SP || 2.7

667 128 25
                                    

Elyseen terdiam sebentar menatap lekat Aland sebelum akhirnya ia tersadar dan dengan ragu menerima sapu tangan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Elyseen terdiam sebentar menatap lekat Aland sebelum akhirnya ia tersadar dan dengan ragu menerima sapu tangan itu.

Mereka terdiam berdiri cukup lama memandang pemandangan yang dilihat dari rooftop sekolahnya.

“Gue tau lo ngelakuin ini karena seseorang dan bukan kemauan lo sendiri.”

Elyseen sontak menoleh dan melihat Aland yang tengah menatapnya dengan pandangan mata yang sulit untuk diartikan.

“Maaf.”

Elyseen menatap Aland bingung karena tiba-tiba dia meminta maaf “Buat apa?”

“Maaf karena gue gak sengaja denger percakapan tentang lo dengan Abang Lo waktu itu. Niatnya gue mau ngembaliin ini.”

Deg

Aland menyodorkan sebuah gelang berwarna biru miliknya yang selalu ia pakai kemana-mana pemberian dari Eleanor. Waktu itu ia sempat mencarinya namun tidak pernah ketemu dan ternyata ada di Aland. Dan Aland menemukan gelang itu terjatuh dilantai sebelum mengantarkan Elyseen pulang.

Dengan tangan yang bergetar Elyseen dengan ragu mengambilnya. Aland dapat melihat tatapan mata Elyssa yang kosong.

“Gue denger semuanya. Gue dengar semuanya yang dibilang Kakak Lo. Gue tau lo berubah karna perkataannya yang merendahkan lo. Gue tau itu.”

Aland melihat Elyseen yang mengalihkan pandangannya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

“Gue bisa ngelihat kalo yang ada dihadapan gue ini bukan diri lo yang sebenarnya.” Aland menarik tangan Elyseen sehingga menghadapnya dan menggenggamnya. Sedangkan Elyseen dia hanya bisa menunduk sambil menangis “Karena gue ngalamin itu semua.”

Hiks

“Nangis. Nangis aja kalo itu bisa bikin lo lega dan tenang.” Tangisan Elyseen terdengar semakin menjadi, Aland dengan sigap menariknya kedalam pelukannya. Membiarkan seragamnya basah oleh air mata Elyseen.

Beberapa menit kemudian suara tangisan Elyseen telah mereda, deru nafasnya mulai tenang seperti semula hanya terkadang terdengar sisa isakan kecil. Elyseen pun melepaskan pelukannya dan menatap Aland dengan sorot mata teduh yang membuat Aland sempat terenyuh sebelum akhirnya ia sadar.

“Mau denger cerita gue?” Elyseen pun mengangguk pelan, Aland tersenyum tipis kemudian mengajaknya untuk duduk terlebih dahulu.

“Percaya atau engga dulu gue anak yang nakal sama seperti remaja laki-laki pada umumnya.” Elyseen langsung menatap Aland karena sedikit terkejut mendengarnya namun ia mempercayainya begitu melihat sorot mata laki-laki itu.

“Dulu waktu gue masih SMP, setiap harinya yang gue lakuin itu main game dan main game. Gak pernah sekolah dengan bener. Kalo udah main game gue jadi gak inget waktu. Gak ngerjain pr, gak makan dan gak keluar dari kamar. Yang gue lakuin setiap harinya duduk didepan komputer dan main game. Gue kecanduan game berat.”

“Ayah gue nyalahin mamah gue dan bilang kalo ini semua karena mamah gue yang gak bisa ngedidik gue dengan benar. Mamah gue jadi stress dia mulai sakit-sakitan dan setahun kemudian dia pergi dan gak akan pernah kembali...”

Elyseen menggenggam tangan Aland yang terlihat tengah menatap kosong kedepan.

“Sejak saat itu Ayah gue mulai nyalahin gue. Dan gue sadar, gue yang salah. Ini semua salah gue. Ayah gue mulai gak peduli apapun tentang gue, kita seatap tapi dia gak pernah lihat gue sedikitpun. Kita seakan asing. Dan gue mutusin buat berubah jadi anak yang rajin dan berprestasi. Bukan untuk disanjung-sanjung dan dikenal banyak orang. Tapi untuk ngembaliin ayah gue.”

“Gue udah kehilangan mamah gue untuk selamanya karena perbuatan yang gue lakuin sendiri. Dan setelah itu gue gak mau kehilangan ayah gue juga. Gue pengin berubah dan sayangnya udah gak bisa.”

Aland menoleh melihat Elyssa yang menatapnya dengan tanda tanya “Karena dia juga pergi. Ayah gue ikut pergi nyusul mamah gue.”

“Mungkin ayah gue ngerasa bersalah, makanya dia nyusul mamah gue dan—ninggalin gue sendiri.”

“Dan ini mungkin karma buat gue Karena udah durhaka sama orang tua.”

“Gue nyesel. Saat itu juga gue mengalami depresi dan menjadi study holic.”

Elyseen langsung menarik Aland kedalam pelukannya. Dia merasakan bahunya basah oleh air mata Aland dan dia membiarkannya. Elyseen menepuk punggung Aland pelan berusaha untuk menyalurkan sebuah ketenangan dan mengatakan seakan semuanya akan baik-baik saja. Elyseen bisa merasakan kesedihannya, ia tak menyangka bahwa pria dingin itu memiliki masalah dan rasa sakit seperti ini.

Aland mempererat pelukannya dengan Elyssa, ia merindukan pelukan hangat seperti ini. Kapan kali terakhir dia mendapatkan pelukan seperti ini? Entahlah mungkin dua atau tiga tahun yang lalu. Yang jelas sekarang ia merindukan dan menginginkannya. Aland menenggelamkan wajahnya keceruk leher Elyseen lebih dalam.

Seakan tak ingin kehilangan seseorang lagi dalam hidupnya.

Elyseen membiarkannya walaupun sedikit merasa risih tapi ia terus menepuk dan mengelus punggung Aland dengan tulus. Aland sudah membantu menenangkan dirinya tadi dan sekarang biarkan ia juga membantu menenangkannya.

“Mine. Gue bakal ngelindungin dan disamping lo selamanya.”

* * * *

Elyseen turun dari motor ninja Aland yang langsung menjadi pusat perhatian semua siswa dan siswi. Bukan hanya itu, kini penampilan Elyseen sudah kembali seperti biasanya. Namun kali ini rambutnya ia biarkan tetap tergerai bebas terombang-ambing mengikuti langkah kakinya.

Langkah kaki Aland berhenti saat merasakan seseorang tak lagi membuntutinya. Dia pun menoleh kebelakang, dan benar saja Elyssa tengah terdiam mendengarkan omongan para netijen SMA Atmosfer.  Aland akhirnya menarik tangan mungil gadis itu dan menggandengnya.

Para siswi menjadi tambah histeris saat melihat mereka berdua berjalan beriringan dengan bergandengan tangan. Mereka mulai ada yang memfoto dan akan menguploadnya ke akun gosip mereka. Dan jangan lupa omongan-omongan solimi dsri mereka.

Sungguh pagi hari ini sebenarnya mendung tapi kenapa terasa panas di SMA ATMOSFER!

“A-aku ke kelas sendiri aja ya.”

Baru saja Elyseen akan langsung berbelok dan pergi namun Aland menahan pergelangan tangannya dan menariknya sehingga Elyseen menubruk tubuh Aland. Elyseen menatap gugup Aland sedangkan laki-laki itu malah menatapnya dengan tajam.

“Gue bakal anterin lo sampai kelas. Inget kan janjinya hm?”

Elyseen menelan salvianya susah payah kemudian mengangguk

“Good girl.” Aland menepuk pelan kepala gadisnya itu. Gadisnya? Memang sejak kapan ia menyebutnya seperti itu? Entahlah yang jelas dia menyukainya.

Laki-laki itupun kembali menarik gadisnya itu. Sedangkan yang ditarik hanya terlihat pasrah dan mengikutinya.

Gimana menurut kalian?

Follow akun wp ku yuk biar ga ketinggalan info updatenya. Soalnya kadang suka ga masuk notifnya ke kalian ಥ‿ಥ

Maaf kalau ada typo dan bahasanya ga nyambung, nanti bakal direvisi dan diubah gaya bahasanya ulang klo udah tamat biar lebih enak bacanya.

Oke see you next partt <3

Sleeping beauty (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang