Cekrek!!
"Ka Injun!! Jangan foto aku dong. Aku tuh gak cantik kalau difoto. Entar kaka malah gak jadi buat jadiin aku tipe ka Injun,"
"Aya cantik kok kalau difoto sama orang yang tepat. Nih, coba liat."
Gadis yang bernama lengkap Anaya Putri Senja atau biasa dipanggil Aya itu menghampiri pria yang terduduk dikursi roda sambil memegang sebuah kamera lama, dengan raut wajah yang tertawa geli ia menyodorkan kameranya kepada Aya yang mengerucutkan bibirnya.
Aya mendudukkan dirinya dengan posisi jongkok disamping kursi roda, dia melihat hasil jepretan dari seorang yang dipanggilnya ka Injun. Rupanya wajahnya tidak seburuk yang dia bayangkan, ia tersenyum kearah pria yang juga kini melihat hasil jepretannya.
"Gimana, bagus gak? Cantikkan kamunya."
Aya mengangguk.
"Iya, bagus banget. Nanti fotonya dicuci ya kak? Mau aku pajang dikamar,"
Renjun Arwana diwantara atau Injun itu mengangguk semangat. "Boleh, nanti aku cuciin."
"Ka Injun kita foto bareng yuk!! Masa kaka yang punya kamera tapi gak ada foto kaka,"
Aya mengangkat kamera lama itu dengan lensa yang diarahkannya kepada mereka berdua, Injun dengan canggung mengeluarkan senyumannya dan pandangannya tertuju pada Aya yang berdiri disamping dirinya yang terduduk dikursi roda.
"Satu, dua, tiga, Ciss!!"
Cekrek!!
-°°°-
"Jaem. Jaem. Jaem!"
Injun menggoyangkan kembarannya yang tertidur diruang tamu, "Jaemin!" Teriaknya dengan sedikit lantang. Hingga membuat kembarannya itu terbangun.
"Apa sih?" Tanya Jaemin dengan mata yang masih terpejam, lalu sedikit membuka matanya melihat kearah kembarannya yang masih baik-baik saja terduduk dikursi roda.
"Aku mau foto dibalkon, kamu bisakan bantuin aku?" Mohon Injun terhadap kembarannya yang lebih tua 2 jam itu.
Jaemin atau nama lengkapnya Jaemin Angkasa Diwantara itu menggeleng tegas, "Gak ah! Mager guenya,"
Injun sedikit kecewa mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Jaemin.
"Satu kali ini saja! Kamu tahukan aku selama dua belas tahun ini tidak pernah kebalkon karena kakiku yang lumpuh. Ayolah Bang!" Bujuk Injun sekali lagi.
"Arghhh!! Ya udah deh. Satu kali ini aja ya?" Ujar Jaemin, ia tidak tega melihat kembarannya yang memohon kepada dirinya dengan mata yang bersinar.
Injun tersenyum ceria.
Namun, "Terus, lo kebalkonnya gimana? Lo 'kan pakai kursi roda, mana bisa naik tangga?"
"Kamukan bisa gendong aku?" Jawab Injun dengan polos.
Jaemin menggaruk kepalanya kasar, baru saja dirinya pulang bekerja, sudah ditimpa pekerjaan yang berat lagi. Mengingat berat badan Injun yang berat dibalik badannya yang terlihat kurus.
"Ehhh, Ya udah deh."
Injun terlebih dahulu mengalungkan kamera polaroidnya kepada Jaemin, setelahnya dia menaiki punggung Jaemin supaya bisa kelantai atas.
Jaemin menyerngitkan dahinya saat mengangkat beban saudaranya yang sangat berat, ditambah lagi ia harus menaiki 27 buah anak tangga. Bisa dijamin pinggangnya esok tidak baik-baik saja.
Saat sudah sampai balkon, Jaemin langsung mendudukkan Injun dikursi yang tersedia diatas balkon. Dan kembali kelantai bawah mengambil kursi roda buat Injun.
"Jadi lo mau difotoin gimana?" Tanya Jaemin sambil membuka hasil potretan saudaranya itu. Ia melihat ada Aya dan Injun yang sedang berselfi, foto Aya yang sedang tersenyum, dan foto pemandangan yang estetik.
Injun menggerakkan roda kursinya keujung balkon, "Kamu bisa gak fotoin aku disini? Tapi aku mau kursi rodanya gak keliatan," Pinta Injun.
Jaemin mengalihkan pandangannya dari kamera polaroid, dan mengangguk kearah saudaranya. Ia memulai hitungan dengan hitungan jari tangan kanan.
Cekrek!!
°~°~°
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ALL
Teen Fiction"Ka Injun! Tipe ideal kaka itu seperti apa sih? Masalahnya, aku mau memantaskan diri buat kaka nih." "Aku tidak punya tipe ideal," "Kalau aku, masuk tipe kaka gak?" "Belum masuk untuk saat ini, gak tau kalau nanti." "Kalau nanti kapan kak?" "Nggak...