28 October 2015
We had some good times, didn't we? We had some good tricks up our sleeve Goodbyes are bittersweet But it's not the end I'll see your face again
Atsumu berjalan mengelilingi koridor rumah sakit sembari mendengarkan lagu yang berasal dari earphone di telinganya. Ia bergumam pelan sementara pikirannya mulai mengulang memori di masa lalu.
Lagu yang kini ia putar ialah lagu yang Sakusa berikan sesaat sebelum keduanya berpisah.
“It's not the end Atsumu, you'll see my face again.” Itu kalimat yang Sakusa ucapkan sebelum keduanya benar-benar berpisah.
Tetapi sayangnya, sejak hari itu Atsumu benar-benar kehilangan kontak dengan Sakusa. Semua ucapan bahwa Sakusa akan selalu mengabari Atsumu hanyalah omong kosong semata.
Pada akhirnya, pria itu meninggalkan Atsumu sendirian disini.
. .
Atsumu menghela napas berat ketika ia sudah sampai di depan pintu sebuah ruang perawatan. 3 tahun sudah berlalu tetapi entah kenapa rasa sakit itu tidak pernah berkurang, justru semakin bertambah setiap harinya.
Atsumu perlahan berjalan memasuki kamar perawatan itu, ada Osamu yang sedang berbaring di atas kasur. Pria berambut abu-abu yang merupakan kembaran Atsumu kini sedang berbicara dengan kekasihnya, Suna Rintarou.
“Udah dibilang jangan over worked, sakit kan.”
Atsumu yang baru saja memasuki kamar rawat Osamu sudah bersiap-siap untuk mengomel. Sedangkan Osamu walaupun Suna hanya melirik sesaat ke arah Atsumu. Mereka kemudian lebih memilih untuk mengabaikan Atsumu dan kembali mengobrol.
“Kurang ajar ya, gue datang repot-repot malah diabaikan. Oke fine.”
Atsumu yang merasa diabaikan kemudian kembali berjalan keluar. Susah-susah ia berniat menjenguk tapi malah diabaikan. Rutuknya dalam hati.
. .
Atsumu melihat sekeliling koridor rumah sakit, tidak ada hal yang menarik. Hanya ada beberapa pasien, perawat, serta dokter yang berlalu lalang. Semuanya terlihat normal seperti rumah sakit pada umumnya.
Pria bersurai kuning itu melirik ke arah jam tangan yang melingkar di tangan kanannya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 12 siang.
“Jam makan siang ya? Boleh deh aku lapar mau ke kantin aja.” Gumam Atsumu, ia kemudian mencari letak kantin rumah sakit untuk makan siang.
. .
Ketika sampai, Atsumu dapat melihat seisi kantin yang terlihat sepi. Tanpa memperdulikan hal lain, Atsumu segera berjalan untuk memesan makanan kepada bibi pemilik kantin.
Selesai dengan urusannya, Atsumu kemudian mencari tempat duduk yang kira-kira sangat strategis. Ia akhirnya menemukan tempat duduk yang langsung berhadapan dengan taman rumah sakit.
Pikiran Atsumu kembali terlempar ke masa lalu, ia ingat saat dirinya terkena tipes karena terlalu sibuk belajar untuk ujian kelulusan.
Sakusalah yang selalu menemani Atsumu, meski sejujurnya pria maniak kebersihan itu tidak pernah suka dengan yang namanya rumah sakit. Ia tetap saja menemani sampai Atsumu sembuh.
Atsumu terkekeh pelan, ia tiba-tiba berpikir apa yang sedang Sakusa lakukan sekarang? Bagaimana keadaannya? Apa ia benar-benar menjaga kesehatannya?
Pertanyaan demi pertanyaan mulai berkecamuk di dalam pikiran Atsumu hingga ada sebuah suara yang membuyarkan lamunannya.
“Atsumu?”
Atsumu refleks menoleh ketika mendengar sebuah suara yang cukup ia kenal. Dan benar saja pemilik suara tersebut adalah Komori Motoya, sepupu dari Sakusa.
“Komori?”
“Boleh aku duduk disini?”
. .
Atsumu dan Komori duduk bersebelahan sembari memakan makanan masing-masing. Atsumu merasa ingin menanyakan banyak hal kepada Komori, tetapi pria itu menahan rasa ingin tahunya. Ia akan membiarkan Komori menghabiskan makanannya terlebih dahulu.
“Komori, apa yang kau lakukan disini?” Atsumu yang tidak dapat menahan rasa penasarannya lantas melontarkan pertanyaan kepada Komori.
Komori yang mendengar Atsumu tiba-tiba bertanya menjadi sedikit kaget. Pria itu kemudian mengambil segelas air sambil mendengar Atsumu yang terus mengucapkan kata maaf.
“Kau sendiri? Apa yang kau lakukan disini.”
“Loh kok nanya balik?”
“Yang nanya harus jawab duluan wle.”
“Dihhh, aku disini mau jenguk Osamu. Dia kena tipes karena over worked, tapi pas aku datang tadi malah diabaikan. Yaudah kabur ke kantin aja.”
“Agak dramatis ya.”
“Kau sendiri bagaimana?”
“Apa kau benar-benar ingin tau?”
“Tentu, kenapa tidak?”
“Aku baru saja menjenguk Sakusa.”
”. . . Sakusa?”
. .
“Komori, bisa kau jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi?” Atsumu menatap memelas ke arah Komori. Ia menuntut penjelasan tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Komori yang melihat hal tersebut kemudian terdiam sejenak, ia bingung dengan apa yang harus ia lakukan. “Apa kau benar-benar ingin tau apa yang terjadi?”
Pertanyaan Komori tentu saja dibalas anggukan semangat Atsumu.
“Lebih baik kita langsung menemui Sakusa saja ya.” Komori berujar dan langsung diiyakan oleh pria bersurai kuning itu.
. .
Keduanya kini berjalan di sekeliling koridor yang menuju ke ruangan Sakusa. Atsumu kembali memikirkan banyak hal. Ia juga sudah menyiapkan deretan pertanyaan yang akan ia ajukan kepada Sakusa.
Komori akhirnya berhenti di salah satu kamar, ia memberi tanda kepada Atsumu bahwa keduanya telah sampai.
“Kau siap?”
“Tentu.”
Pintu kamar perawatan perlahan terbuka, menunjukkan sosok pria yang selalu Atsumu rindukan. Tetapi tidak hanya Sakusa yang berada di dalam ruangan itu, melainkan ada sesosok wanita lain yang sedang menyuapi kekasihnya itu.
Atsumu yang melihat hal tersebut merasa hatinya sedikit sakit. Ia mencoba berpikir positif mungkin saja wanita itu ialah seorang perawat.
Tetapi, Atsumu dapat melihat wanita itu tidak menggunakan baju perawat. Keduanya juga terlihat lumayan akrab.
“Sakusa. . .?”
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Memories (Sakuatsu)
RomanceSeberapa keras aku berusaha untuk mengingatmu, pada akhirnya aku tetap saja melupakanmu.