Hai Namira

27 2 0
                                    

Pukul 04:00 masih pagi buta bukan? Tapi bunyi alarm yang sangat nyaring itu membangunkan Namira yang tengah tenggelam di dalam mimpi-mimpinya. Namira bangun hanya untuk mematikan alarm yang sama sekali tidak merdu bahkan lebih mirip seperti alarm tsunami di pantai yang terdengar menyeramkan, lalu selimut tebal berwarna coklat itu ditarik lagi hingga ia tenggelam di dalamnya. Sedetik kemudian ia kembali membuka mata, Namira baru menyadari ini adalah hari Senin dan ia mendapatkan jadwal dinas pagi.

"Astaga , bahkan aku baru terlelap 2 jam yang lalu". Namira berseru dengan suara yang parau.

Namira bergegas bangun dan membuang selimut tebalnya ke sembarang arah. Berjalan dengan malas, langkahnya tergontai menuju handuk yang tergantung di dekat mesin cuci, tubuh wanita berusia 27 tahun itu menghilang dibalik pintu kamar mandi. Sejenak ia menghadap ke cermin, melihat wajahnya yang kusam dengan kantung mata yang semakin menghitam akibat begadang satu minggu penuh untuk memeriksa dan membuat laporan para klien. Bahkan ia harus terjaga hingga kokok ayam berbunyi. Setelah puas memandangi wajahnya yang tidak terawat, Namira beranjak menuju Shower  dan memutar keran ke arah kanan untuk menyalakan air panas, tapi sepertinya Dewi Fortuna sedang tidak berpihak kepadanya hari ini, water heaternya tidak berfungsi.

"Ya Tuhan, apakah minggu ini akan menjadi minggu yang melelahkan lagi untuk ku?" Namira memutar bola mata lalu menghela napas panjang, ia jengah dan mengeluh meratapi nasib yang kurang baik, entah ia mendapatkan kepercayaan ini dari mana, tetapi Namira selalu percaya jika hari Seninnya di awali dengan hari yang buruk, maka selama satu minggu ke depan akan menjadi hari yang buruk untuknya. entah itu sebuah kepercayaan atau hanya sugesti, tapi itulah yang Namira alami selama ini. 

Saat ini dibanding memikirkan bagaimana harinya selama satu minggu ke depan, Namira justru lebih pusing memikirkan apakah ia harus mandi atau tidak "Apa aku harus mandi saat ini juga? hari ini rasanya dingin sekali, apa lebih baik tidak perlu mandi? Aku bisa mandi nanti siang di Rumah Sakit" Pikirnya. Namira mematikan shower, ia kemudian beralih menuju westafel, hanya mencuci muka dan menyikat gigi saja agar setidaknya ia tidak terlalu berantakan. Namira keluar dari kamar mandi yang penuh dengan berbagai macam benda-benda untuk perawatan tubuh itu dalam keadaan yang masih sama, masih terbalut baju tidur dengan handuk yang masih menggantung di leher. Ia terlalu malas untuk mandi se pagi ini menggunakan air dingin di tengah suhu yang hanya 18 derajat. Ia tidak mau jika nanti akan terkena flu.

Setelah Namira keluar dari kamar mandi ternyata tidak semata-mata menyelesaikan kebingungannya. Di satu sisi ia merasa malas untuk mandi tapi disisi lain ia tidak  ingin berpenampilan buruk di hadapan klien. Namira terlihat berpikir sejenak "Apa sebaiknya aku tanya Audy saja?" Namira bergumam. Audy adalah sahabat baik Namira sejak mereka kuliah bersama 8 tahun lalu. Bahkan saat ini mereka bekerja di Rumah Sakit yang sama. 

Namira memutuskan untuk menelepon Audy, Namun saat akan mengambil handphone yang biasanya ia taruh di atas laci, benda pipih itu tidak ada di tempatnya. Namira mencari handphonenya yang menghilang. Ia mengacak-ngacak kamar yang berantakan itu menjadi semakin berantakan, entah lah apakah kamar Namira masih layak disebut kamar atau mungkin lebih mirip seperti gudang. Namira terlalu lelah untuk menata kamar, akhir-akhir ini banyak sekali Klien yang datang. Sepertinya saat ini banyak orang mendapat masalah sampai mereka harus membuat para Psikolog menjadi sangat sibuk.

"Arghhhhh Handphoneku di mana, aku benar-benar harus menelepon Audy sekarang, aku tidak mau terlihat buruk di hadapan Klienku dengan memberikan bau yang busuk ini". Tangan Namira merogoh ke sana kemari, ke bawah ranjang, ke bawah meja mungkin semua tempat telah terjamah oleh tangannya saat mencari handphone yang jatuh entah ke mana. "Nahhh, dapat" Akhirnya Namira mendapatkan handphone tersebut di bawah laci samping tempat tidur, sepertinya handphone milik Namira ikut terlempar dengan selimut, Namira baru ingat ia menaruh Handphone tepat dia atas perut yang dilapisi selimut ketika mematikan alarm. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang