8

5 2 0
                                    

"Kamu gak tidur dari tadi?" Tanya Afsa sambil memainkan kuku-kukunya.

"Engga lah." Jeno menjawab dengan nada yang dibuat-buat agar nampak menyebalkan.

"Kalau aku tidur, nanti pas kamu bangun kamu gabisa liat mataku." Imbuh Jeno.

Afsa berdecak, membalikkan tubuhnya perlahan membelakangi Jeno.

"Rese banget sih!" Batin Afsa.

Jeno terkekeh pelan, menoel lengan Afsa yang bebas dari infus, "Ngambek kamu eh?"

"Gak" jawab Afsa tanpa merubah posisinya.

Jeno tertawa pelan dibuatnya. Ia menyondongkan tubuh besarnya agar dapat melihat wajah cemberut Afsa, yang dilihat makin mengerucutkan bibirnya.

"Katanya gak ngambek tapi bibirnya maju udah mirip bebek." Ledek Jeno.

"Biarin." Timpal Afsa.

"Kalau gak ngambek, Oppa pinjem tangannya dong." Sungguh, Jeno nampak mengerikan ternyata jika sudah seperti ini.

Malas berdebat, Afsa segera memberikan tangan kanannya yang bebas. Jeno menerimanya lalu menautkan jemari keduanya, mengusap punggung tangan tersebut perlahan.

"Mau dicium boleh gak?" Tanya Jeno dengan wajah menyebalkannya.

Afsa berusaha melepaskan tautannya, tapi ia jelas kalah dengan tenaga Jeno.

"Ih udah dong. Kamu nyebelin banget." Ujar Afsa dengan wajah kesalnya.

"Mending kamu ambilin itu yang ada di kursi tuh, bawa kesini." Tambahnya.

Jeno langsung mengambil apa yang dimaksud Afsa. 2 lembar kain berwarna putih sudah ada dipangkuan Afsa. Sudah memasuki waktu subuh, Afsa akan melaksanakan ibadah wajibnya sekarang.

"Bantu duduk, hehe." Pinta Afsa yang langsung dikabulkan oleh Jeno. Tangan kiri Jeno tetap berada dipunggung Afsa guna menopang karena Afsa belu bisa sepenuhnya duduk tegak.

"Mau ngapain, hm?" Tanya Jeno saat melihat kedua tangan Afsa menepuk bagian ranjang dua kali.

"Mau beribadah. Sudah masuk waktunya. Tunggu lima menit gapapa kan sambil pegangin punggungku?" ucap Afsa sedikit merasa tak enak.

Jeno menyetujuinya. Dilihat gadis didepannya ini mengusapkan telapak tangannya kearah wajahnya kemudian pada kedua pergelangan tangannya. Jeno tak tahu, apakah ibadah Afsa mengusap wajah dan pergelangan tangan? Saat ini Afsa sedang melakukan tayamum. Setelahnya memakai mukenanya perlahan.

"Masih kuat kan?" Tanya Afsa melihat pada wajah Jeno yang juga melihatnya.

"Katanya beribadah, sudah selesai memangnya?" Bukannya menjawab, Jeno malah bertanya balik.

Afsa tersenyum pelan, "Belum, 3 menit lagi. Kan barusan baru 2 menit."

Jeno melihat Afsa yang mulai mengkomat-kamitkan bibirnya tanpa suara kemudian menunduk, lalu bangkit lagi, kemudian mengangkat kedua tangan, dan mengulangnya. Hal tersebut tak luput sedetikpun dari kedua mata Jeno.

"Ah, jadi seperti ini cara beribadahnya." Jeno terkagum dalam batinnya.

Afsa telah menyelesaikan ibadahnya kemudian meminta Jeno membantu untuk berpindah keruang tengah. Tidak baik berduaan didalam kamar. Tak lama kemudian, ponsel Jeno berdering beberapa kali, panggilan dari Jaemin rupanya.

"Kamu kemana Jeno? Sudah pagi seperti ini belum kembali." Sapa Jaemin diseberang.

Jeno termanggu sejenak. Ia bingung akan memberikan jawaban seperti apa kepada Jaemin. Tidak mungkin jika ia mengatakan sedang berada diapartemen orang lain, Jaemin pasti akan melapor pada manajer dan mereka akan mengamuk jika tahu kebenarannya.

Diafora - LJNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang