Salah satu sahabatku pernah bertanya seperti ini, "Cinta pertamamu siapa, Lin?"
Aku yang saat itu sedang fokus dengan tugas kuliahku hanya menjawab seadanya.
"Gak tau. Gak punya."
Tentu saja jawaban itu tidak memuaskan sahabatku itu karena dia adalah orang yang sangat menyukai cerita romantis.
Lalu dia kembali bertanya, dengan nada yang lebih mendesak.
"Ah, masa gak punya? Bohong banget. Seenggaknya cowok pertama yang bikin hati kamu dag dig dug."
Sejenak aku merenungkan pertanyaannya.
Siapa cowok yang membuat hatiku berdebar untuk pertama kali? Mungkin Pak Joko, guru Matematika-ku di SD, yang sering memberi pertanyaan seputar perkalian dan pembagian saat masuk kelas. Bagi yang tidak bisa menjawab akan dipukul dengan penggaris kayu.
Kenangan itu termasuk membuatku teringat betapa deg-degannya aku tiap mau masuk kelas Pak Joko kala itu.
Tapi saat aku menjawab begitu, Reyna—sahabatku itu—langsung menyahutnya dengan nada sengak.
"Itu namanya takut. Maksudku, cowok yang wajahnya gak bisa kamu lupain? Cowok yang selalu pengen kamu liat, walaupun cuma dari jauh? Cowok yang sampai saat ini punya tempat khusus di hati kamu?"
Aku kembali termenung dan tanganku yang dari tadi sibuk menulis di atas kertas ikut berhenti.
Kalau yang seperti itu, sih, ada.
Tapi aku memang tidak pernah mengatakannya pada siapapun.
Bukan karena alasan apapun. Bagiku, kenangan itu sudah menjadi bagian dari masa lalu yang tidak ingin aku ingat-ingat lagi.
****
Sore sepulang kuliah, aku terpaksa berteduh di sebuah toko buku karena hujan deras yang mengguyur seluruh kota. Pada dasarnya, aku bukan tipe orang yang gemar membaca buku. Buku yang kubaca sampai tamat adalah semua seri Doraemon dan komik Donal Bebek yang kupinjam dari kakak sepupuku saat SD. Aku bahkan tidak pernah selesai membaca buku cerita yang tidak ada gambarnya sama sekali.
Jadi saat satu-satunya tempat berteduh yang bisa kujangkau adalah toko buku, membuatku agak canggung juga.
Aku bingung harus membaca apa untuk membunuh waktu sambil menunggu hujan reda.
Aku mengambil buku apa saja yang ada di dekatku dan membaliknya untuk membaca sinopsisnya.
Buku itu bercerita tentang seorang tentara laki-laki yang memutuskan mengganti identitasnya menjadi seorang perempuan saat dia pulang dari perang.
Karena penasaran, aku membuka buku yang segelnya sudah dibuka itu.
"Itu bagus, lho, mbak."
Sebuah suara asing terdengar di dekatku.
Dengan reflek aku menoleh ke asal suara.
Seorang pemuda yang mengenakan baju seragam karyawan toko buku ini, berdiri di sampingku sambil merapikan beberapa buku di depannya.
Aku menatapnya dengan penuh tanda tanya. Pemuda itu tampaknya sadar aku sedang memperhatikannya.
"Eh, maaf. Saya lagi bicara ama temen saya," jawab pemuda itu seraya menunjuk semacam alat komunikasi yang menempel di telinganya.
Aku mengerjap kaget menatapnya.
"Lho?"
Pemuda itu juga ikutan kaget menatapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Balada Cinta Pertama
Short StorySetiap orang punya kisah sendiri-sendiri tentang cinta pertama. Ada yang berakhir pahit, tapi tak jarang juga ada yang berakhir bahagia. Namun beberapa orang tidak sadar, siapa cinta pertamanya? Alinea Rhea punya satu orang spesial di masa lalu, yan...