3.

124 12 0
                                    

Pulang disore hari hanya karena ekstra kulikuler wajib adalah hal yang paling Renjun benci. Tidak ada niatan dari hati yang paling dalam untuk ikut dalam ekstra tersebut, namun dipaksa tanpa persetujuan untuk ikut. Sangat merugikan Renjun yang hanya ingin menghabiskan waktu di kamar.

Kesialan sepertinya tengah mengelilingi Renjun hari ini. Dimulai dari tadi pagi si kembar yang tidak masuk sekolah karena sakit, lalu ekstra wajib, dan terakhir ia harus pulang sendiri. Melewati jalanan Purwosari yang mulai sepi.

Bocah yang baru mendapatkan SIM dan KTP itu membawa motor sendiri, di tengah-tengah matahari yang akan tenggelam. Jalanan yang hanya dilewati oleh satu-tiga kendaraan membuat bocah SMA itu merinding. Bibir kecilnya tak berhenti merapalkan doa agar bisa dengan segera tiba di kediaman keluarga bibinya.

"Kenapa berhenti?" tanya seseorang yang menggunakan seragam sama dengan Renjun.

Renjun menghela napas kesal, "Motor gue mogok," jawabnya tanpa melihat wajah yang bertanya. Karena memang batinnya masih mengumpat.

Kesialan Renjun benar-benar lengkap hari ini. Karena, di tengah perjalanan motornya secara tidak berperikemanusiaan berhenti secara tiba-tiba. Renjun ingin menangis saja rasanya, ditambah tidak ada bengkel di dekat sini, juga tidak ada transportasi umum.

Benar-benar sial.

"Rumah lo masih jauh?"

"Lumayan. Kalau jalan kaki lumayan bikin patah."

"Jokes lo psycho, ya. Gue merinding."

Renjun hanya mendengus. Ingin membalas candaan si teman satu sekolah, tapi masih jengkel.

"Bareng gue aja. Motor lo biar diambil kembaran gue nanti."

"Beneran?"

"Iya! Udah ayo buruan, keburu makin gelap."

"Makasih."

Tidak se-sial itu ternyata. Karena pada akhirnya Renjun diantar pulang oleh si teman sekolah, yang Renjun tidak bisa kenali dengan jelas siapa anak ini.

"Nanti ajalah ditanyain lagi. Penting gue sampai rumah dulu."

-•-

Jeno yang tengah asik dengan Nintendo hadiah ulang tahun kemarin harus berhenti. Panggilan dari Jaemin membuatnya harus merelakan permainannya untuk hari ini.

"Kenapa?"

"Tolong telponin montir, dong. Suruh ke alamat yang gue kirim."

"Kenapa deh? Motor lo mogok? Gue jemput aja?"

"Bukan motor gue. Motor Renjun, gue masih di rumah Renjun ini."

"Ha?"

"Nanti gue ceritain, ya twinnie. Buruan, nanti motornya kenapa-napa kalau kelamaan."

"Oke."

Panggilan berakhir, namun pikiran dan banyak pertanyaan di dalam benak Jeno yang belum berakhir.

Dengan sekian pertanyaan akhirnya Jeno bangun dari sofa. Mengambil ponselnya yang lain untuk menghubungi montir keluarga. Tidak lupa memesan makan malam untuknya dan Jaemin, sekalian.

-•-

"Jaemin? Ngapain lo disini?"

Jaemin yang duduk di ruang tamu terkejut mendengar suara yang tak asing lagi untuknya. Suara Shuhua yang sering muncul ketika ia berulah. Lebih tepatnya, sering menegurnya sekaligus memarahinya.

"Lho? Lo tinggal bareng Renjun, Hua?" Jaemin bukannya menjawab pertanyaan Shuhua, ia malah balik bertanya.

Shuhua mengangguk dan duduk di depan Jaemin.

"Oalah... terus kenapa lo engga masuk sekolah? Renjun pulang sendirian tadi, terus mogok di daerah pabrik."

Shuhua terkejut dengan kabar tersebut. Ia langsung khawatir dan takut Renjun kecilnya kenapa-napa. Ingatkan Shuhua jika ia lebih muda satu bulan daripada Renjun.

"Tapi aman kok. Gue tadi kebetulan lewat, jadi gue ajak bareng."

"Ah, syukur deh. Thanks, ya. Terus motor Renjun mana?"

"Gue minta tolong Jeno buat panggil montir, nanti biar sekalian diservis. Besok palingan udah bisa diambil."

Renjun baru selesai bersih-bersih diri, dia datang ke ruang tamu sama bawa teh hangat untuk Jaemin. Dia juga sudah siapkan makan malam untuk mereka barusan.

"Lho, Hua kok lo bangun? Udah engga pusing?" tanya Renjun yang melihat Shuhua tengah mengobrol dengan orang yang ia lupa namanya.

Poor Jaemin.

"Injun! Lo engga apa-apa, kan? Engga ada yang luka, engga ada lecet, kan?" Shuhua langsung bangkit dari duduknya. Membolak-balik badan kecil Renjun, memastikan tidak ada lecet ataupun luka sedikitpun di tubuh sepupu tersayangnya.

Renjun terkekeh, "aman, Hua. Udah, ayo makan. Lo harus minum obat! Eumm, ayo makan dulu, sekalian."

Renjun sungkan dan bingung harus memanggil apa kepada teman sekolahnya. Ia lupa namanya, bahkan tidak ingat apakah pernah bertemu dan berkenalan sebelumnya.

"Jaemin. Masa lupa sama gue?"

-•-







.Hope u like it!!! <3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Friendly || JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang