Hai welcome to my story
ada kesamaan nama, tempat, latar, adegan itu tanpa unsur kesengajaan ya. Cerita ini murni dari imajinasi author:)
Kalo ada typo tandai aja di komennya ya!
Happy reading guys, hope you enjoy♥
💌💌💌
"NEVIA... bagus mulai ada peningkatan" pria itu menyerahkan kertas ulangan muridnya sembari tersenyum.
"Beneran pak?" gadis itu menatap kertas ulangannya sumringah. Ia tersenyum sambil menunjukkan nilai pada semua teman sekelasnya.
95 njirr kan tuh ulangan matematika susah
Nevia udah cantik pinter lagi
Udah cocok nih buat ngajarin anak-anak kita nanti
Nevia nanti ajarin babang dong
DllKira-kira begitulah sahutan sekelas asik memuji gadis primadona itu.
"ADINDA bagus nilai sempurna lagi!" ucap pria tampan itu tersenyum.
Seorang gadis dengan rambut yang di kuncir satu itu berjalan mengambil kertas ulangan hariannya. Namanya Adinda angriany matthew ia salah satu murid berprestasi di SMA Rajawali. Kesehariannya hanya membantu orangtuanya bekerja di restoran kecil milik orang tuanya.
Ia bisa masuk ke SMA Rajawali karena bantuan beasiswa. SMA Rajawali adalah salah satu SMA elit di kota mereka. Yang sekolah disana kebanyakan anak pejabat dan orang kaya. Ia bersyukur bisa mendapat beasiswa dan mengenyam pendidikan di sekolah tersebut. Meski terkadang ia sering menjadi sasaran bully disekolah itu.
"Makasih pak" dinda tersenyum mengambil kertas ulangannya sembari kembali ke tempat duduknya.
Cihh gak usah bangga dulu lo
Sekali doang itu mah
Mendingan Nevia kemana mana sih
Gitu aja bangga
Heh cupu gak usah sok deh lo"Kalian apaan sih? Dinda daritadi kalem aja kok kalian sewot??" kesal Debi menatap nyalang sekelas.
"Dih sok sokan jadi pahlawan kesiangan caper banget" ucap Amel cewek yang selalu membela Nevia paling suka disuruh sama Nevia, pengen ikut-ikutan jadi most wanted kayak Nevia gak nyadar diri cuma dimanfaatin jadi babu.
"Sebelum ngatain ngaca dulu bor, sebaik apa lo sampai berani ngatain orang hah?? Telinga gw kesel kampang, sini gw gorok mulut lo!" Debi berkacak pinggang menatap Amel semakin nyalang.
"Mau apa lo? Sini maju gue gak takut!" Amel tak mau kalah.
"Sudah-sudah jangan berantam! Ini kelas hargai guru!!" Tegas pak Rizky memijit pangkal hidungnya.
"Gak usah diladenin bi" Dinda tersenyum mengelus punggung Debi.
"Rese banget Din, lo juga kenapa diem mulu sih lawan kek sekali kali"
"Jangan buang waktu untuk sesuatu yang tidak penting!"
💌💌💌
Bersantai sambil menonton para cogan main basket memang sangat menyenangkan. Dan disini lah Dinda dan Debi sedang menonton anak kelasnya bermain basket. Sedangkan anak cewek riuh berteriak menyemangati jagoan mereka.
"Lo gak bosan apa Din? Baca buku mulu?" tanya Debi sambil memakan camilannya.
"Ga ada kata capek buat gue kalo baca buku, dengan baca buku gue bisa berpikir lebih tenang." jawab Dinda tersenyum lalu kembali beralih pada bukunya.
"Ck...ck...ck emang jawaban orang pintar selalu beda ye, gak bosan apa tiap hari pacaran ama buku mulu" ia memasukkan seluruh keripik yang tersisa ke dalam mulutnya hingga mulutnya penuh dan gembung." Ywaudwah lwanjwut ajwe bwaacwanya gwue mwau bwli miwwnum dwlu!" ujar Debi menepuk bahu Dinda.
Dinda hanya terkekeh melihat sahabatnya itu sudah pergi berlari ke kantin. Hendak kembali membaca buku tiba-tiba teriakan cewek-cewek tersebut terdengar sangat kencang dan riuh seolah-olah ada sesuatu yang sangat menghebohkan.
Ia melempar pandangannya ke arah lapangan terlihat seorang cowok tidak mengenakan baju olahraga masuk kedalam pertandingan, ia mengambil alih bola dan asyik mendribble bola tersebut. Dinda terkesima menatap pria itu bukan karena tampannya ya emang tampan sih tapi bukan karena itu, entah mengapa Dinda merasa familiar dengan wajah itu tapi siapa?.
Namun tak ingin ambil pusing Dinda beranjak dari tempatnya ia bergegas ke perpustakaan setidaknya disana keadaan lebih tenang dan tentram. Ia berjalan dari samping lapangan berjalan menunduk dengan buku yang ia peluk.
"DINDAAA AWASS!" Pekik seseorang. Dinda mengangkat kepalanya hendak mencari sumber suara yang meneriaki namanya.
Namun sepertinya nasibnya sangat buruk sekarang dengan tidak elitnya bola basket itu mendarat mulus di wajah Dinda.
BRUKKK
"AARGGGHH" Entah seberapa kuat bola itu menghantam wajahnya ia terhempas kebelakang. Dengan sigap mereka langsung mengerumuni Dinda mengecek keadaan gadis itu.
"Lo gakpapa?" tanya cowok berseragam putih abu-abu itu.
"Din maaf ya tadi gue gak sengaja." lirih Zacky salah satu teman sekelasnya.
Sementara itu Dinda hanya terdiam kepalanya sangat sakit, pandangannya mendadak buram belum sempat ia hendak berdiri cairan merah keluar dari hidungnya.
"Hidung lo berdarah jangan banyak gerak dulu!" ucap cowok berseragam itu menghapus darah Dinda dengan jari jempolnya.
Deg
Hati Dinda berdesir sudah lama ia tak merasakan rasa itu, jantungnya mulai berdegub kencang tak beraturan sedangkan cowok itu masih sibuk mengatasi hidungnya yang berdarah. Hingga seseorang membelah kerumunan dengan wajah yang sudah memerah menahan amarah.
"HUAAAA DINDA SIAPA YANG NYAKITIN LO? KOK BISA GINI? LO KENAPA HEH? ADA YANG BULLY LO?" Teriak Debi dengan pertanyaan beruntutan.
"Njirr bisa biasa aja gak sih!" sahut Galen menoyor kepala Debi.
"Diem lo!" pekik Debi langsung berjongkok mencek keadaan Dinda.
"Kok hidung lo berdarah Din?" melihat Dinda yang hanya diam Debi berdiri menatap tajam semua yang ada dilapangan.
"SIAPA YANG LAKUIN INI KE DINDA??!" Teriaknya sambil berkacak pinggang. Semua pandangan langsung mengarah pada Zacky yang hanya melongo sambil menggaruk tengkuknya. Ia tak menyangka akan separah ini.
"Ck marah lo gak guna, temen lo gaakan sembuh cuma karena lo marahin dia!" celetuk cowok itu lalu mengangkat tubuh Dinda ala bridal style ke UKS.
🎀🎀🎀
Next gak nih?
Vote dan Coment kalo kamu suka cerita ini:)Salam dari keponakan Dino
Rawwrr🦖
KAMU SEDANG MEMBACA
Revolutionary Of Love
Teen Fiction"GUE SUMPAHIN LO SUATU HARI NANTI BAKALAN BUCIN KE GUE!!" Siapa yang mengira hanya sumpah iseng gara-gara kesal bisa jadi kenyataan. Benar kata pepatah "perkataan adalah doa" Adinda angriany Matthew perempuan manis dan pintar. Ia hanya seorang gadis...