7| Sekat setinggi angkasa

1.5K 204 0
                                    

Tuhan masih mengatur sebuah temu untukmu. Memberi kesempatan untuk kamu membenahi kesalahan yang hampir mustahil untuk diperbaiki setelah sekian lama beku.

|•Sekat•|

Setelah Jovan memutuskan untuk meninggalkan kampung halaman hari itu, Jovan sudah berniat untuk melupakan semua sisa kenangan di tempat lahirnya. Melupakan semua orang-orang di sana, termasuk keluarga. Bahkan, Jovan juga berniat untuk melumpuhkan semua ingatan kecil yang sempat dia ukir bersama teman sebaya.

Seperti, bermain layangan di sawah, mengerjai ibu-ibu yang sedang memetik teh di kebun, mencuri mangga Kepala Desa, dan kenakalan lain yang dia lakukan. Walau pada akhirnya sulit, Jovan tetap memaksa dirinya untuk mengubur itu semua. Jauh, di dalam hatinya yang sudah remuk tak berbentuk.

Semua orang di kampung tahu, apa mimpi seorang Jovan Adikara. Mimpi lelaki itu adalah menjadi seorang pengusaha kaya raya yang selalu diidamkan oleh ibunya. Tapi ada satu orang yang selalu menentang mimpi Jovan. Dia adalah lelaki yang selalu Jovan panggil dengan sebutan 'Ayah'.

Kata ayahnya dulu, menjadi pengusaha di kota tidak semudah yang Jovan bayangkan. Tidak semenyenangkan kata orang. Lebih baik, Jovan meneruskan usaha kebun teh mereka di kampung. Itu kata ayahnya dulu. Tapi Jovan itu keras kepala, semakin di larang, semakin kuat kemauannya.

Akhirnya, hari itu, Jovan bertengkar hebat dengan ayahnya untuk pertama kali. Kemudian mengemasi semua barangnya dan pergi. Ke Ibukota yang jelas masih asing baginya untuk pergi sendiri. Berbekal nekat dan uang yang dia kumpulkan selama ini.

Setelah memilih untuk mengejar mimpi, hari-hari Jovan tidak sebaik itu. Mulai dari dia yang kehilangan kepercayaan diri, dan mulai meragukan semuanya. Sampai pernah suatu hari, Jovan berniat untuk pulang ke kampung dan menuruti semua kemauan ayahnya.

Sampai, dia bertemu dengan Mahendra. Lelaki itu menawarkan sebuah rumah padanya, sebuah tempat yang menjadi tujuan untuk pulang. Bukan hanya itu, Mahendra juga memberi pekerjaan dan dengan sabar memberinya bimbingan hingga dia menjadi seperti sekarang. Semua hal yang Mahendra berikan, selalu berbekas di benak Jovan. Sebagai pahlawan yang menariknya dari sekumpulan harapan.

Lima tahun itu, ada yang Jovan sesali. Salah satunya adalah karena harus meninggalkan Asrar. Adiknya yang waktu itu masih baru saja mengenyam pendidikan di SMA. Jovan meninggalkan Asrar tanpa kata, tanpa pamit, dan tanpa pelukan perpisahan. Dia pergi, begitu saja, dengan harapan semu yang diberikan kepada Asrar.

Jovan pernah bersalah, dan berdosa pada anak itu. Hingga sampai saat ini, dia baru menyadari semuanya. Sekat yang dia bangun sudah setinggi angkasa. Hingga mustahil baginya untuk meruntuhkan sekat itu begitu saja. Karena pada dasarnya, dia tidak akan mampu merengkuh Asrar kapan saja.

Di sabtu sore yang agak mendung itu, Jovan mengajak Asrar berjalan-jalan di sebuah pameran dekat alun-alun. Untuk menghibur penat sekaligus mengembalikan waktu yang terbuang selama lima tahun silam. Tidak seperti biasanya, Asrar menurut, tidak banyak menuntut dan terus membuntuti kemana pun Jovan pergi.

"Kamu pernah makan ini nggak?" Telunjuk kanan Jovan menunjuk sebuah stan makanan yang tidak jauh dari mereka berdua. Sebuah spanduk berwarna kuning tergantung gagah di atas stan, dengan tulisan Ayam Crispy Cak Duet.

"Ayam crispy? Belum pernah. Cuma pernah denger aja waktu di kampung dulu. Dion pernah cerita, waktu bapaknya habis dari kota, bapaknya bawa oleh-oleh itu."

Jovan mengerutkan bibir. Makanan sederhana ini, tidak perlu beli, sebenarnya bisa dibuat sendiri. Dan Mbak Alya adalah wanita yang pandai memasak, jadi tidak mungkin wanita itu tidak bisa membuatnya. Namun Jovan tahu, Asrar tidak akan pernah meminta hal yang aneh-aneh kepada Mbak Alya, sekali pun anak itu mau.

|✔| Sekat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang