SEBELUM BACA SPAM BLUE LOVENYA YUK!!♥
💙💙💙HAPPY READING, HOPE YOU ENJOY📖
💌💌💌
Hari sudah bertambah gelap Dinda mengiyakan ajakan Chiko untuk pulang bareng tadi. Kini Chiko tengah mengunci pintu restoran.
"Bang chik nanti sebelum pulang kita mampir di gramed depan gang itu ya?" pinta Dinda.
"Ini udah malem udah jam 19.35 emang gramed masih buka?" tanya Chiko menghampiri motornya yang memang sudah diparkirkan didepan resto tadi.
"Masih bang mau ya ya ya plisssss." Dinda memasang wajah memelasnya. Bukannya kasihan Chiko malah gemas dengannya.
"Emang mau beli apa sih din?" tanya Chiko sambil mencubit gemas pipi Dinda.
"Mau beli novel heheheh." jawab Dinda tersenyum manis.
"Astaga mau beli novel kirain mau beli apa. Emang gak bisa besok?"
"Gak bisa abang nanti keburu habis, itu temen aku aja udah punya novelnya." lirih Dinda dengan cemberut.
"Iya yaudah gak usah cemberut juga kali, nanti abang temenin deh" ujar Chiko mengacak rambut Dinda.
"Beneran bang?" Chiko menggangguk sambil memberikan helm kepada Dinda. "Aaaaaa makasih bangcik" pekik girang Dinda sambil mengenakan helmnya.
Setelah beberapa menit berjalan motor Chiko berhenti didepan sebuah toko buku yang lumayan besar. Dinda turun dari motor dengan mata berbinar ia tak sabar memeluk novel incarannya itu.
"Eehh Din mau kemana?" tanya Chiko terkekeh.
"Kan beli novel bang" jawab Dinda polos.
"Itu helmnya gak dilepasin dulu?"
Sontak Dinda memegang kepalanya benar benda keras itu masih melekat dikepala Dinda. Ia melepas helm itu sambil tersenyum malu lalu menyerahkannya ke Chiko. "Segitu gak sabarnya beli novelnya?" goda Chiko tertawa sambil mengambil helm dari tangan Dinda.
"Issshh bukan gitu!!" sahut Dinda kesal ia berbalik lalu masuk kedalam toko buku itu meninggalkan Chiko yang masih terkekeh melihat kelakuan Dinda.
💌💌💌
"Arrghh pilih yang mana ini?" ujar Dinda frustasi.
"Kalo suka dua-duanya beli aja Din."
"Yah jangan dong kan Dinda nggak bawa uang cukup" ucap Dinda memandang sendu kedua novel ditangannya itu.
"Tadi mau beli yang mana?"
"Yang ini" Dinda mengangkat novel di tangan kirinya.
"Yaudah beli itu aja."
"Tapi yang ini Dinda belum pernah baca kata temen Dinda ceritanya baguss!" celetuk gadis itu lagi.
"Terus maunya gimana din? Tadi udah ditawarin biar abang yang bayar gakmau." Chiko terkekeh melihat wajah kusut Dinda. Sebenarnya Dinda tak mau merepotkan Chiko dengan memintanya membayar novel itu, terlebih lagi Chiko adalah anak rantau ia juga bekerja ditempat Dinda untuk membayar biaya hidup dan uang kuliahnya.
Dinda terlihat berpikir keras menimang-nimang mana novel yang akan ia beli. Lalu ia menaruh novel yang ditangan kirinya kembali ke rak.
"Loh katanya tadi mau beli yang itu?"
"Nggak jadi deh bang Dinda beli yang ini aja" ujar Dinda menunjuk novel ditangan kanannya.
"Kok gak jadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Revolutionary Of Love
Teen Fiction"GUE SUMPAHIN LO SUATU HARI NANTI BAKALAN BUCIN KE GUE!!" Siapa yang mengira hanya sumpah iseng gara-gara kesal bisa jadi kenyataan. Benar kata pepatah "perkataan adalah doa" Adinda angriany Matthew perempuan manis dan pintar. Ia hanya seorang gadis...