PP 2

751 137 29
                                    

Seperti apa yang direncanakan Rose dan Lisa tadi, disinilah mereka sekarang. Disebuah Club yang ramai dengan lampu kerlap kerlip warna warni dengan musik DJ yang menggema memekikkan telinga, dan terlihat para pria serta wanita yang berjoget ria di dance floor.

Rose melihat kedua sahabat galaunya itu yang sudah mabuk karena banyaknya minum alkohol, begitupun dengan Lisa. Bahkan Jennie dan Lisa sudah ikut berjoget lincah di dance floor bersama yang lainnya. Rose hanya mampu menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan mereka, Rose sengaja tidak banyak minum karena Rose tau bahwa mereka semua akan mabuk, bila Rose ikut mabuk siapa yang akan mengontrol mereka dan membawa mereka pulang.

Rose melihat Jisya yang terus mengoceh tidak jelas, Rose menghembuskan nafasnya kasar dan menatap Jisya dengan tatapan iba nya. Rose mengerti bagaimana perasaan Jisya sekarang, mengingat masalah Jisya mampu membuat Rose mengingat kejadian 3 tahun yang lalu. Dimana dirinya yang masih menginjak kelas 10 SMA yang juga sudah mendapatkan luka dari pria yang disayanginya melebihi siapapun. Yaitu sang ayah, pria yang selalu Rose banggakan kepada siapapun dan cinta pertama Rose. Ternyata ayah yang Rose anggap terbaik itu tetap bisa membuat nya terluka, bahkan karena sang ayah yang membuat Rose menjadi membenci pria. Rose mendapatkan fakta bahwa sang ayah telah menikah tanpa sepengetahuan ibunya, kakanya dan dirinya. Kejadiannya sama persis seperti Jisya, dan Rose juga memiliki adik tiri perempuan dari wanita itu. Rose sangat membenci mereka, Rose membenci ayah, istri kedua dan adik tirinya itu, yang dengan tenangnya mereka hidup bahagia di rumah yang mereka tempati dulu. Sedangkan ibu Rose sudah pergi terlebih dahulu meninggalkan nya bersama sang kaka karena bunuh diri akibat frustasi dengan semuanya. Fakta ibunya yang meninggal bunuh diri membuat perasaan Rose semakin hancur. Begitupun dengan sang kaka yang pergi meninggalkan nya untuk mencari ilmu di Paris, sehingga tinggal lah Rose sendiri. Dan ini salah satu alasan Rose membenci pria. Setelah kejadian ini membuat Rose yang dimana dulu gadis yang dibully karena culun, cupu, lemah, dan cengeng berubah menjadi gadis cantik, sadis, kejam,dan kuat.

Rose mengepalkan tangannya kuat saat mengingat ke brengsekan ayahnya itu, ketegaan ibunya, dan kepengecutan kakanya yang pergi meninggalkan nya seorang diri.

Sibuk mengingat-ingat masalalu mampu membuat Rose tidak tersadar bahwa Jisya sudah tidak berada ditempat duduknya, Rose yang melihat itupun segera berdiri dan mencari Jisya dengan perasaan khawatir. Rose takut, Rose takut saat Jisya dalam keadaan mabuk dan pergi seorang diri di dalam club seperti ini, Apalagi Banyak pria bajingan disini.

Rose sudah mengelilingi club tapi tidak menemukan Jisya disana, bahkan di dance floor pun yang terlihat hanya Jennie dan Lisa. Rose pun memutuskan untuk mencari ke kamar mandi, siapa tau Jisya kesana.

Rose mengerutkan alisnya bingung saat mendengar suara teriakan seseorang di dalam toilet, entah hanya perasaan nya atau salah mendengar, Bahwa yang berteriak meminta tolong itu Jisya, orang yang ia cari.

Dengan cepat Rose mencari arah suara tersebut sehingga Rose mendengar arah suara yang berada di pojok ujung toilet.

BRUK.

Rose menendang pintu toilet dan membulatkan matanya saat melihat Jisya yang menangis meronta-ronta saat seorang pria hendak menciumnya. Rose mengepalkan tangannya saat melihat pria itu menoleh kearah nya.

PLAK.

Sebuah tamparan dari Rose menggema di dalam toilet itu, bahkan pipi kiri pria itu sampai terhuyung sangking kerasnya tamparan Rose.

Dengan cepat Rose menarik Jisya kebelakang nya dan menatap tajam Pria itu.

Juna, Salah satu pacarnya itu hanya mampu menundukan kepalanya tak mampu menatap Rose yang terlihat murka.

Pretty PlaygirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang