temen

122 8 1
                                    

"Gimana, Son?" Fenly menepuk bahu Zweitson yang sedang sibuk menulis.

Zweitson menoleh, "Apanya yang gimana?"

"Gimana soal nembak si Baby?" Fenly menaik-turunkan alisnya.

Zweitson meletakkan telunjuknya di depan mulut, "Sssst! Jangan kenceng-kenceng."

Fenly menutup mulutnya dengan telapak tangannya, "Ups, sorry."

Zweitson melepas tangan Fenly dari bahunya, "Gak gimana-gimana. Entaran lah."

"Entar-entar. Entar ditikung Aji, lho." Fiki, yang duduk di belakang Zweitson dan Fenly ikut nimbrung membuat keduanya menoleh pada Fiki.

"Apaan si! Kenapa jadi gue." Sahut Fajri, tidak terima.

"Kan cewek-cewek biasanya oleng ke elo, Ji." Jawab Fiki.

Gak salah sih, Fik.  Gue juga olengnya ke Aji.

"Payah ah, nembak cewek aja gak berani lu." Ledek Shandy, yang tiba-tiba sudah berdiri di depan meja Zweitson.

"Emang lo pikir nembak cewek gampang apa, ha?" Balas Zweitson tak kalah sengit.

"Gampanglah, nembak doang sih," Shandy membentuk jari telunjuk dan jempolnya seperti pistol lalu menempelkannya ke perut Farhan yang berdiri di sampingnya, "Dor!"

"AAAAAAA!" Farhan kaget sambil mengangkat kedua tangannya ke atas kepala, "Kaget gua, sen!" Alhasil Shandy tertabok.

"Nembak Farhan sih lebih gampang." Shandy meniup jari telunjuknya disertai tampang songong seakan habis menembak musuhnya.

Zweitson geleng-geleng kepala lalu menoleh ke arah cewek yang duduk di barisan paling kanan, meja kedua dari depan. Cewek itu sedang sibuk berbincang dengan teman-temannya sambil tertawa membuat Zweitson tersenyum melihatnya.

"Yeee. Belum jadian aja, udah bucin lo." Suara Shandy tiba-tiba menginterupsi membuat senyum Zweitson luntur seketika. Ganggu aja lu, Sen.

---

"Son, lu bawa payung, gak?" Aneh, tumben banget Gilang perhatian nanyain Zweitson perihal payung. Emang sih, langit di luar keliatan mendung. Kayak mau hujan.

"Gaklah, kan tadi berangkat harinya cerah."

"Lah, ni anak gak liat lamaran cuaca." Ricky yang menyahut.

"Ramalan, Rick. Ramalan!" Sahut Gilang, membenarkan.

"Astagfirullah, gak boleh percaya ramalan, Lang." Ricky geleng-geleng sok bijak.

"Beda elah. Ya udah, prakiraan cuaca." Gilang belyke lelah hayati ngadepin Ricky.

"Nah itu." Sahut Ricky tanpa dosa.

"Emangnya kenapa ramalan cuaca?" Tanya Zweitson.

"Katanya sekitaran pas pulang sekolah, bakal hujan." Kata Gilang, menjelaskan.

"Terus?" Sahut Zweitson, cuek.

Gilang merogoh tasnya lalu mengeluarkan payung dan menyodorkannya pada Zweitson, "Nih, payung."

Zweitson menatap bingung payung pemberian Gilang, "Apaan nih? Tumben banget."

"Udahlah ambil aja, Son." Ricky mengambil payung di tangan Gilang lalu meletakkannya di tangan Zweitson. "Ntar juga lo bakalan bilang makasih ke kita."

Ricky dan Gilang saling menatap lalu melakukan high five sebelum meninggalkan Zweitson yang masih bingung sambil menatap payung lipat yang digenggamnya.

"Kenapa si, aneh banget."

- tbc -

Helloooo
Akhirnya aku publish cerita yang udah lumayan lama ada di draft. Ini ceritanya aku tulis sekitar dua hari setelah MV Baby rilis terus kepikiran buat jadiin ff ini temen kalian streaming. Jadi, aku memutuskan buat publish cerita ini setiap hari Selasa dan bisa dipercepat kalo kalian rajin streaming. Nah gimana tuh? Jadi, aku bakal update setiap MV Baby nambah 200k views. Jadi, setelah part ini, aku bakal update kalo MV Baby 2M viewers. So, semangat streamingnya YouN1T!!! Tenang, aku temenin streamingnya 🤩 jangan lupa vote dan komen ya bestie ❤️

BABY | UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang