Love Began to Exist

263 36 1
                                    

Satu jam 15 menit, rombongan Jeno tiba di bandara pulau Jeju.

  “No kita itu sebenernya mau kemana sih?” tanya Minjeong.

  “Ada deh. Ntar juga tau. Sekarang karena udah jam segini, kita sewa mobil dulu ya.” Ucap Jeno.

  “Aduh, pake rahasia-rahasiaan segala sih.” Dengus Jaemin.

 Selama 4 jam perjalanan dari Bandara, akhirnya rombongan itu tiba di daerah Halla-dong. Dari tempat mereka berada, pemandangan indah gunung Halla terlihat lebih jelas dari biasanya. Musim panas yang saat ini terjadi di Korea, tidak mempengaruhi cuaca di Gunung Halla sedikitpun. Hawa dingin dari Gunung Halla sudah mereka rasakan sejak mereka masih berjarak puluhan kilometer dari tempat mereka saat ini berada.

  “Wah bagus ya..” ucap Minjeong mengembangkan senyumnya saat melihat kearah Gunung Halla.

  “Iya cantik ya..”imbuh Jeno, namun dengan mata yang tak bisa mengalihkan pandangannya pada Minjeong.

  “Keren. Coba kita bisa kesana.” Gumam Jaemin.

  “Loh, kita memang mau kesana Na.” Ucap Jeno.

  “Serius? Bisa?”

  “Bisalah. Ga ada yang ga mungkin di dunia ini kalau kita mau berusaha Na.” Imbuh Jeno.

  “Terus sekarang gimana?”  tanya Mark.

  “Setelah ini kita akan menuju desa terakhir. Nah dari situ kita akan mulai semuanya dengan melangkah. Yuk buruan, keburu gelap nih.” Ucap Jeno.

Keenam sahabat itu kemudian melanjutkan perjalanan menuju Desa Hakyeong. Setibanya disana, sebagai pemimpin rombongan Lee Jeno mengurus administrasi dan pendaftaran semua anggotanya. Dari sini, mereka mengawali semuanya dengan melangkah. Jalur pendakian yang masih mudah untuk dilalui membuat mereka tiba di pos 1 sebelum malam hari.

  “Eh kita break disini ya, kita bikin tenda disini aja. Setelah ini, jalur pendakian bakal sedikit susah.” Teriak Jeno.

  “ Ne, yaudah ayok buruan. Udah lumayan gelap juga. Kita bikin api unggun juga ya.” Jawab Minjeong.

Malam hari telah tiba. Sebuah tenda besar dan api unggun sudah dinyalakan. Keenam sahabat itu memutuskan untuk bersenda gurau sambil menghangatkan badan disekitar api unggun.

  “Haechan~ah, kamu bikin Ramyeon?” tanya Minjeong.

  “Iya lah, kenapa?”

  “Aku mau dong, dikit aja.” Ucap Minjeong sambil menunjukan aegyonya. Membuat sepasang mata yang sedari tadi memperhatikannya terpesona.

  “Nih.” Jawab Haechan sambil memberikan sebuah mangkok mie untuk Minjeong yang sedang duduk disamping Jeno.

  “Eh, awas tumpah. Panas lho.” Ucap Jeno tiba-tiba sambil memegang mangkok Ramyeon milik Minjeong. Membuat Minjeong tersipu untuk sesaat karena perhatian spontan dari Jeno.

   “Mmhhh, Oppa, tidur yuk. Jimin ga betah nih. Dingin bgt.” Ajak Jimin pada Mark.

  “Iya nih dingin.” Imbuh Jaemin.

  “Ya udah yuk. Nanti kita bangun jam 2 ya. Aku udah setel alarmnya. Nanti jam 2 kita mulai lagi buat pendakiannya.” Ucap Jeno.

  “Ne, Oppa. Jeno Oppa ga tidur?” tanya Jimin.

  “Nanti, bentar lagi ya. Ini nih, nemenin Minjeong masih makan.” Jawab Jeno sambil melirik kearah Minjeong yang tepat disebelahnya sedang menikmati Ramyeon.

  “Ah, Ne.” Ucap Jimin berjalan meninggalkan Jeno dan Minjeong.

  “Hemmm.. kita keseringan berduaan gini kayak Eomma Appa nya anak-anak ya No. Yang lain udah pada tidur, kita masih berduaan aja.” Ucap Minjeong sambil menyenderkan kepalanya pada pundak Jeno.

Hallasan (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang