●Lovely

49 3 0
                                    

Pagi pagi sekali jimin membangunkan Qyara, mungkin ayam saja belum berkokok di pagi buta ini, jelas saja jam 3 subuh terpampang di jarum pendek benda bulat itu

"Ada apa oppa"
Suara berat masih mendominasi tenggorokannya, oppa? Benar mulai dari semalam sampai selamanya mungkin sebutan oppa itu sudah menjadi makanan sehari hari yang harus di sematkan dalam kalimat nya kala memanggil jimin, dia lebih takut dengan ancaman jimin semalam

"Kau ingat ini hari apa? Kau lupa? Ini tanggal berapa?"
Jimin masih setia duduk di samping ranjang besar milik Qyara, menepuk lembut puncak kepala gadis itu

"Astaga, kita harus ke jepang hari ini ya"
Qyara bangun dari tidurnya, berlari sedikit tergesa menuju kamar mandi, dia baru sadar ini tepat tanggal 26 april hari ulang tahunnya, sebagaimana pesan ayahnya beberapa waktu lalu tepat pada tanggal 26 april dia harus pergi dari korea untuk beberapa hari, dan perintah itu mutlak, alasannya Qyara juga belum tau sampai saat ini.

"Ahjussi kau masih di sini" Qyara mengeratkan handuk yang membalut tubuhnya kini, dia lupa jimin masih menunggunya di dalam kamarnya.

"Kau malu jika aku melihat bagian tubuhmu? Bahkan aku sudah puas melihatnya sewaktu kau kecil dulu"

Seringai jimin terlukis bak pisau yang di tancapkan tiba tiba di dada Qya, apa apaan, dulu mungkin saja Qya tak akan malu pada jimin, dan sekarang, walaupun Qya keponakan jimin tetap saja, dia sudah tumbuh dewasa dan bisa membedakan mana pria dan mana wanita, apalagi setau Qyara hormon pria itu lebih besar.

Jimin bangkit dari duduknya, Qyara pikir jimin paham dan pergi dari kamarnya, tapi nyatanya itu sama sekali salah, jimin malah berjalan mendekat menatap tajam kedua mata Qya dan berhenti tepat di depan gadis itu

"Chupp"

Qya menutup bibirnya dengan kedua tangannya reflek tepat setelah jimin mendaratkan ciuman yang secara tiba tiba membentur bibir ranumnya

"Apa apaan"

"Kau lupa, jika kata kata ahjussi itu masih aku dengar, mungkin bukan ciuman yang kau dapatkan, mungkin bisa saja sentuhan nikmat"

Demi apapun Qya bungkam seribu bahasa, masih tak habis pikir, pamannya bisa berbuat seperti itu, gila..
Sebenarnya pria itu waras atau tidak, bisa bedakan atau tidak Qya itu kan keponakannya, ingin sekali Qya menjambak rambut pamannya ini, sayangnya dia harus bersikap baik supaya di perlakukan lebih baik oleh jimin, satu hal yang Qya pelajari di sini, Jimin itu gila.


*****

Qya sudah sampai di jepang beberapa jam yang lalu, penerbangannya cukup memakan waktu, untung saja dia tidak perlu susah susah menunggu penerbangan tadi, karna jimin punya jet pribadi, jimin itu kaya sekali ya, sampai sampai pesawatpun bisa dia miliki, betapa betuntungnya wanita yang menikah denganya nanti.

Qya menghentak hentakkan kakinya pada karpet bulu yang terbentang luas di sekitar lobi hotel, dia sedikit bosan karna jimin belum kembali semenjak kekamar mandi beberapa saat yang lalu, dia bilang buang air kecil tapi sudah lebih dari 10 menit masih belum muncul batang hidungnya.

Qya mengeluarkan ponselnya berinisiatif menelfon pria itu, dan ketika sudah tersambung, Qya malah mendapat pendengaran yang aneh, suara jimin seperti orang yang baru siap olah raga, bahkan nafasnya terdengar tak beraturan

"Oppa.. kau lama sekali"

Jimin tak langsung menjawab, ada sedikit jeda di sana

"Ah-- Qy--ahh, sabarlah sebentar ahhhhh--, aku harus menuntaskan ini"

Begitulah lalu sambungan telfon sengaja jimin matikan.

"Dia itu kenapa" gumam Qya sendiri, terkadang dia tak mengerti urusan orang dewasa, seringkali seseorang memperumit sesuatu yang sebenarnya simpel, seperti jimin barusan hanya ke kamar mandi saja bisa sesak nafas, memangnya dia buang air kecil atau membuang yang lain.

Setelah beberapa menit semenjak sambungan telfon itu terputus akhirnya si bantet itu menampakkan dirinya, hahaha bantet, entahlah kadang Qya tertawa sendiri mengingat kata itu, dia mendapat kan kata kata bantet itu ketika tak sengaja melihat pesan di hp jimin semalam, kalau tidak salah pengirimnya bernama Kelinci berotot "bantet, kau jadi ke jepang"
Sudah pasti itu teman jimin, entah kenapa Qya bisa menagis karna tertawa setelah melihat pesan itu semalam.

Memang jika dilihat pamannya itu maskulin, tipe tipe pria bad boy, tapi jika dilihat lebih dekat dia sama sekali bukan pria yang sepenuhnya lekat dengan kata keren, sisi imutnya itu sesekali tertangkap oleh mata Qya, jujur itu sangat lucu

"Kau mendengarnya tadi?"
Jimin menatap Qya lekat lekat, sial kenapa harus hari ini, dia berharap Qya tak mendengar desahan nya tadi, kalau boleh jujur jimin sudah menahan itu sejak dari dalam pesawat, gadis itu bisa bisa nya memakai rok pendek padahal dia tau mereka mempunyai perjalan yang jauh, jimin sudah berusaha menutup paha Qya dengan jas miliknya tadi, tapi malah sebelah kaki gadis itu naik ke pahanya, dia tidur atau pingsan sampai tak tau apa yang terjadi beberapa saat yang lalu, ayolah jimin itu pria normal, paha putih mulus itu sudah pasti membuat hormonya naik, apalagi paha Qya menekan miliknya tadi

"Apa?"

"Ah tidak ada, ayo.. kita harus cek kamar kita"

Jimin menarik lengan Qya menuju kamar hotel yang sudah dia pesan.

"Nomor 248"
Seperti itulah Qya menatap nomor kamar yang terpampang di pintu kayu berwarna putih tersebut

"Kamarmu dimana oppa?"

"248 kamarku dan kamarmu juga"

"Kau bercanda??"

"Kau pikir aku sedang membuat lelucon?"

Jimin memilih hotel yang salah, hotel yang dia pilih ternyata hanya menyisakan satu kamar kosong saja, jimin sebenarnya bisa menemukan hotel yang lebih bagus, hanya saja dia terlalu malas untuk mencari lagi, apalagi badannya sudah sangat lelah dari semalam tidak tidur, karna takut terlambat membangunkan gadis itu.

"Terserah, kalau kau tidak mau sekamar denganku kau bisa tidur di toilet umum mungkin"

Yang benar saja, di toilet umum jimin itu tidak waras atau bagaimana, Qya sedikig ragu ketika harus sekamar dengan jimin, bukan karna Qya berfikir jimin akan macam macam dengannya, lagipula mana ada paman yang tega berbuat hal seperti itu pada keponakannya, namun yang Qya pikirkan sekarang, bagaimana nanti jika Qya tidur nya berisik atau malah memeluk jimin karena Qya tak membawa dolly boneka kesayangannya, percayalah gadis ini tak bisa diam jika tidur bahkan tak bisa nyenyak tertidur jika sesuatu tak dapat dia peluk

"Baiklah,lagipula itu bukan masalah bagiku, awas saja jika oppa ngorok ya, akan ku sumpal dengan tisu toilet"

Jimin tersenyum manis,gadis yang dulu masih sering merengek kepada kedua orang tuanya bisa tumbuh semenggemaskan ini, jimin sungguh tidak tahan ingin menggigit pipinya atau cium bibirnya lagi, bukan masalah besarkan?

Jimin tersenyum manis,gadis yang dulu masih sering merengek kepada kedua orang tuanya bisa tumbuh semenggemaskan ini, jimin sungguh tidak tahan ingin menggigit pipinya atau cium bibirnya lagi, bukan masalah besarkan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


****

"Ada satu hal yang tak aku mengerti,apakah jatuh cinta kepadanya adalah dosa besar?"

CALL ME BILLIONAIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang