Lima. Teman Lama

102K 6.5K 191
                                    

I drove by all the places we used to getting wasted

I thought about our last kiss, how it felt the way you tasted

And even though your friends tell me you're doing fine

Are you somewhere feeling lonely even though he's right beside you?

When he says those words that hurt you, do you read the ones I wrote you?


Sometimes I start to wonder, was it just a lie?

If what we had was real, how could you be fine?

'Cause I'm not fine at all

Lagu itu adalah lagu yang beberapa kali kudengarkan setiap mengunjungi kafe ini, Amnesia dari 5SOS dengan lirik yang sangat kusukai. Aku selalu suka dengan lagu yang memiliki lirik yang sedih, mellow, atau apalah istilahnya. Menurutku, lagu yang seperti itu lebih membuatku tenang. Membuatku lebih banyak memikirkan tentang rasa. Tentang apa yang akan kurasakan kalau aku jadi orang yang menyanyikan lagu itu, atau tentang perasaanku saat orang lain menyanyikannya untukku. Rasanya hal-hal yang negatif lebih mudah menarik perhatian orang lain. Sama sepertiku yang lebih tertarik dengan lagu dengan lirik yang menggambarkan perasaan negatif.

Tapi, kurasa kali ini aku tidak merasakan ketenangan apa pun mendengarkan lagu ini. Tidak dengan tatapan seluruh teman-teman SMA-ku yang mengarah padaku. Mereka menatapku dengan tatapan menuduh. Membuatku merasa tidak nyaman.

Aku berusaha tersenyum ramah dan bersikap seakan tidak mengetahui maksud dari tatapan mereka. Sebenarnya, aku tidak begitu mengenal mereka semua. Kami sekelas hanya setahun. Bagiku, itu waktu yang sangat kurang untuk mengakrabkan diri dengan teman kelas, sebelum akhirnya aku pindah di tahun ke dua di SMA-ku ke sekolah yang sama dengan Rex.

Kalau bukan karena Feni yang memaksaku untuk datang sebagai balasan karena tidak datang ke pestanya, aku pasti lebih memilih menghabiskan waktu di kamar dengan novel-novelku.

Ngomong-ngomong tentang Feni, cewek satu itu membuatku panik sendiri beberapa hari yang lalu. Aku masih ingat saat aku mendengar teriakannya begitu aku memasuki kamar.

"AURELLIA NAURAH ZAFARANI, LO HARUS TAU APA YANG UDAH COWOK LO ITU LAKUIN DI PESTA GUE!"

Pernyataan ambigu. Jantungku sudah deg-degan parah waktu aku mengedarkan pandangan untuk memastikan seberapa hebatnya kekacauan yang Feni lakukan di kamarku. Tebak apa? Selain tempat tidurku yang berantakan--aku terlalu capek memperingatinya agar lebih pelan-pelan setiap kali bergerak, tapi dia memang pada dasarnya orang yang grasak-grusuk. Jadi, aku harus menerima bed cover-ku berantakan, seprai yang tidak terpasang sepenuhnya, dan bantal-bantal yang kebanyakan berpindah tempat ke lantai-- tidak ada hal lain lagi yang dilakukannya. Novelku bahkan tidak tersentuh olehnya dan masih tersusun rapi di rak buku.

"Apa yang Rex lakuin?" tanyaku was-was.

Wajah datar Feni perlahan berubah menjadi seringaian yang sangat lebar, terlalu lebar. Belum berhenti sampai di situ, dia kemudian menjerit kegirangan dan melompat ke arahku. Memelukku dengan sangat erat sampai aku kesulitan untuk mengambil oksigen.

"Lo nggak bakal percaya, kalau si Rex ngundang Calvin Jeremy ke pesta gue. Calvin Jeremy! Penyanyi favorit gue itu datang ke pesta gue. Unbelievable, aaaaahhhh! Gue seneng banget!" teriaknya.

"Rex ngundang Calvin Jeremy?" ulangku dengan nada bingung.

"Ya, Naurah. He did. Dia bilang kalau lo nggak bisa dateng. Dia minta maaf karena lo harus nemenin sepupunya belanja. Dia nggak mau gue nyalahin lo karena nggak dateng ke pesta gue, makanya dia nyiapin hadiah itu buat gue. Dia nge-reservasi seluruh resto buat gue dan nyiapin pesta terbaik dengan makanan yang mewah. Aaaaahhh! Cowok lo itu keren banget. Gue iri parah sama lo!"

Rex's Girlfriend (Sebagian Part Sudah Dihapus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang