- r i i l

397 64 14
                                    






'Pamit'





rated: 15+
tw // mayor character die, angst.
1351 words






Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Senyum cerah Jisung menjadi pemandangan terakhir sebelum cahaya putih terang menyambut Chenle ketika ia membuka mata. Suasana ramai warung ketoprak tujuh tahun yang lalu digantikan oleh plafon putih polos yang asing.

Tidak ada lagi wangi kacang kuah ketoprak yang menyapa indra penciuman Chenle. Saat ini, ia hanya bisa mencium wangi menyengat obat-obatan.

Rasa sakit di kepalanya membuat Chenle langsung mengerang. Belum lagi nyeri yang terasa luar biasa di tangan kanannya.

"Sayang!"

"Chenle, nak!"

"Lele!"

Beberapa seruan lantas terdengar ketika si manis berusaha untuk bangun dari posisi tidurnya. Tangan kanannya terasa semakin nyeri kala ia bergerak. Chenle pun melirik sebuah selang infus yang sudah terpasang di sana.

Nalar Chenle berjalan detik itu juga. Hatinya mencelos. Kilatan memori tetang apa yang sedang terjadi menyerbu kepalanya dengan cepat. Tidak hanya memori hari ini, tetapi juga memori tentang percakapannya dengan Jisung dahulu.

Chenle bermimpi dalam pingsannya. Ah, bukan mimpi. Lebih tepatnya, entah mengapa, kenangan itu hadir dalam mimpinya.

Pelukan hangat tiba-tiba dirasakan si manis. Maminya, Irene, mendekapnya penuh kelembutan, seakan berusaha untuk menyalurkan kekuatan untuk sang anak.

Alur | ChenjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang