Chapter 1

28 11 0
                                    

      Sebelumnya maaf kalau kita update nya lama,, yah maklum sama–sama  sibuk. Yang 2 kuliah yang 1 kerja jadi harus nyempilin waktu buat nggarap cerita ini.

    Oke guys

   Buat Ibraya lovers jangan lupa

   Vote....


   Coment....


   And follow.....

*****

          Semua mata tertuju pada mobil Nissan Leaf biru yang baru berhenti di jalan utama universitas itu. Bukan. Bukan pada fakta bahwa mobil tersebut merupakan keluaran terbaru yang mungkin baru diproduksi beberapa biji saja. Bukan juga pada sosok laki-laki yang duduk dibelakang kemudi – yang keelokannya bisa dilihat dari sisi kaca yang terbuka – tapi yang mereka pandang jauh lebih elok dari sekedar objek pencuci mata.
        Seorang gadis turun dari mobil dengan hijab yang menghiasi kepalanya. Apabila kembang desa hanyalah primadona di pelosoknya, maka ia laksana lembayung senja yang membuat puluhan pasang kaki rela berhenti untuk sekedar mengaguminya.
          Anisa Dwi Rosaliya, nama dari penyebab sempat terhentinya aktivitas kampus di pagi itu. Gadis keturunan Indonesia asli yang menekuni jurusan Management ini, tak hanya unggul dalam paras, tapi ia juga cerdas. Buktinya ia dapat masuk ke kampus favorit yang mana hanya menerima 250 banding 5000 orang yang mendaftar.
          Dilirik dari segi penampilan, dapat dinilai kalau Anisa termasuk anak seorang pengusaha. Dengan gaya modis yang tidak melupakan islaminya, juga mobil dan atribut yang terlihat brendnew membuat dia layak dikagumi.
          Meskipun begitu, Anisa tetap sederhana. Tidak menunjukkan kekayaan yang dimiliki orang tuanya. Bisa dibilang Anisa adalah figur kampus yang sangat disanjung oleh semua orang. Dengan otak cerdas meskipun tidak 100%, dengan segudang prestasi yang layak diberi sanjungan juga sikap yang mencerminkan Aisyah masa depan.
          Anisa yang ditatap dengan pandangan takjub tidak merasa risih, dia tetap melangkah menghampiri satu-satunya teman perempuan yang ia miliki. Zahra, teman seperjuangan mulai SMP yang kebetulan juga mengambil jurusan sama dengan dirinya.
          "Assalamualaikum Ra..." sapa Anisa dari arah belakang, kini ia sudah menyusuk disamping Zahra.
          "Waalaikumsalam Sa, sumpah kamu bikin aku kaget aja"
          "Gimana kabarmu? Kulihat ada yang beda hari ini?"
          "So baik lah Sa, yah meskipun sedikit puyeng dengan tugas yang begitu menggila. Tidak ada yang berbeda untuk gadis enjoy macam aku."
          "Kabarmu?" imbuh Zahra
          "Alhamdulillah baik sih, meskipun masih ada tinta problema dirumah." jawab Anisa dengan raut wajah jenuh.  
          Tau sendiri dia anak tengah yang harus mengalah dalam segalanya. Memiliki kakak anggun kebanggaan keluarga juga adik kecil menyebalkan yang selalu menyalahkan dia dalam segala hal. Untung dan ruginya Anisa masih memiliki sosok Reyhan sang kakak sepupu yang sangat friendly dengannya. Membuat ia tidak jenuh dengah peraturan aneh dirumah.
          "Gak usah dipikirin Sa, mending enjoy kayak aku meskipun cinta tak kunjung tiba"
         "Kau tampak bahagia dengan model rambut baru, Zara" goda Anisa, tertawa. Gadis itu yang bernama asli Zahra hendak membuka mulut membela diri, namun dipotong oleh Anisa
          "Jangan beralasan lagi kalau kau habis keramas, karna kulihat rambutmu sudah kering."
          "Ouch, ayolah. Apa aku nggak boleh tampil beda. Aku baik-baik saja, aku juga selalu bahagia." belanya
          "Benarkah? Bukan karna Kak Rey kan." goda Anisa lagi. Kini pipinya itu sudah seperti buah tomat yang akan meledak, matanya juga melotot marah juga malu. Dia salah tingkah.
         "Sudahlah Sa kita ke kelas. Jamnya Pak Radit udah mau mulai" ajak Zahra mengalihkan obrolan seputar Kak Rey.
          "Bilang aja kalo kamu malu" ejek Anisa sembari melangkah pergi meninggalkan Zahra.
         "𝐾𝑒𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑏𝑜𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑘𝑎𝑏𝑢𝑟 𝑑𝑢𝑙𝑢𝑎𝑛" pikir Anisa
         "Sialan kau Sa!"

*****

          Anisa melihat sekeliling kantin. Suasana kantin sekarang dipenuhi dengan mahasiswa jurusan manajemen yang sudah selesai dengan mata pelajaran kuliahnya, termasuk Anisa dan Zahra. Mereka memilih menunggu Reyhan di kantin. Tadi Anisa nebeng Reyhan karena mobil yang biasa mengantarjemputnya sedang masuk  rumah sakit . Sedangkan Zahra? Dia hanya modus untuk melancarkan segala cara mendekati cowok sok cool seperti Reyhan.
           "Duduk di sana aja, Sa! Enak di pojokan," ajak Zahra yang menemukan tempat kosong juga nyaman.
          "Serah, Ra. Kamu ke sana dulu, aku mau cari penghibur perut," jawab Anisa sembari pergi meninggalkan Zahra yang masih loading dengan jawaban Anisa.
          "Aishh, bilang aja kalo lapar!"  Zahra melangkahkan kaki menuju tempat ternyaman di pojok.
          Usai memesan makanan favoritnya, Anisa segera menyusul Zahra. Dari kejauhan terlihat Zahra sedang sibuk dengan ponselnya. Sesekali wajahnya tersenyum, cemberut, ngomel-ngomel sendiri. Ah, sepertinya aku tau penyebabnya.
         "Kak Rey~" Anisa berhasil membuat Zahra hampir melemparkan ponselnya itu ke udara, terkejut. Ia celingukan mencari orang yang disebut, tapi tidak menemukan sosok itu.
          "Astagfirullah, Anisaaaaaaaa," keluhnya panjang
         "Kukira tadi beneran ada orangnya. Kalo sampai ketahuan aku bisa... Tunggu, yang penting sekarang bukan itu. Kamu mengagetkanku, kalau sampai HP ini rusak, gimana jadinya?"
          "Iya, ya. Gimana jadinya kalo rusak? Nanti kan kamu nggak bisa jadi stalker Kak Rey lagi," goda Anisa sembari duduk di depan Zahra. Kini wajahnya terlihat seperti kepiting rebus yang akan meledak. Anisa menahan tawa karena itu.
          "Udah, deh. Daripada di sini diejek kamu terus, mending aku cari cemilan buat ngelampiasin kekeselanku ini."
          "Eh, nggak boleh marah. Nanti cepet tua, lho!"
          "Aku nggak marah, aku cuma kesel!" Zahra meninggalkan Anisa.
          "Yah, sama aja kali, Ra."
          Kini Anisa yang ditinggal sendirian. Dia mencomot makanan yang ia pesan tadi, ia juga asyik memainkan ponselnya. Ia tersenyum ketika ada sebuah jawaban pertanyaan sudah bertengger di beranda akunnya. Bukan karena jawaban itu, melainkan pengirimnya yang selama ini selalu membantu. Tak tau sosoknya seperti apa. Yang jelas, orang ini pasti lelaki baik. Ya, seorang laki-laki, yang selama ini ia kagumi diam-diam. Perlahan tapi pasti, lelaki ini membuat Anisa merasa nyaman.
          "Heeem, yang tadi negur aku asyik sendiri. Sekarang siapa yang nelen ludah sendiri." ujar Zahra yang gantian mengagetkan Anisa.
          "Sejak kapan kamu di situ? "
          "Sejak kamu mulai senyum-senyum sendiri lihat jawaban pertanyaan yang sering kamu dapat dari akun 'Roya'mu," jawab Zahra kembali duduk di tempatnya tadi.   
          "Kenapa cuma ada satu kolom jawaban, itu juga bukan jawabanmu. Apa soalnya susah dan kamu nggak bisa jawab, malah orang lain yang jawab lalu jawabannya benar membuatmu tersenyum seperti itu. Ah, kamu mengalihkan pembicaraan," sadarnya setelah itu.
          "Bukan seseorang yang patut untuk dipamerkan," sambil mengangkat sudut bibirnya.

*****

     Jangan lupa vote coment dan follow ya...
     Secepatnya kami akan segera update kembali
    
         Salam hangat dari para author

   To be continue

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ibrahim RoyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang