2. Impossible

1 1 0
                                    

Happy Reading
🍒🍒🍒


Gaskara diovan yang biasa disapa Gaska sedang mondar-mandir cemas didepan pintu kamarnya.

"Abang kenapa?" tanya Nilam--sang Mami penasaran.

"Ahh nggak pa-pa kok Mi,"

"Nggak pa-pa kok keliatan mondar-mandir gusar begitu,"

"Minggir ihh Mami mau masuk," lanjutnya berniat mengusir sang anak yang masih berada didepan pintu kamarnya.

"Mii." ucap Gaska menghampiri dan memeluk sang Mami yang sudah masuk kedalam kamarnya dan mengambil baju-baju kotor yang terletak disudut kamar mandi.

"Abang kesambet apa sih, lepas pelukannya Mami mau ke bawah," Gaska melepaskan tangannya yang melingkar di perut Maminya.

Segera saja sang Mami keluar dari kamar Gaska dan menuju ke tempat penyucian baju dekat dengan dapur.

Gaska mengikuti Maminya turun tangga dan menuju ke ruang keluarga duduk disofa dengan masih perasaan cemasnya. Disana ada Gischa yang menonton Disney dari televisi pun melirik abang nya yang duduk disebelahnya menatap kedepan televisi ikut menonton acara kesukaan adiknya itu.

"Abang kenapa?" tanya Gischa sama seperti Maminya tadi.

"Hmm emang abang kenapa?" jawabnya dengan balik bertanya yang bernada gumaman.

"Abang aneh deh," Bertepatan dengan Gischa mengucapkan kata itu Nilam pun menghampiri anak-anaknya dan duduk disebelah Gaska yang langsung dipeluk dari samping oleh Gaska.

"Abang ada masalah ya?" tanya Nilam tepat sasaran dan menepuk-nepuk tangan anaknya yang melingkar diperutnya.

"Iya abang aneh kan Mi? Ouh apa mungkin gara-gara masalah cewek Mi sama pacarnya mungkin? Iya kan bang?" tebak Gischa yang tepat sasaran atas kegurasan yang terpampang jelas dari raut muka abangnya.

Ucapan Gischa sontak membuat Gaska menolehkan kepalanya dengan cepat dan melebarkan pupil matanya ke arah Gischa.

"Loh abang sudah punya pacar? Sejak kapan? Sama siapa? Kok gak ngasih tau Mami? Gak kenalin ke Mami pacarnya," rentetan pertanyaan Nilam berikan.

"Satu-satu Mi nanyanya, abang bingung mau jawab yang mana dulu,"

"Yang Mami tanya dulu aja."

"Dulu ada sekarang sudah putus. Sudah sejak lama dari abang kelas sepuluh. Gak kasih tau Mami karna belum saatnya." jawab Gaska.

"Kok Mami gak dikenalin sih bang." sebal Maminya.

"Lagian juga putus Mi."

"Ouhh makannya abang sekarang lagi galau ya." goda Gischa.

"Apaan sih, bocil nyaut aja!"

"Putus gara-gara apa bang?" tanya Nilam penasaran.

"Gak tahu juga Mi, gak cocok kali dianya."

"Loh kok gak tau sih, gimana sih nih anak ditanyain kok gak tahu!"

"Udah ah males, bingung pula akunihh,"

"Udah jangan belibet banget jadi cowok, cepet jujur sama Mami putus gara-gara apa gak mungkin cuman gak cocok! abang bukan tipe yang mudah memutuskan hubungan sama seseorang apalagi abang pacaran udah lumayan lama."

"Dia deket sama cowok lain. Dia juga yang minta putus dari abang."

"Abang ngeselin sih orangnya makannya pacarnya gak betah sama abang."

"Mami mah gitu gak pernah bela anaknya,"

"Hahaha... Abang udah tahu kalo itu beneran cowok barunya siapa tau saudara atau temannya bang."

"Ngapain Mi gak penting juga."

"Tenang bang Mami selalu dukung abang, jika nanti berjodoh pasti abang akan kembali lagi dengannya." dukungan Nilam kepada sang anak.

"Gak mungkin Mi."

"Loh kenapa gak mungkin, semua udah ada yang ngatur bang jangan bilang gak mungkin bisa jadi nanti abang beneran berjodoh sama dia kan? Allah bisa membolak-balikkan hati manusia bang."

AVENOIR

Seorang gadis sedang merengek kepada sang papanya.

"Pa ayo dongg Pa." ucapnya memohon.

"Gak bisa sayang kan kamu mau lulus nanggung kalo pindah sekolah." ujar Andi--sang Papa.

"Tapi aku gak mau sekolah disana lagi." ucapnya cemberut.

"Kenapa emang? Kamu gak mau ketemu sama mantan kamu itu? Takut susah move on?."

"B U K A N pa... Tapi, aku pengen satu sekolah sama Gita."

"Alasan kamu, Kan nanti kalo kuliah bisa bareng-bareng lagi."

"Ayo dong Pa...plissssplissss." ucapnya menghadap Papanya menyatukan kedua telapak tangannya didepan muka sambil mimik wajah yang sangat melas.

"Sorry sayang tapi tetep gak bisa."

"Papa mah gitu jadi sebel aku." ucapnya cemberut duduk disebelah Papanya.

"Cuman beberapa bulan lagi kamu udah lulus sayang."

"Beberapa bulan bagiku beberapa tahun Pa."

"Haha... Lebay kamu, lagian ngapain minta putus."

"Yakan aku kiranya dia udah ada yang baru."

"Makannya kalo ada apa-apa bicarain baik-baik dulu jangan langsung ngambil keputusan."

"Udah terjadi Pa."

"Yaudah sekarang kamu sekolah aja yang bener gausah pikirin masalah lain, fokus ujiannya. Papa dan Mama selalu ada buat kamu."

"Paa,"

"Hmm?"

"Sayang Papa."

"Me too."

Dari arah depan seorang wanita dewasa menghampiri sang anak dan suaminya yang saling berpelukan hingga ia berdiri sambil berkacak pinggang didepan kedua orang yang ia sayangi.

"MAMA GAK DIAJAK NIHH." teriaknya.

"Mama ihh dateng-dateng gak salam malah teriak-teriak." cemberut Khanza--sang anak gadisnya.

"Assalamualaikum putri Mama yang cantik dan Papa." ucapnya sambil mencium kening anaknya.

"Waalaikumsalam sayang." jawab sang suami.

"Waalaikumsalam Mama." jawab Khanza.

"Mama gak diajak peluk-peluk tadi sama kalian huh!" sungut Mamanya sebal sambil membanting duduknya di samping Khanza.

"Mama sama Papa saja sini." timpal Andi––sang suami.

"Ihh terus kalo Mama sama Papa, aku sama siapa!"

"Ya sama Gaska sayang." jawab sang Mama tanpa dosa.

"Ma gak usah mancing-mancing ya,"

"Udah tau anaknya lagi otw move on malah disuruh sama doi."

"Ouhh udah end ya. Kacian anak Mama utututu."

"Mending balikan lagi sana ketimbang galau-galau gak jelas begini."

"Ihh gak mungkin."

"Terserah ngana aja. Yang terpenting nilai kelulusan kamu harus bagus."

"Insyaallah Ma, doain ya Ma-Pa."

"Amiinn." jawab Andi dan Kaila secara bersamaan.

.

.

.

To be continue.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AVENOIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang