"' 삼 "'

4 0 0
                                    

Jaehwa mulai berpikir, "buat percaya apa? aku percaya dia adalah cenayang?". Kemudian ia melihat buku diary disebelahnya, terbuka dihalaman dimana ia menemukan nomor Minghao.

Jaehwa
Kau melihat isi buku harianku?

Xu Minghao
......
Aku ketahuan

Jaehwa
Sudah kuduga
Kau tidak sopan!

Xu Minghao
Aku tidak membaca semuanya

Jaehwa
Syukurlah, lalu apa maksudmu tentang
Tempat bercerita?

Read

"Pesanku hanya dibaca????" Ucap Jaehwa, masih menatap ruang obrolan nya dengan Minghao.

"Dasar aneh," lanjutnya.

Jaehwa merebahkan dirinya dikasur dan beranjak ke alam mimpi, siapa tahu disana ia bertemu dengan ibu peri dan bisa meminta sesuatu.

][

"Argh, Xu Minghao bodoh. Kau hampir saja ketahuan," teriaknya prustasi.

Minghao, sekarang ia berada dikamarnya. Mengacak ngacak rambutnya dengan prustasi, tangannya masih menggenggam handphone.

Disana terlihat, roomchat yang menampilkan chatnya dengan Jaehwa.

"Minghao kau ini kenapa??" Linyi memperhatikan kamar Minghao yang agak berantakan.

"Aku hampir mengatakannya," ucap Minghao pelan.

Linyi mengernyit bingung, Minghao kembali mengatakan sesuatu, "Jaehwa Lee."

"Hampir kan? Yang penting tidak." Linyi berkata santai, lalu berbalik pergi.

"Jangan lupa rapikan kamarmu, aku tidak ingin kena marah bibi!" ucapnya dari luar kamar Minghao.

"apa apaan itu." Minghao merebahkan dirinya dikasur berniat tidur.

"boom!!" sosok berwarna putih keluar menembus meja belajar, lalu melayang mendekati Minghao.

"jangan ganggu aku sekarang." Minghao menutup wajahnya dengan bantal.

"aku hanya ingin memberitahu, kalau nona jaehwa tidak terlalu memikirkannya," ucap hantu anak laki laki itu.

"kau menguntitnya?!?", hantu anak laki laki itu terbahak, menggelengkan kepalanya cepat karena melihat Minghao menatapnya tajam.

"aku hanya menghampirinya ketika kau terlihat frustasi," katanya jujur.

"astaga syukurlah jika begitu, terimakasih Chenle," hantu anak laki laki bernama Chenle itu mengangguk.

"apa yang kau inginkan?" tebak Minghao menatapnya.

Chenle menyengir memperlihatkan giginya, "hehe, mau ke makam ibu, beliin bunganya ya??".

mengangguk mengiyakan, Minghao berkata jika mereka akan kesana besok, setelah kelasnya berakhir. Chenle melompat kegirangan di atas kasur. Minghao tersenyum, karena Chenle masih bisa tertawa dalam keadaannya yang sekarang.

"apa kau akan membantuku mencari tentang kematianku lagi?" tanya chenle setelah lelah melompat.

"mungkin tidak sekarang, maafkan aku," Chenle menggeleng pelan, ia mengerti jika Minghao sedang memiliki masalahnya sendiri.

"Kau tidak mau membalas pesan Jaehwa? huuu laki-laki macam apa kau??" dengan terbahak ia melayang pergi meninggalkan Minghao yang hampir ingin melemparkan kamus ke wajahnya.

"hah... aku harus mulai darimana menyelesaikan masalah ini," batin Minghao, berbaring diatas kasur lalu menutup wajahnya menggunakan lengan.

ting!

Minghao mengambil handphone nya, melihat notifikasi dari temannya Jaehwa.

Jaehwa
jawab aku minghao, jangan buat aku penasaran

Minghao tersenyum dan mengetik pesan balasan untuk Jaehwa.

Minghao
kupikir kau tidak punya teman

Jaehwa
enak saja, aku punya teman walau hanya satu dan sering meninggalkanku karena pergi dengan pacarnya

Minghao
nasibmu menyedihkan sekali

Jaehwa
sembarangan!! kau juga terlihat begitu :P

Minghao
setidaknya aku punya lebih banyak teman darimu

Minghao tertawa pelan, ternyata
misi nya kali ini terlihat menyenangkan.

][

"Minghao!", ia yang merasa namanya dipanggil pun berbalik dan melihat Jaehwa sedang berlari kecil menghampirinya.

Minghao menaikan alisnya seolah berkata, "apa yang kau inginkan?".

Jaehwa memutar bola matanya malas, apa membuka mulut sebentar akan menyiksanya sehingga berkata "apa" saja ia malas.

"ayo jadi temanku," ucapnya tegas, yang diajak bicara berjalan pergi meninggalkannya.

ia mengejar orang itu, lalu menatapnya sebal, "setidaknya jawab perkataanku, jangan tinggalkan aku langsung seperti itu!!".

"kita teman sekarang." Minghao berjalan lebih cepat meninggalkan Jaehwa yang terdiam dengan wajah yang masih terlihat kesal, ia tersenyum kecil.

"anak aneh, menyebalkan sekali tampangnya itu." Jaehwa menghentak-hentakan kakinya lalu berjalan ke arah kelasnya.

"kenapa sih? masih pagi malah kesel." Mai tiba tiba muncul disebelahnya, Jaehwa terkejut lalu memukul temannya itu.

Mai meringis sambil tertawa, "kenapa coba, kenapa??"

"kau tahu Minghao?? tadi aku menghampirinya dan mengajaknya berteman, hanya menjawab iya saja harus meninggalkan ku dulu," ucap Jaehwa kesal.

"Minghao??? ASTAGA KAU SERIUS??" Jaehwa menatap Mai heran, lalu mengernyitkan dahinya.

"kau ingat tentang The8 yang ku ceritakan?" ia mengangguk dan bingung, apa hubungannya The8 dengan ceritanya saat ini.

"Minghao itu The8 Jaehwa, kenapa kau tidak tahu itu????" Jaehwa terkejut mendengar perkataan Mai.

"Kalau pun aku tahu, aku tidak akan mengajaknya berteman," ia merutuki ajakan pertemanannya dengan Minghao.

Jaehwa masuk kedalam kelasnya lalu duduk dikursinya. kuliah pagi ini dia tidak sekelas dengan Minghao. ia melipat tangannya dan bertelungkup memikirkan kejadian tadi.

"aku benar-benar bodoh," batinnya.

------------------------------------------------------To be continue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

------------------------------------------------------
To be continue...
Jangan lupa berikan krisar dikolom komentar, serta vote untuk cerita ini.
Terima kasih,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Contemporary ; Xu MinghaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang