part 2

29 5 0
                                    

Janlup votmen ye kawan!

Share juga biar kece.

Happy reading!

***

Kini inti Rangerover berada di ruang BK Karena ketahuan bolos lagi.

Bu Tika memijit pangkal hidungnya karena pusing memikirkan kelakuan mereka yang setiap harinya hanya membuat ulah.

Bu Tika melirik ke 8 anak muridnya dengan malas dan ia bertanya.

"Bersihin lapangan basket." Mendengar itu membuat mereka melotot tak terima namun percuma saja mereka protes toh gurunya keras kepala dan tak tanggung-tanggung memberi hukuman.

"Sudah sana pergi, Awas aja kalo kalian ga ngelakuin hukumannya." Tunjuk Bu Tika pada mereka.

"Ibu gak segan ngelaporin kalian sama kepala sekolah ataupun orang tua kalian, mengerti?" Pasrah dan mengangguk hanya itu yang mereka lakukan agar cepat selesai berurusan dengan guru yang satu ini.

Mereka keluar ruangan dengan menenteng tas mereka dipundaknya.

"Yakin?"tanya Bagas, sebenarnya ia malas melakukannya. Mending ia menyuruh staff untuk mengepel lapangan basket.

"Gue si ogah ya njir, disuruh piket kelas aja gue kaga mau apa lagi ini ngepel lapangan basket." Seru Darren menggelengkan kepalanya.

"Kerjain aja lah, lagian kita berdelapan pasti cepet selesai." Ucap farel

"widih auranya Berseri." Ujar seorang pemuda dari arah kanan koridor ruang BK.

Ya dia laskar xabiru yang baru saja kembali bersekolah setelah pulang kampung ke Prancis, negara asal ayahnya.

"Mana ada berseri sat." Umpat Davis kesal

"Kali ini apa lagi ni?" Tanyanya.
"WC?belakang sekolah?" Lanjutnya dengan gaya songongnya.

"Yakali gue mau ngelakuin itu, mending tidur." Ujar Darrel

"Kerjain aja lah biar cepet." Ujar Arga menatap mereka menanyakan pendapat.

Setelah menjalankan hukuman kini mereka berada di rooftop sekolah untuk beristirahat.

"Gimana tadi malem?"tanya farel bertumpu tangan sebagai bantalan kepalanya.

Ia farel tidak ikut tadi malam karena ada urusan yang harus dia selesaikan.

Arga dan Moriz saling pandang sebelum akhirnya Davis dan Darren datang membawa minuman kaleng pesanan mereka.

Setelah rasa dahaga sirna, farel melanjutkan pertanyaan yang belum sempat mereka jawab.

"Gimana ga, riz?"tanyanya.

Davis yang baru datang, memandang farel bingung. "Gimana apanya rel?" Tanya Davis.

"Tadi malem"

"Oh, menurut Lo?" Tanya Davis dengan smirk, menandakan kemenangan lagi buat Rangerover.

"Menanglah yakali kalah." Lanjut Davis

Setelah obrolan itu mereka bergegas menuju kelas masing-masing.

Drt...drt

Dering handphone milik Moriz menghentikan langkah mereka.

Moriz melirik Arga saat mengetahui siapa yang menelefon. Melihat cara pandang Moriz, langsung saja dia ijin mau ketoilet pada teman-temannya.

Setelah dirasa mereka cukup jauh Moriz dan Arga mengangkat telefon "itu".

"Saya transfer nanti sore." Setelah mengatakan itu Moriz langsung mematikan panggilan "itu"

"Gue takut dia mati Riz." Ucap Arga gusar.

Melihat Arga seperti itu membuat Moriz semakin pusing dan merasa bersalah.

"Sore jenguk dia." Setelah mengatakan itu Moriz pergi meninggalkan Arga yang masih termenung.

"ARGH!" Teriak Arga meninju dindin melampiaskan amarahnya.

"Gue harap dia gak kenapa-kenapa."lirih Arga.

***

Hari kini sudah menuju petang. setelah mengurus masalah kemarin malam, Moriz menuju pulang kerumah om-nya.

Iya, ia tinggal bersama om-nya setiap weekend dan untuk hari biasa dia tinggal di apartemennya yang diberikan oleh mamah-nya sebelum dia meninggalkannya.

Ketika sudah sampai didepan rumah om-nya, ia memandang sebentar kala teringat masa kecilnya.

"Assalamualaikum." Salam Moriz memasuki kediaman om-nya.

"Waalaikumsalam, Eh Moriz Tante kangen banget deh kamu gak kesini Minggu kemarin." Ucap Tante Erna memeluk ponakannya sebentar.

mendengar suara mamahnya yang menggelar, Icha bergegas menemui mamahnya kepo siapa yang Erna sambut sampai suaranya terdengar sampai kamarnya.

Setengah berlari menuruni tangga dan melihat siapa yang datang membuat ia melajukan langkahnya menuju sang kakak.

Setelah Icha memeluk sang kakak ia langsung menatap horor kakaknya itu. "Ngapain Lo kesini." Ketusnya bersedakap dada dan melirik sinis pria didepannya.

"Moriz pergi." Guraunya.

Icha yang melihat itu tak akan membiarkan sang kakak pergi dan langsung menahan lengan sang kakak.

"Jangan dong, gue kan masih kangen sama kakak gue yang tampan ini." Goda Icha.

Erna senang keponakannya kembali mengunjunginya lagi. Ia sudah menganggap Moriz sebagai anaknya juga karena ia sangat menginginkan anak laki-laki namun ia tak bisa memiliki anak lagi.

"Sudah-sudah ayo kita makan pasti kalian lapar." Lerai Erna menghentikan aksi kangen-kangenan anaknya.

"Papah pulang." Seru pria paruh baya dari arah pintu masuk.

"Widih ada saingan papah nih." Serunya saat melihat keponakannya dengan wajah sabar menghadapi ratu kediaman Raditya.

"Om." Sapa Moriz menyalimi tangan om-nya.

"Ayo makan, ngobrolnya dilanjut setelah makan aja." Usul Icha yang sudah siap dengan makanannya.

Setelah acara makan tadi sekarang mereka berada diruang keluarga.

"Gimana sekolah kamu Riz?" Tanya Radit menyesap kopi-nya.

"Biasa."

"Om denger kamu telat dan bolos terus, apa itu benar?" Meski kini berbeda rumah namun Radit tak sepenuhnya melepas tanggung jawab pada ponakannya.

"Iya."

Mendengar itu Radit menghela nafas panjang dengan kelakuan yang Moriz dan teman-temannya lakukan.

"Ada yang ingin kamu sampaikan?"tanya Radit memancing Moriz agar bercerita padanya.

"Gak."

Lagi. Radit menghela nafasnya gusar, bersabar menghadapi sifat Moriz yang irit berbicara.

"Ya sudah kamu balik kekamar dan istirahat." Ujar Radit menepuk pundak Moriz.

Ia hanya mengangguk dan melangkah pergi. sebelum ia sampai pada pintu, ucapan Radit membuatnya menghentikan langkah.

"Om tau masalah kemarin."

***

Tebak masalah apa hayo?

Jangan lupa votmen ya!

MorizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang