Selasa, 5 November
TITA
Shika! Awas ya, kalau sampai lo nggak masuk!
Enak aja! Gue nggak mau presentasi sendirian Bahasa Indonesia ntar siang!
Gue nggak peduli lo malu ketemu Kak Jore kek atau siapa kek, pokoknya lo harus masuk!
Lagian, lo bukannya tiap hari emang pilek? Nggak usah pakai alasan pilek lo sama gue.
Nggak mempan!
"HAAATCHIII!"
Suara bersin membahana itu berasal dari Shika yang sedang menuruni tangga lantai dua menuju ke ruang makan. Cewek tujuh belas tahun yang sudah rapi mengenakan seragam sekolah itu berhenti sejenak di bordes tangga untuk memeriksa pesan dari Tita, sahabatnya.
Shika pun melengos setelah membaca rentetan pesan Whatsapp berisi omelan Tita.
"Iya bawel, gue masuk! Puas?" balas Shika melalu pesan suara yang segera dikirimkannya melalui Whatsapp.
Pagi tadi Shika mengutarakan niatnya membolos pada Tita dengan alasan flu berat. Tentu saja Tita tahu itu bukan alasan satu-satunya. Tita adalah sahabat Shika sejak tahun pertama sekolah di SMA LV. Tita juga sudah tahu soal insiden bersin kemarin sore karena semalaman Shika curhat tentang kejadian memalukan itu, kejadian yang membuat Shika malas pergi ke sekolah adalah karena dia tidak ingin bertemu dengan Jore. Kalau saja tidak ada presentasi siang nanti, Shika pasti akan nekat membolos.
Setelah memasukkan ponselnya ke dalam saku luar ransel, Shika tidak langsung beranjak. Cewek itu tetap mematung di sana. Dia bisa merasakan kedatangan bersin lanjutan yang sudah berada di ujung hidung. Kedua tangannya bahkan sudah siap di depan muka untuk menutupi semburan menyebalkan itu. Benar saja, beberapa detik kemudian Shika kembali bersin dengan keras.
"HAAATCHIII!"
"Masker, Cika. Dipakai maskernyaaa!" Terdengar suara Fatma, mama Shika, dari ruang makan di lantai bawah.
"Capeeek!" keluh Shika setengah menangis sambil merogoh saku rok seragamnya untuk mengambil dan mengenakan masker baru yang tadi dibawanya dari kamar. Setelah itu barulah dia kembali berjalan menuruni tangga dan menuju ruang makan untuk sarapan sebelum berangkat ke sekolah.
"Ma, aku nggak sekolah yaaa. Pusing banget kepalaku," ungkap Shika saat mendekati Fatma yang tengah menyendok sup ayam dari panci ke mangkuk-mangkuk kecil untuk sarapan sekeluarga pagi ini.
"Demam lagi kamu?" Tangan kiri Fatma yang bebas refleks menyentuh dahi Shika. Wanita yang usianya sudah menjelang 45 tahun itu menggeleng pelan. "Nggak demam gini kok. Nggak boleh bolos, mau ngapain kamu di rumah nggak masuk sekolah," omel Fatma.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFLU (LAGI REVISI)
Teen FictionYa ampun! Gara-gara nggak sengaja bersin keras-keras tepat di muka Jore, ketua klub Pencinta Alam SMA Lentera Victoria, Shika jadi ditugaskan untuk meliput kegiatan kemping klub itu di gunung. Padahal Shika punya alergi dingin yang nggak main-main...