Penantian Panjang

1 0 0
                                    

Hari ini, bulan april 2025. Di salah satu pantai indah dengan garis pantainya tertutup pasir putih. Keturunan laut datar, dasarnya berpasir. Lautnya yang tenang, nyaris tanpa ombak. Pantai yang cukup ramai di kunjungi warga setempat karena jaraknya yang relatif dekat dengan pintu masuk taman dibandingkan dengan pantai lainnya. Pantai Kerachut yang di kenal cocok untuk berenang, berjemur, scuba diving, snorkeling dan diving. Perairan pesisir yang dibedakan oleh keanekaragaman dan keindahan dunia bawah laut. Dari September hingga Februari di Kerachut, Anne selalu berkunjung dengan memegang sebuah surat yang di genggamnya. Surat beramplop kuning dengan pita merah di sisi kirinya, di genggamnya erat-erat. Dengan pemandangan laut hijau dan penyu zaitun merangkak untuk meninggalkan telurnya di pasir. Ada pembibitan penyu, yang berisi individu-individu dari berbagai usia dan ukuran. Tidak ada perubahan suhu yang tiba-tiba di pantai itu dan mungkin untuk bersantai di pulau sepanjang tahun. Tidak ada musim hujan dan angin tertentu, hanya sebuah angin yang menyentuh wajah Anne sepanjang ia duduk di atas pasir dengan di alasi tikar. Anne yang sedang duduk menatap datar nya lautan di ujung sana, sambil menoleh cepat  pepohonan yang menghiasi pantai  itu sambil mengelus rambut panjang nya yang sudah melebihi garis pinggang nya itu. Menikmati pantai Kerachut yang menjadi pantai tempatnya merenung dengan lelah nya pekerjaan yang menekannya dan masalah yang kian datang setiap saat. Pantai ini yang menjadi saksi bahwa sore itu menuju matahari tenggelam, Anne berlari di jembatan dengan tergesa sambil menggengam surat di tangan nya untuk menunggu seseorang. 

Sudah pukul tujuh dan langit sudah sangat gelap dan membunuh pemandangan cantik dari pantai itu, hanya ada lampu-lampu yang menyinari jembatan itu, ia yang di tunggu juga belum datang.

"Ia sudah berjanji kan?"

                                                                                            ***

Anne senang, mengetahui bahwa apa yang ia miliki adalah seseorang yang juga menginkan nya.
Setiap hari, bahkan setiap malam, ia biasanya akan menelfon nya di saat lelah dengan pekerjaannya. Menceritakan kesehariannya yang ada saja ragam nya. Namun malam itu terasa berbeda, ia terlihat sangat sibuk bahkan dia sepertinya tidak punya waktu untuk melihat pesan singkat yang Anne kirimkan untuknya. Anne yang menyadari bahwa dirinya sudah mulai merasa sangat kesepian, mulai bertengkar dengan diri sendiri.

Seharusnya dia tinggal disini, dengan begitu dia akan lebih banyak waktu untuk menghubungiku kan?. Tapi, perihal rindu yang Anne rasakan, seharusnya tidak seperti ini. Bagaimana bisa Anne menjadi egois yang hanya mementingkan hal sepele tanpa tau disana apa dia sedang sibuk atau tidak. Yang pasti sibuk atau tidaknya, Anne akan selalu menyemangati kegiatannya. Namun ada perasaan gundah dimana Anne menyadari bahwa dari caranya menyibukan diri, Anne bisa memahami bahwa keberadaannya benar-benar terasa, lebih terasa jika dalam keadaan dimana Anne membutuhkannya namun ia tidak ada.

Anne selalu menunggu nada dering yang menjadi ciri khas tersendiri untuk nya, membuka aplikasi WhatsApp dan menutupnya lagi, begitu terus sampai Anne merasa ngantuk. Akhirnya pukul 3 subuh Anne sudah mulai terlelap sambil meletakan handphone tepat disebelah nya, berharap notif akan membangunkan Anne jika ia menelfon. Namun sayangnya, ia mengabariku pukul 5 subuh dimana aku sudah terlelap. Malam itu rupanya menjadi malam yang membuatnya tidak memiliki waktu untuk melihat handphone, bahkan ia hanya bisa pergi ke toilet saja. itupun hanya sebentar.  Entah apa yang ia kerjakan, Anne pun tidak tahu pasti.

Perasaan yang dibayangi oleh pertanyaan yang membuat Anne bimbang. Malamnya Anne pergi menemui Aca dan Anggoro di sebuah cafe yang tidak jauh dari rumah Anne. sesampainya disana Anne dan Aca menguasai lagu yang di suguhkan laptop milik owner cafe tersebut yang kebetulan ia adalah teman Aca dan Anne pun berkenalan baik. Dengan memutar beberapa lagu yang sedang menggambarkan suasa hati Anne saat itu. Dimana Anne sangat terbawa suasana hingga Anne sedikit menangis dan lupa bahwa dirinya sedang berada disebuah cafe. Anne yang berusaha menutupi kesedihan di wajahnya ternyata bisa terbaca oleh Anggoro, dimana Anggoro rupanya sudah memperhatikan gerak-gerik Anne saat memutar lagu dengan lirik yang menggambarkan bahwa Anne sedang dalam suasana hati yang buruk. Anne menceritakan pada kedua teman nya itu bahwa ada perasaan gelisah di dada nya yang dimana itu sangat menganggu pemikiran nya. Aca menepuk pundak Anne dan berusaha meyakini bahwa itu hanya perasaan berlebihan saja, supaya tidak menjadi hal yang buruk Aca dan Anggoro meyakinkan Anne untuk bertanya dan meminta penjelasan terkait apa yang menganggu pemikirannya sekarang. Karena Aca dan Anggoro sudah mengenal Anne sangat lama, itulah mengapa mereka menginginkan Anne untuk harus bisa mempertahankan pria yang kini ia inginkan. 

Kedua nya takut, kalau Anne merasakan trauma yang terulang kembali saat ia mengetahuinya dulu, perjuangan Anne hanya berbuah trauma yang sangat membunuh karakter Anne yang sangat periang.

Harsa UryaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang