Act 11. No Smoke Without Fire

309 78 22
                                    

Mark menghentikan kesibukannya mencatat penjelasan pelajaran dari Pak Johnny untuk melirik Renjun yang juga sedang sibuk mencatat. Kemudian Renjun mendadak menoleh dan matanya tak sengaja beradu pandang dengan Mark, membuat Renjun menaikkan sebelah alisnya dengan ekspresi bertanya. Mark tersenyum kecil sambil menggeleng sebagai jawaban lalu kembali menekuni catatannya, membuat Renjun mengernyit sedikit sebelum kembali meneruskan catatannya sendiri.

Beberapa menit kemudian, Mark menyadari bahwa pergerakan Renjun yang ada di sampingnya terhenti, kemudian dia menoleh ke arah pemuda manis itu dan mendapati Renjun sedang menatap ke satu arah. Tatapan Renjun terlihat biasa saja, namun matanya yang tak lepas dari arah tersebut membuat Mark penasaran dan mengikuti arah pandangan matanya. Pintu keluar kelas yang tertutup.

Mendadak dua kipas angin gantung yang ada di dalam kelas mati dan terdengar beberapa orang menggumamkan pelan, "Mati lampu." Namun hal itu terjadi bersamaan dengan tubuh Renjun yang menegang dan ekspresinya menggelap, membuat Mark yang melihatnya langsung menyadari ada sesuatu yang tidak beres akan segera terjadi.

Belum sempat Mark membuka mulut untuk menanyakannya pada Renjun, suatu aroma yang khas dengan cepat mulai tercium olehnya. Mark terkesiap, namun dia lebih kaget lagi karena mendengar setengah isi kelas mulai bergumam.

"Nyium bau sesuatu nggak?"
"Iya, bau asap kan?"

"Kok ada bau aneh ya?"
"Bau asap."
"Tapi baunya beda dengan bau asap bakaran sampah biasa."

"Perasaan minggu kemarin baru aja bakar rumput hasil pangkasan di halaman sekolah, kok sekarang udah bakar rumput lagi ya?"
"Ini sepertinya bukan bau rumput dibakar deh."

"Ugh bau asap."
"Kok baunya gini ya? Bukan karena ada kebakaran kan?"
"Kalo ada kebakaran, alarmnya pasti sudah dibunyikan dong buat evakuasi."

Mark tersentak kaget karena mendadak merasakan tangannya diremas dan langsung menoleh. Didapatinya Renjun sedang menatapnya dengan tatapan serius sambil meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya dan tangannya yang lain meremas tangan Mark makin kuat. Mark menelan ludah.

Lalu didengarnya anak yang duduk di depannya berkata pada teman sebangkunya, "Bau asapnya kok seperti bau sate ya?"

BRAAAAKKKKKK

Seisi kelas terkesiap dan langsung melihat ke arah suara keras tersebut berasal. Pintu kelas yang tertutup dan terlihat seperti baru saja didobrak dari luar dengan sekuat tenaga. Semua orang serempak menahan nafas.

BRAAAAAKKKKKKK

Pintu kelas kembali didobrak dari luar, kali ini sedikit lebih kuat dari sebelumnya. Orang-orang yang duduknya tak jauh dari pintu menjerit tertahan dan melompat menjauhi pintu. Pak Johnny berjalan ke arah pintu untuk memeriksa apa yang sebenarnya terjadi namun ketika tinggal 2 langkah lagi dari pintu–

BRAAAAAAAAAKKKKKKKKK
BRAAAAAAAAAKKKKKKKKK
BRAAAAAAAAAKKKKKKKKK

Pintu kembali didobrak tiga kali berturut-turut dan lebih kuat dari sebelumnya, membuat Pak Johnny melompat menjauhi pintu dan setengah isi kelas berteriak sambil menyingkir merapat menjauhi pintu. Bau asap seperti daging yang terbakar tercium semakin pekat dan membuat suasana kelas semakin mencekam. Suara-suara doa mulai terdengar memenuhi ruangan.

GRRRRRRRRTTTTTTTTT

Kali ini yang terdengar adalah suara seperti kayu yang dicakar dari arah pintu dan seisi kelas menjadi semakin panik. Apalagi suara cakaran itu semakin lama menjadi semakin cepat dan pintu kembali terlihat berguncang hebat seperti hendak dibuka paksa.

Beberapa orang yang masih bisa berpikir lebih tenang mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana pintu itu tidak bisa dibuka oleh apapun itu yang berusaha membukanya karena pintu itu sebenarnya hanya ditutup saja dan sama sekali tidak dikunci. Seseorang terdengar bertanya bagaimana bisa tidak ada satupun orang dari luar yang datang ke kelas mereka dengan keributan seperti ini.

Shh, I Heard Something... | MarkRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang