Sesuai perkataannya kemarin, Atsumu kini tengah berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Ia baru saja selesai menjenguk Osamu dan sedang menuju ke arah ruangan Sakusa.
Atsumu mencoba mengandalkan ingatannya untuk mencari ruangan Sakusa. Tetapi bukannya sampai ia justru beberapa kali tersesat. Atsumu yang merasa kesal pun akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada resepsionis.
“Permisi sus, saya ingin bertanya ruangan atas nama Sakusa Kiyoomi ada dimana ya?”
“Ruangan atas nama Sakusa Kiyoomi ada di ruangan nomor 7, tidak jauh dari sini tuan.”
“Ah begitu, terima kasih banyak ya sus.”
.
.Atsumu akhirnya sampai di depan ruangan Sakusa, ia menarik napas dalam. Mencoba menyakinkan dirinya sendiri untuk terus melangkah.
Atsumu takut, ia takut apabila ia tidak bisa menerima kenyataan yang ada dihadapannya. Ia takut apabila air matanya mengalir ketika kembali bertemu dengan Sakusa.
Sungguh banyak pertimbangan yang sedang Atsumu pikirkan. Tetapi, kembali lagi dengan tujuan awalnya.
Atsumu menemui Sakusa ialah untuk mencari tahu kebenaran dari apa yang kini terjadi di antara keduanya. Jadi, mau tidak mau ia tetap harus melangkah ke depan.
“Oke Atsumu, ayo selesaikan semua masalah ini.”
.
.Atsumu membuka pintu ruangan itu secara perlahan, dapat ia lihat sosok kekasihnya itu sedang fokus ke arah luar jendela. Tidak ada orang lain yang berada di sana selain Sakusa.
Atsumu ingin membuka suara tetapi lidahnya seakan kelu, ia kemudian menyenderkan tubuhnya perlahan di dinding kamar. Berusaha untuk tidak membuat suara yang kira-kira akan mengganggu Sakusa.
Tetapi sayangnya, baru beberapa menit Atsumu terus memperhatikan Sakusa. Pria berambut ikal itu ternyata sudah menyadari kehadiran Atsumu.
“Kau, siapa?”
Sebuah suara lirih keluar dari mulut Sakusa. Membuat Atsumu yang tadinya sedang melamun menjadi tersadar.
Atsumu yang mendengar suara Sakusa merasa ingin menangis lagi, ia sungguh merindukan Sakusa. Tubuhnya, wajahnya, suaranya, semua yang ada di diri Sakusa selalu Atsumu rindukan.
Ia berjalan mendekati ranjang Sakusa yang dibalas tatapan heran dari pria di hadapannya.
“Apa kau benar-benar tidak mengenaliku, Omi?”
“Omi? Namaku Sakusa Kiyoomi. Siapa itu Omi?”
“Aku Atsumu, Miya Atsumu.”
“Miya Atsumu?” Tepat setelah Atsumu mengucapkan namanya, ia dapat melihat Sakusa yang sontak saja memegang kepalanya. Pria itu terlihat kesakitan.
“Omi? Kamu gapapa?” Atsumu mencoba mendekat tetapi segera ditepis oleh tangan Sakusa.
“Tidak tidak, aku hanya merasa tidak asing dengan namamu. Tapi entah mengapa aku tetap tidak bisa mengingat siapa dirimu.”
Atsumu terdiam sesaat, ternyata benar adanya. Sakusa tidak benar-benar sengaja melupakannya, tetapi penyakit sialan itu yang membuat Sakusa melupakan dirinya.
“Aku, melupakan banyak hal ya?” Sakusa berbicara pelan ketika melihat Atsumu yang hanya terdiam mematung.
“Ya benar, kau melupakan banyak hal. Tapi tak apa, aku akan selalu bersama denganmu mulai sekarang Omi-kun.”
Atsumu tersenyum kecil meski hatinya terasa sangat ingin menangis. Setidaknya Tuhan sudah memberinya kesempatan untuk bertemu dengan Sakusa, kan?
Aku akan mempergunakan waktu yang tersisa dengan sebaik mungkin.
– Miya AtsumuTo be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Memories (Sakuatsu)
RomantizmSeberapa keras aku berusaha untuk mengingatmu, pada akhirnya aku tetap saja melupakanmu.