i. one

2K 262 33
                                    

♥︎₊˚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♥︎₊˚.

Langkah kecil membawa kaki meyusuri koridor sekolah seorang diri. Mata memicing--menilik satu persatu tiap insan yang hadir. Hingga atensi menangkap si pemilik surai kelam yang tengah bersenda gurau di kaki tangga.

Ia mendekat dan menarik daun telinga pemuda itu tanpa aba-aba.

"Baji-kun, ayo selesaikan tugas mu. Kau tidak mau mengulang kelas lagi kan?"

Jelita kini menyeret paksa sosok tersebut dari teman-teman nya. Tak peduli jika diri telah merusak ketentraman diantara mereka.

"Iya, iya! Tapi lepasin dulu! Sakit tau!" Baji meringis dan mencoba mengimbangi langkah nya yang tak seiring.

"Iya nya kapan?"

"Nanti pulang sekolah"

"Ku aduin ya ke ibumu?"

"Dih cepu"

[name] menguatkan jeweran nya pada Baji.

"OI SAKITT!"

"Biarin"

⋯ ♡!

Perpustakaan.

10 menit sebelum bel masuk berbunyi. Di sini lah dua insan saling menggerutu satu sama lain.

Jika [name] tengah memijit kening yang terasa pening, maka Baji sibuk menghapus bait angka yang salah ia analisis.

"Kan udah kubilang engga digituin! Tapi diginiin!" pemilik poni tipis melingkari berkali-kali rumus yang sudah ia tulis pada hamparan kertas bergaris.

"Nulis yang bener dong. Kaya cakar ayam gitu" Baji mencibir.

"Mendingan punya ku daripada punya mu, kaya tumpahan bubur!"

"Yang penting masih bisa ke baca"

"Boong banget. Aku aja ga ngerti kamu nulis apa" [name] menyahut sinis.

"Maka nya kalo rabun pake kacamata"

"Enak aja! Aku ga rabun tau!"

"Yang di sana tolong jangan ribut, ini perpustakaan"

Saking ributnya mereka, penjaga perpustakaan pun memutuskan untuk menegur.

"Kamu ngomong nya heboh banget sih, jadi kena marah kan" Baji berbisik, mencoba mengompori.

"Kok nyalahin aku?!" gadis itu membalas dengan berbisik pula.

"Kan memang salah mu"

"Au ah malas banget" [name] berdiri hendak beranjak. Tapi Baji menahan dengan meraih pergelangan tangannya.

"Maaf maaf, bercanda. Sini ajarin lagi" Ia pun kembali duduk dengan wajah merengut.

"Jadi habis diginiin, selanjutnya diapain?" Pemuda itu bertanya, kali ini nada bicara nya melembut.

"Habis kamu kali in, jangan dijumlah in dulu, tapi..."

Baji mengalihkan atensi. Yang tadi nya terfokus pada buku matematika, kini memusat penuh pada insan di samping.

Surai ungu, bibir mungil, pipi yang kemerahan, serta manik bening yang terlihat bersinar.

Ia tau [name] cantik. Tapi tak disangka jika diperhatikan baik-baik, rupa gadis itu dari samping ternyata mampu memikat hati hanya dengan sekali lirik.

Baji jadi cemburu hati pada orang-orang yang pernah duduk atau sekedar bersinggah di sebelah sang kekasih. Karena mereka dapat menikmati pemandangan indah ini secara gratis.

"...nah setelah itu baru dijumlah kan. Sudah mengerti Baji-kun?" [name] menoleh, membuat lensa nya bertubrukan dengan manik cokelat sang pemuda.

Baji mengangguk, walau tak mendengarkan penjelasan gadis tersebut.

"Jadi inti nya, aku sayang kamu, kamu juga sayang aku"

[name] menaruh kesal pulpen nya, "ih pasti ga di dengerin! aku padahal udah cape-cape lho ngejelasin panjang lebar"

"Kata siapa aku ga dengerin?"

"Bukti nya tadi aku tanyain udah ngerti belum kamu malah jawab hal lain!"

"Aku dengerin kok"

"Ga ada, boong nya keliatan"

"Serius--"

ting ting ting

"Tuhkan udah bel masuk" [name] bergerak mengemasi peralatan tulis nya.

"Eehh, [name]! Tugas ku bagaimana? Belum selesai gini"

"Udah ah, kamu salin aja tugas punya ku" ketus gadis itu lalu berjalan keluar dari perpustakaan dengan menghentak-hentakan kaki nya.

"Dih ngambek" gumam Baji yang menyusul di belakang.

"Dih ngambek" gumam Baji yang menyusul di belakang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♥︎₊˚.

"[name]"

"Apa?!"

"Galak amat, hati-hati cepet--"

bugh!

"Mau ngatain cepet tua kan?!"

:: 𝗯𝗼𝘆𝗳𝗿𝗶𝗲𝗻𝗱, baji keisukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang