Bag 4

98 17 1
                                    

Happy Reading

.

.

.

Shana perlahan membuka pintu apartemennya, dan berjalan menuju ruang tamu, netranya menangkap dua orang pemuda tengah duduk bersantai di ruang tamu sambil memainkan PS yang ada di sana.

"Tadaima," ucap Shana. Dia menghampiri mereka berdua dan duduk di atas sofa, sedangkan mereka di bawah beralaskan karpet tebal.

"Okaeri," jawab keduanya. Shana memperhatikan mereka sambil memakan dorayaki yang tadi dia beli. Dia juga menyerahkan beberapa camilan ke mereka berdua.

"Shiki, jangan maju duluan, kau harusnya menunggu Ikki. Item mu belum lengkap, kau akan mati." Shana menarik pelan surai ruby pemuda itu. Sedangkan pemuda itu berdecak, dan mengikuti ucapan Shana. Gadis itu malah menjejalkan dorayaki ke mulut Shiki. Bukannya protes pemuda itu memakannya dengan tenang.

"Shana, aku juga mau." Shana mengambil dorayaki lagi dan menyuapinya ke pemuda yang disebut Ikki.

Shana kembali tenang dan mengamati permainan mereka berdua sambil memakan camilannya. Tersadar akan sesuatu, "Kalian sudah makan malam?" tanya Shana.

Kedua pemuda itu mengangguk, "Tadi mampir ke resto."

"Oh, bagus, soalnya aku juga nggak masak, tadi makan diluar juga." Shana kembali menikmati camilannya.

"Soal Touman, mereka geng yang cukup besar saat ini, meskipun begitu mereka adalah geng baru. Mereka mengusai bla bla bla," jelas Ikki panjang kali lebar.

"Data fisiknya juga sudah aku kirim ke emailmu."

Shana hanya mengangguk, "Terima kasih."

"Itu hanya data biasa, bukan hal sulit, beberapa data juga sudah diketahui banyak orang. kau butuh data detailnya? Aku bisa mencarikannya." Shana menggeleng, dia fokus memakan camilannya.

"Kenapa kau mencari tau tentang mereka? Bukankah kau tidak ingin terlibat hal seperti ini?" tanya Shiki. Dia tetap fokus pada gamenya dan memakan kripik yang disuapkan ke mulutnya oleh Shana.

"Hanya penasaran." Shiki melirik Shana sekilas. Sedangkan gadis itu tiba-tiba terpikirkan sesuatu. Sano? Ntah kenapa marga itu terdengar familiar.

"Nee, Sano? Apakah dulu aku memiliki kenalan dari keluarga itu? Rasanya familiar." Shiki dan Ikki menegang, membuat Shana mengernyitkan alis. Aneh.

"Tidak, seingatku kau tidak punya." Ikki berujar tanpa menatap Shana, dirinya tetap fokus kepada gamenya. Gadis itu hanya mengangguk dan enggan berpikir lebih, ntah kenapa dadanya sakit saat memikirkannya.

.

.

.

.

Saat ini Shana tengah bersama Hina, mereka menaiki taksi untuk ke rumah sakit di mana Takemichi dirawat. Menurut penuturan Hina, Takemichi dirawat di rumah sakit karena perkelahian yang dia lakukan.

Bagi Shana, pemuda itu memang selalu babak belur saat berkelahi. Terkadang ia kasihan juga, dia selalu jadi samsak bagi musuhnya. Namun, mendengar perkataan Takemichi dulu bahwa dia punya alasan untuk tetap berjuang. Karena, ada yang yang tidak akan ia serahkan lagi. Meskipun, Shana tidak terlalu paham akan maksudnya.

Saat ini mereka berdua sudah sampai di rumah sakit. Hina tampak tergesa menuju ruangan Takemichi. Shana hanya menghela napas pasrah dan mengikuti Hina.

Setelah menemukan ruangan di mana Takemichi di rawat, Hina masuk begitu saja. Ia tampak sangat khawatir dengan keadaan Takemichi.

"Takemichi-kun, apa kau baik-baik saja?" Hina langsung menggeser kain yang menjadi sekat kasur yang ditempati Takemichi dengan kasur milik pasien lainnya.

CLARITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang