PROLOG

26 5 0
                                    

Rintik rintik hujan tengah membasahi daratan.
Awan-awan bergerak menutupi sinar matahari sepenuhnya.
Desir ombak yang terdengar berbisik pelan pelan, melambai ke Pesisir.
Jeda waktu sangat terasa sepersekian detik saat kilatan listrik menyambar di udara.
Angin mencampuri keadaan, bertiup kencang sampai hampir meruntuhkan pohon pohon kelapa.

Aku menutupi keningku seraya berjalan dengan langkah cepat. Udara dingin menusuk pori pori kulit, namun aku berusaha menghiraukannya. Sedan hitam dipinggir jalan sudah basah kuyup karna hujan, aku buru-buru membuka pintu dan masuk ke dalam.

"Langittt! kapan sih lo damai sama gue?!," celotehku sambil menggunakan seat belt. Aku menancapkan gas, dan pergi menjauh dari sekitar pantai.

Sekitar 15 menit lalu aku usai mengunjungi cafe bar yang baru saja dibuka, letaknya di pantai dekat tempat kerjaku. Aku hanya memesan segelas Pina colada untuk menemaniku duduk di teras cafe seraya menyaksikan hamparan pasir pantai. Namun beberapa menit setelahnya, gerimis mulai turun merusak suasana.

Ponselku berdering, Vasya menelfon. Aku memutar bola mata, rasanya sangat malas mengangkat telfon dari perempuan bawel nan cerewet itu. Aku menghela nafas lalu meraih ponsel, menggeser keatas tombol hijau di layar.

"Ya?" ucapku.
"Mama minta lo pulang,"
"Besok,"
"Sekarang,"
"Gabisa,"
"Ck, gabisa kenapa? so sibuk banget sih lo,"
"Ya gabisa pokoknya,"
"Pulang hari ini sekarang gua gamau tau,"
"Besok,"
"ALODYAAA GUE BILANG SEKARANG YA SEKARANG!"
"Gue bilang besok ya besok,"
"Setan lo,"
"Ok."

Aku memutuskan telfon secara sepihak. Tak peduli perempuan itu akan mengoceh nantinya. Ia selalu menyuruhku pulang dengan membawa nama Mama, sayangnya aku sudah hafal bahwa sebenarnya bukan Mama yang menyuruhku tetapi memang Vasya.

Ponselku kembali berdering. Sebelumnya aku mengira Vasya yang menelfon namun bersyukurlah ternyata bukan perempuan bawel itu.

Aku mengangkat telfon, "Halo Za? Kenapa?"
"Halo Al, lo lagi dimana?"
"Di jalan nih abis balik dari pantai,"
"Bagus deh, Lo bisa ke rumah gue sekarang gak? Gue mau ngerjain projek kantor cuma lagi ada si Genta. Minta main mulu, kaga selesai-selesai kerjaan gue,"
"Ohh oke gue otw Za, sabar ya gue puter balik dulu,"
"Olrait, tiati,"
"Siapp."

Seza mematikan telfon. Tanpa lama aku segera menuju rumah Seza yang lumayan dekat dari tempatku berada sekarang.

Tbc—


 

Samudra dan Kupu-kupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang