Pernah baca novel 'Cewek' karya Esti Kinasih? Itu adalah salah satu novel dari penulis favoritku. Pasangan Bima-Fany dalam novel itu benar-benar melekat di otakku. Kalian pasti tahu, kenapa aku bisa begitu menyukai pasangan itu. Ya, karena kisah mereka mirip dengan kami. Rex dan aku.
Saat ini, aku tengah membaca novel itu. Entah untuk keberapa puluh kalinya. Aku sampai hafal tiap bagian dari cerita itu saking seringnya aku baca. Tapi, berhubung karena hari ini adalah hari istimewa, aku kembali membuka novel itu. Mencari-cari tahu di halaman mana Fany dengan nekatnya minta putus dari Bima saat menyadari bahwa tidak ada lagi alasan untuknya tetap berada dalam kehidupan cowok itu.
Aku bisa merasakan kefrustrasian Fany yang membuatnya bisa memantapkan keputusannya itu. Dia ingin merasakan kebebasannya kembali, sama seperti aku. Bedanya, aku tidak akan bertingkah konyol seperti dia yang secara tiba-tiba meminta cerai dan lari begitu saja tanpa berani untuk menegaskan keinginannya kembali. Tidak akan ada adegan kejar-kejaran yang membuatku merasa seperti kura-kura yang berusaha lari untuk mengalahkan sang kelinci. Adegan itu tidak ada dalam rencanaku. Rencana yang sudah tersusun rapi di kepalaku.
Langkahku sedikit terhuyung saat mencoba turun dari ranjang. Rasa pusing yang melandaku makin menjadi. Sambil berpegangan pada apa pun yang kusentuh, aku berjalan tertatih ke toilet, lalu menatap pantulan diriku di cermin. Terlihat begitu mengenaskan. Wajahku tampak lebih pucat dari kemarin karena demamku yang semakin tinggi. Sepertinya sakitku kali ini akan bertahan lama, meskipun aku sudah minum berbutir-butir obat yang Naufal berikan.
Aku mengembuskan napas dan berusaha menyunggingkan senyum penuh semangat untuk diriku sendiri. Rencana tetaplah rencana. Aku tidak ingin mengundur-undur waktu lagi untuk menyelesaikan semuanya. Karena itu, aku mulai bersiap-siap. Sekilas, aku melirik kalender yang ada di meja belajar. Lingkaran merah menandai tanggal hari ini. Hari di mana semuanya berawal empat tahun lalu, kuharap menjadi hari yang sama untuk mengakhirinya.
-_-
Sapaan ramah dari para pekerja di rumah Rex menyambutku begitu aku memasuki rumahnya. Ibu Indah, wanita paruh baya yang merupakan salah satu orang kepercayaan dari orangtua Rex, tersenyum hangat begitu melihatku.
"Rex dan teman-temannya ada di gazebo dekat kolam renang," jelasnya, bahkan sebelum aku sempat bertanya. Aku tersenyum kecil, mengucapkan terima kasih dan berjalan mencari Rex.
"Naurah." Dinul yang pertama kali menyadari keberadaanku. Aku tersenyum dan berjalan mendekati mereka yang tengah berkumpul di gazebo. Agak canggung juga, sih, sebenarnya karena teman-teman yang ada dalam bayanganku saat Ibu Indah memberitahuku adalah Dinul dan Fadlan. Tapi, yang terlihat di depan mata rupanya lebih dari itu. Hampir semua teman sekelas Rex ada di sini. Rex-nya sendiri malah tidak ada.
"Hai," sapaku dan berusaha tersenyum ramah pada semuanya. Aku tidak mau dianggap sebagai gadis sombong lagi. Hanya karena malu berada di lingkungan yang terlalu ramai, aku pernah berpura-pura tidak menyadari kehadiran orang lain. Berpura-pura sibuk dengan diriku sendiri untuk menutupi kegugupanku. Hasilnya, mereka tersinggung dan mulai menyebutku dengan sebutan baru yang membuat kupingku panas.
Tapi, sepertinya kali ini teman-teman Rex tidak begitu peduli. Mereka hanya membalas sapaanku sekadarnya dan kembali sibuk dengan dunia mereka. Baguslah. Aku jadi terhindar dari basa-basi yang tidak jelas.
"Ngapain lo di sini? Tumben banget." Fadlan berjalan menghampiriku. Tatapannya penuh selidik. "Jangan bilang kalau Rex yang nyuruh lo buat datang?"
"Nggak, gue sendiri kok yang pengin datang. Gue pikir kami bakalan jalan."
"Anak itu nggak boleh ke mana-mana. Dia sendiri yang nyuruh kami buat ngumpul di sini karena mau ngerjain tugas bareng," protesnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rex's Girlfriend (Sebagian Part Sudah Dihapus)
Novela JuvenilPart yg tersedia cuma 1-5. Cerita ini sudah diterbitkan. Pemesanan bisa di shopee, akun vintari_books. Cinta mati? Hell! Yang ada tuh aku NYARIS MATI ngadepin tingkah absurd cowok itu. Dia tuh monster. Egois, tukang ngatur, pemarah. Apalagi kalau ud...