2.

119 11 1
                                    

Na Jaemin dan Na Jeno, kembar dengan wajah yang sangat berbeda. Dengan Na Jeno sebagai yang tertua karena lahir 5 menit lebih awal. Porsi tubuh mereka sama, memiliki tinggi badan yang hanya selisih satu cm, berat badan yang selisih 3 gram saja, dan sifat yang lumayan berbeda.

Na Jaemin sebagai yang lebih muda, memiliki sifat lebih santai. Tidak suka terburu-buru. Sesekali memiliki sifat heboh yang membuat wali kelas dan teman sekelasnya kewalahan. Selain sifat santai namun sigap, Jaemin juga memiliki sifat yang lebih lembut daripada Jeno.

Seperti Jaemin yang lebih suka menunjukkan bahwa ia sayang melalui tindakan dan perhatian, Jeno lebih menunjukkannya dengan kata-kata manis dan barang-barang lucu.

Dari sifat Jeno tersebut, 80% kisah cintanya berakhir tragis. Karena crush nya selalu berakhir memiliki perasaan kepada kembarannya.

"Jaem."

"Hm?"

"Diana suka sama lo."

"Oh, ya udah."

Selalu seperti itulah akhirnya. Karena Jaemin memang tidak berniat untuk menjalin hubungan yang lebih dari teman, seperti Jeno kepada yang lain. Jaemin memang sifatnya seperti itu, ramah dan perhatian dengan semua orang.

Sayangnya, sifat manis Jaemin sering disalah artikan.

"Lo engga mau coba deketin si Renjun, Jaem?"

"Oh, Renjun namanya?"

"Iya. Coba lah, coba doang. Kan lo pinter ambil hati uke sama ciwi-ciwi."

"Males ah."

-•-

Tiga bersaudara sedang berkumpul di tepi lapangan. Memakan jajanan ringan yang mereka beli beberapa saat lalu di kantin.

Hanya tiga orang sebenarnya, 1 perempuan dan 2 laki-laki. Sayangnya, 1 perempuan dan 1 laki-laki tersebut adalah kembar. Tentu saja, suasananya terasa seperti lebih dari tiga orang karena ulah mereka berdua.

Mau dipisah itu, mereka satu paket. Sudah berjuang bareng dari zigot masa dipisahkan karena terlalu berisik. Rasanya tidak adil untuk keduanya.

"Ren, kalau ada yang macem-macem sama lo, bilang aja sama gue. Mereka semua pada takut sama gue, percaya deh!" ucap Shuhua dengan ekspresi seriusnya.

"Pipi lo biasa aja! Jangan sok imut, lagi di tempat umum. Nanti pada muntah semua!" protes Yangyang dengan menatap kembarannya penuh rasa dengki dan dongkol secara bersamaan.

"Sirik ya, lo?!"

Renjun, laki-laki bermarga Huang yang berada di antara si kembar hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Sudah terlalu berpengalaman dengan sifat saudara sepupunya.

Huang Renjun, anak tunggal dari keluarga Huang. Porsi badan yang tidak terlalu tinggi, berat badan yang sering dibilang seperti kapas oleh kakak sepupunya. Kalau kata kebanyakan orang, Renjun itu menggemaskan. Harus dijaga dengan sepenuh hati, jiwa, dan raga.

Untuk sifat Renjun, seperti yang dibicarakan kebanyakan orang. Sebelas dua belas dengan si kembar Yangyang dan Shuhua. Namun, Renjun bukan galak, tetapi tegas. Aura dominan seorang anak tunggal akan muncul ketika Renjun tengah serius.
Serta aura cucu bungsu juga melekat ketika bertemu dengan yang lebih tua.

Urusan percintaan, Renjun tidak mau membahas lebih lama. Karena, setiap membahas percintaan, kisah Renjun yang terpendek dan selalu dijadikan lelucon.

-•-

Suasana kelas IPS 3 saat ini menjadi kelas ter-ricuh diantara semua kelas IPS yang berada di bagian dekat kantin sekolah. Alasan kericuhan mereka adalah sang wakil ketua kelas yang sifat tidak bisa diamnya muncul.

Benar, Na Jaemin sedang berulah saat ini.

*tok! tok!

Suara ketukan pintu membuat semua siswa IPS 3 diam. Semua mematung dan mengalihkan fokus mereka ke pintu. Melirik satu sama lain, seakan memberi sinyal siapa yang akan membuka pintu.

"Jaem, lo aja!" perintah ketua kelas. Ia tidak mau ditegur atas ulah Na Jaemin, biarkan saja dia yang menghadapi. Toh dia juga wakil ketua kelas.

"Iye." Jaemin langsung turun dari meja. Merapikan pakaiannya sedikit, meletakkan sapu yang sempat ia jadikan gitar, dan berjalan mendekati pintu.

Was-was sebenarnya, takut ada guru lain atau malah kepala sekolah yang mendatangi mereka. Bukan takut mereka yang terkena hukuman, tapi, takut wali kelas mereka yang mendapat teguran atas ulah anak-anaknya.

*ceklek.

Jaemin mematung. Melihat orang yang sempat ia perhatikan tempo hari. Orang yang sering menjadi topik pembicaraan kembarannya.

"Kenapa?" tanya Jaemin kepada orang tersebut. Tentu saja dengan nada lembut yang biasa ia gunakan kepada orang-orang baru. Agar terkesan ramah.

Siswa lain tersebut melirik sekilas ke dalam kelas. Seperti mencari siapa pelaku yang membuat keributan. Hingga mengharuskan dirinya keluar kelas dan menegur mereka.

"Sorry, bisa tolong jangan ribut? IPS 4 risih, bu Winar jadi sulit buat ngajar. Sama yang namanya Jaemin diminta ke kelas IPS 4, menemui beliau," ujar yang lebih pendek kepada Jaemin.

"O-oh, gue Jaemin." entah darimana Jaemin malah memperkenalkan diri, yang kalau dipikir-pikir tidak ada manfaatnya untuk si tetangga kelas itu.

Si anak baru mengangguk, "Gue Renjun. Murid baru, maybe lo belum kenal gue."

"Gila kali gue belum kenal lo. Dari lo pertama masuk juga gue udah tahu sama lo, anjir."

"Gue duluan. Cepet ke kelas, sebelum jam istirahat."

-•-

Friendly || JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang