0.2

12 4 0
                                    

Tanpa cinta dan tanpa rasa.
-
-
-
-
-

----❛🦋¡!

POV Main Cast mode on.

Aku sudah sampai di Rumah Sakit Bhayangkara, menunggu didepan ruang ICU berharap semuanya baik baik saja. Rakha, kekasih rekan kerjaku lebih tepatnya ia adalah kekasih Xeera. Aku dan Rakha bisa dikatakan tidak terlalu dekat, tetapi kami saling mengenal satu sama lain.

Seorang wanita datang ke arah ku dengan langkah tergesa-gesa, wajahnya menunjukan raut tidak tenang.

Xeera menepuk pundakku"Al, Rakha gimana keadaannya?" Aku menggeleng kepala, "Gatau Ra, belum ada hasil dari tadi,"

Wanita itu menghela nafas panjang, memijit pelipisnya perlahan. Aku mengusap pundak Xeera, "Gapapa Ra.. everything is gonna be okay," Xeera mengangguk lemah.

Aku tidak tahu harus bersikap seperti apa, kalimat semangat untuknya mungkin tidak membuahkan hasil apa-apa.

Pintu ICU terbuka.

"Dok! gimana keadaannya Rakha?" Ku lihat  Xeera memegang lengan sang dokter.

"Maaf sebelumnya, adakah keluarga atau kerabat dekat dari saudara Rakha?" Ucap dokter itu.

"Iya saya dok, saya Xeera pacarnya Rakha,"

"Baik, silahkan ikuti saya,"

Xeera segera masuk bersama dokter ke dalam ruang ICU. Aku melihat arloji dipergelangan tanganku. Jarum pendek hampir mengarah angka 8. Sudah malam, aku meninggalkan rumah sakit. Xeera sudah bersama Rakha, maka kupikir bukan masalah jika meninggalkan rumah sakit sekarang.

Hujan tidak turun lagi, tetapi jalanan masih terlihat basah. Aku mengendarai mobil dengan hati-hati.

Kisaran 10 menit lebih aku sudah sampai di depan Apartemen. Usai memarkirkan mobil aku segera menaiki lift menuju lantai tempatku tinggal.

Benar saja. Sesuai dugaanku, tempat tinggalku terlihat paling gelap di sepanjang koridor apartemen. Aku membuka pintu apartemen dengan Id Card khusus yang diberikan pihak apartemen untuk masing-masing penghuni.

Sampai di dalam aku menyalakan lampu rumah untuk penerangan. Setelahnya aku segera membilas tubuhku. Hari ini aku ingin berendam di bak mandi, menenangkan pikiranku sejenak. Entahlah, hari ini terasa sangat padat dan kompleks.

POV Main Cast mode off.

----❛🦋¡!

POV Author mode on.

"Jadi kapan Rakha bisa pulang Dok?" tanya Xeera.
"Mungkin seminggu, apabila pasien sudah tidak merasakan sakit dibagian kepala, sudah diperbolehkan untuk pulang."
"Baik Dok terimakasih bantuannya,"

Dokter itu mengangguk pada Xeera lalu berjalan ke luar ruangan.

Xeera mengusap lembut rambut Rakha. Ia duduk di kursi seraya menatap kekasihnya.

"Sayang... bangun...," lirihnya

Wanita itu meraih tangan Rakha dan menciumnya. "Maaf ya? aku gak ada pas kamu lagi kaya gini," air matanya mengalir begitu saja.

Selang beberapa detik, perlahan mata Rakha terbuka. Rakha mengedipkan  kedua matanya beberapa kali dan melihat sekeliling. Manik mata Rakha menangkap sosok wanita yang sedang mencium punggung tangannya seraya menangis.

"Sayang?" panggilnya dengan suara pelan.

Xeera menolehkan kepalanya melihat Rakha yang sudah tersadar. "Rakha?! kamu udah sadar? gimana keadaan kamu???"

Rakha mengambil nafas. "Aku gak papa sayang,  cuma pusing sedikit aja kok," ucapnya seraya tersenyum tipis.

"Alhamdulillah, aku takut kamu kenapa-napa," Xeera mengusap pipi laki laki tampan dihadapannya. Rakha memegang tangan Xeera dan mengusapnya.

"Aku gapapa sayang, jangan nangis ya? aku masih disini," Rakha menghapus jejak air mata di wajah Xeera.

"Kamu cepet sembuh ya? Kalo udah sembuh nanti aku temenin kamu terus setiap hari. Kamu sekarang mau apa? mau makan? aku panggil suster mau?"

Rakha menggeleng lemah, ia kembali memberikaan senyum manisnya pada Xeera. "Engga usah sayang, aku mau kamu aja disini ya? temenin aku okay?"

Air mata Xeera kembali mengalir, ia tak kuasa melihat kekasihnya terbaring lemah di atas ranjang.

"Liat aku Xeera," Rakha berkata lembut.

Xeera mengalihkan pandangannya menatap iris mata coklat tua milik Rakha. Rakha tersenyum lagi kepadanya.

"I'm okay baby."

POV Author mode off.

----❛🦋¡!

POV Main Cast mode on.

Aku berbaring di atas kasur dengan sprei bewarna putih. Meraih ponsel genggam ku dan melihat layar yang penuh dengan notifikasi WhatsApp.

Tentunya tidak jauh-jauh dari Grup chat projek kantor, klien, Vasya dan beberapa teman kerjaku. Jujur saja, aku sangat merasa malas untuk membuka pesan pesan dari mereka.

Namun sedetik setelahnya jariku menghentikan layar yang masih bergulir.

+6285********
Hai, save nomer gw yg bru ya. Aidan.

Aku tersenyum kecil. Orang itu kadang-kadang datang disaat yang tidak ku perkirakan. Jari jemari ku mengetik rangkaian huruf diatas Keyboard.

Oke.

POV Main Cast mode off.

----❛🦋¡!
-
-
-
See you in the next part!

Samudra dan Kupu-kupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang