"Lukamu akan pulih, sedihmu akan terganti, dan sabarmu akan terbayar."
Affandra Elang
🐦
🐦
🐦
🐦
🐦Jangan lupa vote and coment ❤️
Happy reading
Tandai jika ada typoHari pertama sekolah belum ada kegiatan hanya sekedar melihat pembagian kelas dan pengurus kelas oleh wali kelas. Untuk itu sekolah hanya sampai pukul 11.
Affa dkk saat ini sedang berada di kantin sekolah. Mereka juga mendapat satu kelas yang sama.
"Mau kemana nih, gaes?" tanya Bayu yang mencomot gorengan milik Bian
"Ini tangan gak pernah diajarin sopan main ambil punya orang aja," kata Bian melihat gorengan yang baru saja ia beli sudah dimakan oleh Affa
"Entah," balas Affa tak peduli dan tetap menikmati gorengan yang sudah dibumbui pedas tersebut
"Gimana kalo ke rumah, Affa aja?" tanya Bian
"Boleh kita bisa main sepuasnya tanpa ada yang larang," seru Rifki senang. Ia sudah tak marah lagi dengan Affa. Mana mungkin bisa marahan lama yang ada Rifki yang akan uring-uringan.
"Gas!" sahut Bayu yang menikmati secangkir kopi latte
"Kalian gak ada yang mau tanya dulu gitu sama tuan rumahnya?" tanya Affa dengan malas serta tangan yang mengambil lagi gorengan milik Bayu
"Enggak," jawab ketiganya serentak sudah seperti paduan suara
.
.
.
.
.
.Tak butuh waktu lama mereka sudah sampai di pelataran rumah Affandra.
"Kuy, masuk!" ajak Bayu yang sudah melangkah menuju pintu seakan tuan rumah diikuti Affa dkk
"Tuan rumahnya siapa coba," guman Affa yang hanya didengar oleh angin
"Kuncinya mana, Fa?" pinta Bayu dengan songong
"Nih!" Affa melempar kunci yang sudah diambil dari tas dan ditanggap oleh Bayu
"Sok mangga anggap aja rumah sendiri," ujar Bayu setelah berhasil membuka pintu berhasil mendapatkan delikan dari Affa.
"Sabi aja lo bro," sahut Bian yang mengikuti langkah Bayu menuju kamar Affa. Terakhir Affa yang mendapatkan jatah menutup pintu.
Siang itu mereka habiskan untuk bermain game dan berbagai pembicaraan abstrud ala anak muda. Tak terasa sudah dua jam berlalu untuk kegiatan unfaedah mereka.
"Mukbang mantep nih," celetuk Rifki yang melihat teman-temannya yang tepar di kasur Affa.
"Gasken!" seru Bayu yang akan paling bersemangat soal makanan
"Mukbang apa?" tanya Bian yang ikut menyahuti
"Seblak mi extra pedas ala Chef Affandra," ucap Rifki dengan semangat 45. Sementara sang empu yang namanya disebut memanyunkan bibirnya sebal.
"OGAH GUE OGAH." Tolak Affa dengan keras dan segera menutupi tubuhnya dengan selimut
"Affa gemes yang baik hati, tidak sombong dan rajin menabung buatin kita ya, ya,ya," ucap Rifki membujuk Affa dengan tatapan sendunya. Percayakan itu hanya sebuah akting untuk membujuk Af.
"Iffi gimis ying biik jitu," sahut Affa menirukan ucapan Rifki
"Karena gue tampan dan Sombong gue buatin puas." lanjut yang langsung menuju dapur dengan kaki dihentak-hentakan.
.
.
.
.
.
.Setelah sampai di dapur Affa melihat bahan untuk membuat seblak habis membuatnya mau tak mau harus ke supermarket terlebih dahulu.
"GUE MAU KE SUPERMARKET," teriak Affa agar didengar oleh temanya yang ada di kamarnya.
"IYA HATI-HATI." Entah siapa yang menyahut Affa tak peduli. Dirinya sudah keluar rumah menuju supermarket yang letaknya di depan gang. Membutuhkan waktu sekitar 10 menit jika ingin jalan.
.
.
.
.
.Sepanjang jalan tak banyak orang yang ditemui. Namun setelah sampai di gang depan terlihat banyak orang yang berjalan entah bersama saudara atau teman.
Setelah terlihat supermarket Affa melangkahkan lebih cepat. Lalu segera memilih bahan seblak untuk teman gilanya dan persediaan pribadinya.
Ketika ingin mengambil cemilan di rak atas tak sengaja dirinya menyenggol seorang remaja laki-laki yang mungkin lebih tua sedikit dengan dirinya.
"Eh sorry," ucap Affa dengan sopan
"No problem," jawab singkat remaja tersebut tanpa menoleh pada Affa, tetap memilih cemilan untuk dibelinya. Affa tak memperdulikan hal tersebut bergegas menuju kasir sebab kebutuhannya sudah dibeli semua.
Setelah keluar dari kasir tak sengaja dirinya kembali bertemu dengan remaja tadi dan berjalan beriringan.
"Lo orang sini?" tanya Affa menyapa walau agak kaku karena tak saling kenal
"Bukan cuma tadi gue jalan di taman depan sana," jawab remaja tersebut membuka minuman soda
"Johan Nelson," lanjut pemuda tersebut yang memperkenalkan dirinya tak lupa mengulurkan tangan kanan
"Affandra Elang, Affa," balas Affa menyambut uluran tangan Johan bersalaman ala laki-laki dan saling tersenyum
"Lo orang sini?" tanya Johan
"Iya, rumah gue masuk gang depan itu." Tunjuk Affa pada gang yang jaraknya tak jauh
"Lo SMP mana?" tanya Johan kembali
"Hah ... Gue udah SMA kali yang mungkin karena gue agak pendek dikira masih SMP," jawab Affa yang terbengong memang masih pantas dirinya menjadi anak SMP
"Gue kira masih SMP," ujar Johan menggaruk tengkuknya kepalanya
"Lo se...."
"Gue duluan, ya kapan-kapan main ke sini," teriak Affa yang sudah berbelok di gang menuju rumahnya
"Sekolah dimana." Johan melanjutkannya ucapannya yang terpotong namun sang empu sudah berlari menjauh.
.
.
.
.
.
."Astaga, Affa gue sampe lumutan nunggu Lo kenapa gak naik motor aja," ucap Rifki kesal yang menunggu Affa di teras rumah melihat Affa yang sudah sampai dengan napas tersengal-sengal.
"Ye maap gue 'kan mau hemat bensin," jawab seenaknya Affa lalu melangkah menuju rumah tepatnya ke dapur
"Cuma ke dapan gak akan habis 1 liter kali," sahut Rifki yang mengekor di belakang Affa
"Gue bukan anak zaman sekarang yang cuma ke warung depan naik motor karena kepanasan, gue 'kan sekali bisa olahraga," bela Affa yang saat ini menyiapkan bumbu untuk seblak
"Tapi cacing-cacing gue udah meronta-ronta minta makan," kesal Rifki yang duduk lesehan di lantai.
"Bodo mamat," jelas Affa "mending Lo pergi gih ngomel aja kaya mak-mak nanti yang bisa masakan gue gak sedap lagi kena omelan Lo terus." Lanjut Affa yang ingin menumbuk bumbu
"Ingin ku teriak," ujar Rifki yang akhirnya melangkah pergi percuma bicara sama Affa yang ada dirinya yang salah.
.
.
.
.
Jangan lupa follow gaes ❤️24 September 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Affandra Elang
Roman pour AdolescentsAffandra seorang remaja berumur 14 tahun yang hidup sebatang kara. Sejak orang tua angkatnya meninggal 5 tahun yang lalu. Takdir membuatnya harus bersikap dewasa dan memenuhi segala kebutuhannya sendiri. Inilah kisah Affandra Elang yang penuh denga...