Act 13. Something's Different

300 71 11
                                    

Renjun menutup pintu depan rumah sambil mengambil hp-nya yang berbunyi dering telepon masuk dari saku celana. Dilihatnya sebentar identitas si penelepon yang muncul di layar sebelum mengangkatnya.

"Apa Chan? Si manis jadi mengganggumu terus ya gara-gara dipanggil tadi?"

[Bukan itu] suara Haechan dari seberang telepon terdengar agak aneh. [Jadi rupanya Mark memelukmu ya? Lalu kau membalas pelukannya? Kemudian kalian jadi salting setelah pelukan? Oh jadi seperti itu ya hubungan kalian?? Wow, Renjun Huang, aku sungguh tak menyangka ...]

Kekehan menyebalkan Haechan yang terdengar dari sambungan telepon membuat Renjun langsung mengumpat tanpa suara. "Jadi kau memata-mataiku lewat si manis ya? Wow Haechan Lee, tak kusangka rupanya kau mulai membuka hati untuk si manis yang malang. Gimana kalau aku membantu agar hubungan kalian lebih lancar? Gratis kok, anggap saja ini hadiah dariku," balas Renjun sarkastik.

[Jangan coba-coba, Huang] Kata Haechan dengan nada serius dan tajam.

"Kalau begitu berhentilah memata-mataiku, Lee," balas Renjun sama tajamnya.

Hening sesaat di sambungan telepon. [Maaf, aku nggak bermaksud melanggar privasimu. Aku cuma khawatir setelah kejadian tadi, dan lagi aku nggak yakin Mark bisa diandalkan seandainya terjadi apa-apa.]

Renjun terdiam sesaat mendengarnya. "Aku juga minta maaf sudah mengancammu," sahutnya pelan. "Dan sebenarnya kau nggak salah juga soal Mark yang nggak bisa diandalkan, tapi serius aku benar-benar baik-baik saja. Aku yang sekarang juga sudah lebih kuat dibandingkan dengan aku yang tahun lalu."

[Tapi tahun lalu kau sama sekali nggak pernah pingsan, padahal kau berurusan dengan si manis dan si hangus secara bersamaan]

"Oh itu karena..." Renjun merasa ragu sesaat untuk menjawab, "...itu karena energiku belum pulih betul setelah menyelamatkan Mark yang terakhir kali, jadi perkara memanggil langsung si manis seperti tadi memang jadi agak memberatkan tubuhku."

Kembali hening sesaat di antara keduanya. [Makhluk yang mengincar Mark benar-benar seberbahaya itu ya?]

"Yaah, itu sih sudah bukan bahaya lagi namanya." Renjun tertawa lemah.

[Kau serius mau tetap lanjut begini? Maksudku, apa kau memang harus melibatkan diri sampai seperti ini untuk membantunya? Rasanya waktu denganku dulu kau nggak berbuat sampai sejauh ini. Atau ini karena besarnya perbedaan level antara si manis dan makhluk itu?]

"Oh, jangan-jangan kau cemburu ya?"

[Berhentilah bicara seolah aku sedang jatuh cinta padamu, Huang. Aku lagi nggak minat bercanda sekarang]

Renjun nyengir lebar walaupun tahu Haechan tak dapat melihatnya. "Habis kau kedengaran serius amat. Aku nggak sedang ada dalam situasi hidup dan mati kok, kalau itu yang kau khawatirkan. Justru Mark yang nyawanya sedang terancam. Dan lagi kau juga terlalu meremehkan si manis, jangan begitu lah."

Haechan membuat suara tidak jelas yang mengekspresikan kefrustasiannya. [Kalau begitu, tolong jelaskan padaku kenapa kau harus berbuat sejauh ini hanya untuk membantu Mark. Apa sih yang membuat kasusnya berbeda dengan kasusku?]

"Si manis menempelimu atas keinginan pribadinya dan nggak berniat lebih dari itu. Dia suka dengan sifat dan tingkahmu, karena itulah dia nggak berniat mengusik kehidupanmu terlalu jauh. Sedangkan situasi yang dialami Mark justru kebalikannya. Makhluk itu menempeli Mark karena menginginkan sesuatu yang spesifik dan untuk mencapai keinginannya itu, dia perlu—bukan, harus membawa Mark ke tempatnya."

Renjun menghela nafas panjang.

"Sebenarnya kasus Mark ini sederhana saja, tapi jadi susah karena jenis pohon masalahnya masih kurang jelas dan akarnya sudah menancap terlalu dalam. Untuk itu, aku perlu tahu dulu jenis pohonnya dengan tepat serta memetakan sudah sejauh mana akarnya menjalar agar dapat memotongnya di tempat yang tepas sebelum mencabut batangnya. Cara ini memang bakal memakan waktu lama, tapi ini cara teraman berdasarkan sumber daya yang ada saat ini."

Shh, I Heard Something... | MarkRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang