taman memancing

22 4 1
                                    


"Huh." Zweitson menghembuskan nafas kasar, entah kenapa ia merasa gugup. Matanya terus mencari sosok yang ia tunggu. Sudah 15 menit sejak ia sampai di taman bermain itu.

Di antara keramaian, Zweitson menemukan seorang cewek berambut sebahu—yang mengenakan jaket denim dan celana jeans panjang—sedang berdiri sambil menengok kesana kemari. Zweitson tersenyum lalu melambaikan tangannya sambil berharap cewek itu melihatnya.

Mata mereka bertemu dan cewek itu pun membalas lambaian tangan Zweitson lalu menghampirinya. "Udah lama?" Tanya gadis itu saat sudah berhadapan dengan Zweitson.

"Gak, kok." Jawab Zweitson.

"Maaf ya, telat. Macet banget." Ucap Baby sambil mengatur nafasnya.

"Iya, gak papa, kok. Santai." Sahut Zweitson disertai senyuman.

Baby ikut tersenyum.

Mereka mulai menaiki satu persatu wahana bermain. Pertama, roller coaster, kemudian komedi putar, dilanjutkan dengan wahana lainnya.

Mereka berhenti di depan bangunan yang bernama rumah hantu lalu saling memandang satu sama lain.

"Lo berani?" Tanya Baby pada Zweitson.

Zweitson tampak ragu kemudian ia bersuara, "Berani, kok."

Baby menyenggol lengan Zweitson, "Tadi juga waktu naik roller coaster katanya berani, taunya takut juga."

"Kali ini beneran berani. Sumpah." Zweitson mengangkat jarinya membentuk V.

"Bener?" Tanya Baby, memastikan.

Zweitson mengangguk-angguk lucu.

Baby memanyunkan bibirnya lalu berkata, "Oke."

Akhirnya, mereka masuk ke dalam rumah hantu. Gelap. Baby terus memperhatikan sekelilingnya. Tanpa sadar, Zweitson sudah berjalan mendahuluinya.

"Son, tunggu." Ucap Baby, takut tertinggal.

"AAAAAAA." Teriak mereka bersamaan, saat salah satu hantu tiba-tiba muncul.

"Son, jalannya jangan kecepetan. Gue takut." Rengek Baby pada Zweitson.

"AAAAAA! MAMAAAA!" Teriak Baby lagi. Sebenarnya, Zweitson juga takut dan kaget tapi ia berusaha tenang agar Baby juga bisa tenang.

"Son, gue boleh pegangan ke lo, gak?"

Zweitson menoleh cepat pada Baby yang ada di belakangnya. Dibanding semua hantu yang sudah ditemui, kalimat yang keluar dari mulut Baby lebih mengagetkan bagi Zweitson.

"Oh, iya. Boleh, kok." Zweitson mengulurkan tangannya pada Baby. Tapi, yang Baby pegang malah lengan baju Zweitson.

Zweitson menatap kecewa tangannya lalu terkekeh, sedangkan Baby tidak menyadari bahwa ia baru saja menolak genggaman tangan Zweitson.

---

"Lo ngapain disini?" Zweitson menoleh cepat ke arah suara karena ia mengenali suara itu.

Tepat sekali, itu suara Fiki. Matanya terbelalak. Ngapain Fiki disini?

Fiki tidak sendiri, ada seorang cewek berdiri di sampingnya. Mengenakan pakaian yang senada, Fiki dan cewek itu terlihat seperti pasangan gemoy yang lagi ngedate sambil makan permen kapas.

"Yeee ditanyain malah bengong." Ucap Fiki lagi, karena Zweitson hanya melongo ketika melihatnya. Bukannya bengong, tapi Zweitson kaget bertemu Fiki secara kebetulan apalagi saat ia sedang bersama Baby. Untungnya Baby belum kembali dari toilet.

"Mancing." Sahut Zweitson. "Ya, main lah. Ini kan taman bermain."

"Ya elah, santai aja kali." Balas Fiki. "Lo sendirian?" Tanyanya lagi, sambil celingak-celinguk mencari kemungkinan siapa yang bersama Zweitson.

"Iya. Emang gak boleh kalo gue sendirian kesini?" Jawab Zweitson ketus. Lagi sensi nih ditanya-tanya mulu.

"Rakus juga lo. Sendirian, makan es krim dua cup." Ucap Fiki sambil menatap tangan Zweitson yang memegang dua cup es krim.

Seandainya tangannya tidak sedang memegang es krim, Zweitson pasti sudah menepuk jidatnya. Zweitson tidak pandai berbohong.

"Lagi panas. Jadi pengen makan banyak es krim biar adem." Sahut Zweitson, melanjutkan kebohongannya.

"Ooooh." Balas Fiki manggut-manggut.

"Gimana kalo lo bareng kita aja, Son." Kali ini cewek disamping Fiki yang bersuara, membuat Fiki menoleh padanya.

Fiki tersenyum lalu menoleh pada Zweitson, "Boleh tuh. Kalo lo mau jadi nyamuk, hehe."

Ceweknya Fiki menyenggol lengan Fiki, "Jangan gitu dong, Fik."

Zweitson memutar bola matanya, "Gak usahlah. Makasih. Udah kalian berdua aja. Gue gak mau ganggu."

"Bagus tuh, pinter." Kali ini, Fiki kena tabok pacarnya, "Kok aku dipukul? Kan dia yang gak mau, Fey."

"Tapi, kamu jangan gitu, dong." Omel Feya pada Fiki.

"Iya iya maap." Nurut banget dah Fiki ama pacar. "Ya udah kalo gitu kita duluan ya, Son." Ucap Fiki pada Zweitson.

"Iya iya. Udah sono lu pergi."

Fiki manyun, belagak ngambek, "Jahat banget. Ngusir." Fiki berjalan meninggalkan Zweitson.

Feya melambaikan tangannya pada Zweitson, "Dah, Soni."

Zweitson membalas lambaian tangan Feya, "Daaah, hati-hati ya Fey, sama Fiki."

Feya terkekeh, "Hahahaha. Oke."

- tbc -

BABY | UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang