©harukyuperiodt, 2021.
•
Keesokan harinya Junkyu memaksakan diri untuk mengikuti mata kuliah saat kondisinya tidak mendukung sama sekali. Suhu tubuhnya mendadak tinggi di pagi hari akibat begadang semalaman. Dia tidak menjawab beberapa panggilan masuk dan pesan singkat dari Haruto.
Jemari lentik Junkyu menyeka keringat yang terus bercucuran di dahinya padahal siang ini agak mendung membuat udara menjadi sedikit dingin. Awan gelap sudah menggantung di langit siap menumpahkan curahan hujan sederas mungkin.
Langkah kakinya di percepatan saat kilat dan gemuruh petir mulai terdengar membuat junkyu sesekali tersentak di tengah acara berlarinya. Saat akan mencapai pelataran balai Fakultas Teknik seseorang menarik lengan kirinya kasar. Secara reflek Junkyu menepis lalu menatap tak percaya si pelaku.
"Haruto?"
Yang dipanggil namanya mengulas senyum kecil. Dia menarik tangan Junkyu dan mengajak lelaki itu berteduh di balai besar. Haruto menyuruh Junkyu untuk duduk sementara dirinya berdiri menjulang di hadapan Sang Pujaan Hati.
Hujan turun begitu deras setelahnya. Menghujami tanah kering dan aspal. Membuat aroma khas yang meneduhkan hati sebagian orang. Junkyu melirik langit begitupun Haruto. Keduanya masing masing memiliki pertanyaan di dalam hati. Berharap sesuatu di atas sana mengerti tanpa dijelaskan.
"Kenapa telepon gua gak di jawab?"
Terkadang Haruto itu terdengar sangat tidak sabaran dan kekanak-kanakan. Namun tolong di maklumi karena ini adalah pertama kalinya dia terang-terangan menyukai seseseorang.
Junkyu menghelai napas membalas tatapan dalam Haruto padanya. Senyum di gambar sedemikian rupa agar Haruto percaya dirinya baik-baik saja. "Kemarin udah ngantuk banget." Setelahnya Junkyu mengutuk dirinya dalam hati.
Entah sadar atau tidak suara Junkyu sedikit bergetar ketika mengatakan nya. Membuat semuanya semakin jelas. Haruto mengulum bibirnya penuh rasa bersalah, "maaf." Ucapnya pelan.
Kelopak mata Junkyu kian membulat. Pemuda itu menepuk pundak yang lebih muda dengan akrab. "Buat apa minta maaf segala?" Tanyanya tertawa canggung.
"Kak, gua udah tau dari kak jihoon." Tawa Junkyu langsung berhenti tergantikan raut kesal penuh emosi.
Haruto mengangkat lengannya menempatkan punggung tangan di dahi Junkyu. Sedikit terkejut walaupun sudah menerka sebelumnya. "Lo gak tidur semalem?"
Tanpa di jawab pun sebenarnya Haruto sudah tahu. Tebakan Jihoon benar. Ada dua opsi yang lelaki Park itu sebutkan saat Junkyu dalam kondisi buruk. Pertama; Junkyu akan menganggap nya sepele dan bertingkah biasa saja. Atau opsi kedua; Junkyu akan melewatkan waktu tidurmya dan tenggelam dalam masalah karena terlalu memikirkannya.
Dengan bibir pucat, mata sayu, dan juga temperatur tubuh yang tinggi namun tetap memaksakan diri menghadiri kelas. Benar kata Yedam sepertinya, jalan pikiran Kim Junkyu itu sulit di tebak.
"Enggak." Jawabnya sembari menyengir seakan ketahuan melakukan kesalahan.
Tangan Haruto terulur mengusak rambut cokelat Junkyu. "Kenapa maksa masuk sih Kak?"
"Nanti tambah sakit lo nya." Bibir Junkyu melengkung kebawah. "Kalau di rumah bosen mending dengerin materi dosen." Ucapnya lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Babysitter [LENGKAP]
General Fiction[ HARUKYU STORIE ] Bukan hanya Aruna Watanabe yang membutuhkan Kim Junkyu, tapi ayahnya juga. ©harukyuperiodt, wattpad 2021.