EMPAT

12 2 0
                                    

Pagi ini Andini keluar dari kamar karena mendengar suara bising dari lantai bawah. Seperti suara orang yang tengah menarik barang berat. Sesaat sebelum mencapai ruang tengah yang terletak di lorong antara kedua rumah, Andini menarik nafas panjang. Ia tahu pasti akan bertemu dengan Ibu Kost lagi setelah insiden beberapa waktu yang lalu. Tapi Ia tetap merasa belum siap.

Andini sudah akan berbalik kembali ke kamar saat melihat Ibu Kost menarik tong berisi cat putih. Sepertinya Ibu Kost sedikit kesulitan melihat besarnya tong yang berusaha Ia pindahkan. Andini yang merasa nggak enak hati, bergerak menghampiri Ibu Kost.

"Loh gak ada kuliah, Din?" Tanya Ibu Kost setelah Andini menampakkan diri.

"Kebetulan lagi kosong, Bu. Kuliah hari ini diganti jadwal ke Minggu depan." Terang Andini sembari membantu Ibu Kost mengangkat tong berisi cat putih.

"Oh gitu, kamu nggak ada tugas atau apa?" Tanyanya lagi saat Andini mulai mengambil sarung tangan dan bersiap membantunya membuat rak buku di dinding ruang tengah.

"Sudah saya kerjakan kemarin malam. Ibu mau mengecat ini kan?" Andini bergerak menujuk rak buku yang masih setengah jadi.

"Iya tapi kamu nggak usah repot-repot. Kamu bisa kembali ke kamar kamu saja." Kata Ibu Kost seperti kurang yakin dengan bantuanku.

"Ibu tenang saja, saya biasa membantu Bunda saya merenovasi rumah client-nya. Kebetulan Ibu saya seorang Interior Designer." Kata Andini sambil membuka HP dan menunjukkan foto project terakhir Bundanya yang Ia bantu sebelum masuk kuliah.

"Oh begitu, ya sudah terima kasih banyak atas tawaran bantuan kamu Andini. Nanti Ibu traktir makan ya." Sepertinya Ibu Kost sudah mulai percaya dan mulai sibuk membagi tugas dengan anak kostnya. Andini setuju saja dengan pembagian tugas yang dijelaskan oleh Ibu Kost dan mulai bergerak mengecat bagian atas rak buku. Ibu Kost akan mengecat bagian dalam rak, sedang Andini menyelesaikan bagian luar.

"Ibu suka warna putih ya?" Tanya Andini di tengah-tengah kesibukan mengecat.

"Iya. Menurut kamu warna putih itu membosankan gak, Din?" Sebenarnya Andini nggak punya preferensi warna apapun untuk rumah. Menurut Andini, warna apapun yang dipilih memang harus sesuai selera sang pemilik rumah. Jadi Andini nggak bisa men-judge Ibu Kost dan segala pernak pernik rumah yang serba putih.

"Warna putih nggak selalu membosankan kok Bu. Memang kelihatan polos, tapi efek lainnya bisa memberi kesan bersih dan luas." Bunda Andini pernah menjelaskan kalau rumah minimalis dan clean design itu bisa jadi pasangan yang serasi. Karena kesan yang ditampilkan bisa memberi kesan rumah yang homey nan cantik.

"Kamu benar. Saya memang suka kebersihan dan keteraturan. Makanya saya suka banget rumah yang didominasi warna putih. Kesannya meskipun ruangan penuh dengan barang, tetap akan terlihat longgar." Andini mengangguk tanda menyetujui pendapat sang pemilik kost. Rumah Kost ini tidak terkesan sempit meskipun setiap sudut ruangan dilengkapi dengan berbagai jenis furniture.

***

Tak terasa dua perempuan beda generasi itu sudah menyelesaikan pekerjaan mereka selama 2 jam. Andini mengingat Ia turun ke lantai bawah ketika jam menunjukkan pukul 10 lebih 15 menit. Saat ini jam dinding sudah menunjukkan pukul 12 lebih 15 menit. Setelah mengecat bagian terakhir, Andini langsung melepas sarung tangan dan bersiap menuju dapur untuk mencuci tangan sebelum Ibu Kost menahannya.

"Andini, saya pesankan makan siang dulu ya. Kamu nggak ada alergi makanan kan?" Tanya Ibu Kost sembari tangannya sibuk membuka aplikasi pesan makan.

"Alhamdulillah nggak ada Bu." Andini nggak bermaksud pamrih dengan menerima traktiran makan siang ini. Namun Ia juga nggak bisa menolak karena takut menyinggung perasaan Ibu Kost.

"Okay, nanti saya kasih tahu kalau sudah sampai makanannya." Setelahnya Andini bergegas menuju dapur karena sudah tidak nyaman dengan beberapa percikan cat yang mulai mengering di tangannya.

Sembari menunggu makanan, Andini menyempatkan membuat minuman dingin. Ia merasa nggak sopan jika tiba-tiba harus meninggalkan Ibu Kost sendirian di ruang tengah. Selesai membuat minuman, Andini melihat Ibu Kost sedang berdiri di hadapan kardus-kardus yang berisi buku-buku.

"Bu ini saya buatkan minuman." Kata Andini sembari meletakkan 2 gelas minuman di meja tengah.

"Terima kasih ya. Maaf saya malah merepotkan kamu seharian ini." Ibu Kost bergerak mendekati Andini yang sudah duduk di salah satu bean bag yang disediakan di ruang tengah.

"Saya malah nggak merasa direpotkan sama sekali. Kebetulan saya sedang nggak ada kegiatan dan bingung mau ngapain hari ini."

"Kamu suka baca buku nggak?" Ibu Kost melirik ke arah kardus yang berisi buku-buku asing. Andini yakin pasti susah berburu buku-buku tersebut disini.

"Suka tapi nggak hobi banget, Bu." Jawab Andini sebelum menegak kembali minumannya.

"Syukurlah. Menurut saya yang terpenting suka aja dulu. Perkara kita mau rutin membaca itu urusan kedua. Karena kalau kita awalnya saja sudah nggak suka, gimana bisa mulai baca buku kan?"

Benar. Andini punya Adik laki-laki yang sedari awal mengatakan tidak suka membaca buku. Akhirnya Bunda Andini kesulitan ketika putranya akan menghadapi ujian. Bunda Andini bahkan harus menyiapkan beberapa video materi yang bisa dipelajari Adik Andini. Kebetulan memang Andini dan Adiknya tipe belajarnya adalah audio visual. Syukurlah Andini tidak membenci buku, sehingga Ia masih bisa belajar dari buku-buku pelajaran yang diberikan dari sekolah.

-----------------------------------------‐‐------------------

-----------------------------------------‐‐------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Instagram : @kost_anti_galau

KOST ANTI GALAUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang