dari dalam tasnya. Sekarang Rosy merasa benar-benar seperti kelinci tersesat di wilayah predator tanpa senjata.
Dia ingin bertanya apakah mereka di sini untuk menjemput Gerry, tapi dia takut jadi gegabah. Bisa saja mereka di sini untuk orang lain. Rosy berhati-hati, tidak ada untungnya membuat si pria gila di sebelahnya ini tahu, bahwa ini adalah sekolah Gerry. Tidak baik kalau Steve terlibat dengan Gerry terlalu jauh kalau melihat ketertarikan putranya pada Steve.
Rosy melirik Steve, pria itu masih berbincang santai dengan pria di ujung telepon. Maksudnya hanya Steve yang santai, lawannya sudah berkali-kali mengeluarkan nada tak bersahabat, itu lebih kepada geraman, umpatan, dan raungan tertahan.
Saat Tim keluar dari balik pintu gerbang, Rosy melihat~
~Gerry?
Jadi yang dipanggil tuan kecil tadi dan diakui sebagai putra oleh Steve tadi adalah putraku? Batin Rosy berkecamuk. Wajah wanita itu jadi kebas sangking campur aduk rasa di hatinya. Apakah Steve...?
Berbeda dengan Gerry, tersirat raut senang pada wajah coolnya walau bocah itu tutupi dengan mimik pongah. Gerry bukan tipe anak yang mudah akrab, itu mirip seperti dirinya. Sedangkan sikap defensif cenderung dingin pada orang tak dikenal itu jelas mirip dengan...
Tanpa sadar Rosy melirik Steve yang menatap Gerry dengan senyum kecil dan tatapan mata yang dalam.
"Mami...!" Gerry yang memasuki mobil bagian depan pada sisi penumpang menyadarkan pikiran Rosy.
"Hay sayang," dirinya mendekat pada Gerry agar anak itu mencium pipi Rosy. Yang membuat Rosy ingin memutar bola mata adalah saat mata Gerry berbinar kala melihat pada Steve yang menyapanya dengan senyuman hangat.
"Bagaimana keadaanmu sekarang, Pap?" Ucap Gerry pada Steve yang membuat tubuh Rosy menegang. Entah kenapa perut Rosy terasa mulas dan badannya jadi panas dingin. Kenapa Gerry memanggil Steve pap? Apa maksudnya Papi?
"Gerry, paman Steve masih dalam panggilan telpon. Duduklah yang tenang." Rosy menegur Gerry agar bertingkah sopan.
"Its okey My Rosy. Kemarilah bocah, Papi ingin mengenalkan dirimu pada kerabat papi."
Rosy mendengus, "Papi?" tanyanya pada Steve dengan pandangan bertanya. Dia sedang meracau atau bagaimana? Kesal Rosy dalam hatinya.
Steve tergelak tertahan akan kebingungan Rosy, raut permusuhan begitu tampak dari ekspresi si bu dokter pada dirinya. Tapi Steve tak sedikitpun merasa terancam. Justru di mata boss geng itu, mimik Rosy terasa menggelitik perutnya. Benar-benar 'bikes' alias bikin gemes, batin Steve.
Sayang punggungnya mengalami luka serius yang tidak mungkin sembuh dalam waktu dekat. Andai dirinya tidak terlatih sejak muda, mana mungkin dia bisa bersikap baik-baik saja selayaknya raja yang duduk dengan gagah dan berkharisma begini di depan lawan, padahal kondisinya tidak baik-baik saja.
Benar sekali, dari pada teman, pria diujung telpon ini lebih pada lawan. Kenapa Steve ceroboh akan memperlihatkan Gerry, jawabnya tidak sekarang. Steve takut Rosy akan jantungan nanti kalau Steve mengatakan alasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss Gangster dan Bu Dokter Indigo
ParanormalSteve Kimm yang hampir mati konyol saat lari dari kejaran musuh, menggedor pintu rumah siapapun demi pertolongan. Siapa sangka seorang bocah tengil lah yang akhirnya membawanya masuk dan membaringkannya pada ranjang berbau kirei. Seakan keberuntun...