- (+) d u a

893 88 0
                                    






'Telepon'





rated: 15+
tw // mentioning of cutting
175 words




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Ketika kenangan indah itu melintas di kepalanya, Chenle tidak mampu menahan senyum. Dulu ia sangat emosi atas perlakuan Jisung, tetapi sekarang, peritiwa itu menjadi kenangan yang paling indah. Yah, walaupun ciuman keduanya terasa sedikit asin karena keringat Jisung yang bercucuran sehabis bermain basket.

"Guk!" gongongan itu menyadarkan Chenle dari lamunannya. Chenle menilik ke arah Daegal dan menemukan anjing cantik itu menatapnya aneh. Mungkin ia takut sang majikan kemasukan hal-hal buruk.

"Tidak, Daegalie. Aku tidak gila" jelas Chenle seakan tau apa maksud dari gonggongan Daegal. Ia lalu lanjut menjelaskan, "Papa hanya teringat kenangan tentang Ayahmu dulu"

"Guk! Guk!" balas Daegal, seakan menjawab, 'Baiklah, aku akan mempercayainya'.

"Aku serius Daegal! Tanya saja ayah jika tidak percaya"

"Guk!"

Chenle tersenyum gemas akan tingkah Daegal. Ia tetap sibuk mengola bahan-bahan masakan yang ada di depannya. Sudah satu jam Chenle bergelut dengan masakannya hingga akhirnya ia hanya perlu menunggu daging yang ia masak matang.

Setelah memasang timer di handphone pintarnya, Chenle berniat meninggalkan dapur. Baru saja ingin membawa Daegal kembali ke dalam dekapan, bunyi telpon pintar membuat Chenle mengurungkan niatnya.

KRINGG!!!!




[tbc]

Alur | ChenjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang