- (+) e m p a t

543 72 0
                                    






'Pacar'





rated: 15+
tw // hospital
600 words






Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Jisung berjalan gontai menuju resepsionis. Ia meletakkan catatan kecil dan handphone mahalnya dengan kasar sembari menghela napas kuat. Para perawat di balik meja resepsionis yang sudah biasa melihat kelakukan Jisung ini hanya menggeleng pelan. Pria tampan itu pasti lagi-lagi terkena masalah.

"Kenapa lagi kamu, Ji?" tanya sebuah suara dari sebelah kiri Jisung.

Segera, Jisung menoleh ke arah kiri dan mendapati Jungwoo di sana. Dokter residen itu baru saja datang entah dari mana, tiba di meja resepsionis untuk mengonfirmasi beberapa hal.

Lihatlah dirinya sekarang sudah sibuk mencentang berlembar-lembar kertas. Jelas bahwa pertanyaan yang dilontarkan dokter rupawan tadi hanya sekedar basa-basi.

"Bukan apa-apa, dok" jawab Jisung canggung. Dia memang belum terlalu dekat dengan beberapa dokter residen, Jungwoo salah satunya.

Jungwoo terkekeh karena mendengar jawaban canggung Jisung. Ia sejenak berhenti dari pekerjaannya, lalu memutar tubuh agar berhadapan langsung dengan Jisung.

"Pasti kamu baru aja dimarahin dokter Taeil lagi, ya?" tanya Jungwoo penasaran.

Wajah Jisung yang semakin suram menandakan bahwa ucapan Jungwoo benar.

"Iya, dok. Saya salah menjawab pertanyaan-pertanyaan dari dokter Taeil tadi. Jadinya saya disuruh harus bikin essay malam ini. Padahal saya ada niat mau pulang cepat, dok" keluh Jisung. Sungguh, ia sudah sangat putus asa saat ini.

Mendengar curhatan Jisung, Jungwoo tertawa. Dulu ketika masih koas, ia juga merasakan hal yang sama dengan Jisung. Apalagi, stase kali ini cukup sulit. Stase penyakit bagian dalam. Sudah sewajarnya banyak calon dokter yang kesulitan. Termasuk calon dokter cemerlang di depannya ini.

"Semangat, Ji. Saya yakin kamu pasti bisa, kok. Lulus cumlaude dari pendidikan dokter Universitas Neo, saya percaya hal-hal seperti ini pasti bisa kamu lewati"

Jisung mengangguk mantap, sambil mengaminkan dalam hati ucapan Jungwoo.

"Terima kasih banyak, dok" ucap Jisung tulus.

Namun, sepertinya percakapan itu belum berakhir. Jungwoo kembali bertanya kepada Jisung.

"Jisung, bolehkah saya bertanya? Tapi ini hal mungkin sedikit masalah pribadi" tanya Jungwoo sopan.

"Boleh, dok. Silahkan" balas Jisung santai.

"Saya dengar, kamu dulu peringkat terakhir pararel di sekolah menengah, benar?" tanya Jungwoo hati-hati.

Jisung yang mendapati pertanyaan seperti itu secara tiba-tiba tentu saja kaget. Wajah tampannya tidak dapat menyembunyikan keterkejutan itu.

"Ah... saya tidak bermaksud apa-apa, sungguh. Maaf jika ini menyinggung kamu. Tapi saya mempunyai sepupu yang ingin masuk kedokteran juga. Namun, ia pesimis karena nilainya jelek. Jadi, saya berniat untuk menjadikan kamu sebagai motivasi untuknya. Sekaligus menanyakan cara belajar kamu hingga bisa sehebat ini" jelas Jungwoo langsung, sedikit panik jika Jisung akan salah paham.

"Tidak apa-apa, dok. Saya tidak tersinggung sama sekali kok. Malah senang karena bisa menjadi motivasi bagi sepupu dokter" ujar Jisung.

"Syukurlah... jadi, apa benar seperti itu? Kamu peringkat terakhir pararel ketika SMA?" tanya Jungwoo ulang.

"Benar, dok. Itu benar sekali"

"Wah... bolehkah kamu memberitau saya, Ji? Cara agar bisa mengejar semua ketertinggalan itu? Kiat belajar dan sebagainya? Mungkin tempat les atau mentor pribadi? Saya sangat ingin membantu sepupu saya" seru Jungwoo.

Mendengar permintaan Jungwoo, Jisung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia bingung mau menjawab apa.

"Dok, bukannya saya tidak ingin memberi tau. Tapi faktor keberhasilan saya sampai saat ini tidak satupun berasal dari situ" jelas Jisung agar pelan.

"Maksudnya?"

"Saya tidak ada kiat atau cara belajar khusus. Saya juga tidak pernah les apalagi memiliki mentor pribadi"

Jungwoo menganga tidak percaya. Tidak disangka pria dihadapannya sehebat itu.

"Jadi kamu belajar secara otodidak?! Wah, hebat sekali" puji Jungwoo tulus.

"Bukan, dok. Bukan seperti itu!" sangkal Jisung langsung.

Jungwoo jelas semakin bingung. Dahinya berkerut sebagai tanda tidak paham.

"Jadi?" lagi-lagi Jungwoo menuntut penjelasan.

"Maksud saya, saya memang tidak ada cara belajar khusus, les, atau apapun itu, dok. Tapi, saya punya pacar" ucap Jisung.

"Hah???"

"Saya punya pacar, dok. Makanya saya bisa lulus pendidikan dokter di Universitas Neo. Pacar saya, yang sekarang sudah jadi suami, Park Chenle, dia yang menjadi semua kunci kesuksesan saya."




[tbc] 


vote & comment jan lupa yaaa ;)

Alur | ChenjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang