bagian pertama: pagi yang dingin.

60 8 0
                                    

mulai!


Jaemin terbangun dengan kepala yang sedikit berat. Ia teringat semalam lembur mengerjakan pekerjaannya hingga larut. Seharusnya dia bisa tidur lebih awal, namun suara-suara tidak pantas terdengar dari lantai bawah sehingga Jaemin kehilangan konsentrasi dalam mengerjakan pekerjaannya. Cih, mengingatnya membuat suasana hati Jaemin buruk. Orang gila mana yang membawa mainannya kerumah? Ya, orang gila itu adalah suaminya. Jaemin mengerang lalu meraba-raba nakas di samping tempat tidurnya, masih dengan mata yang belum terbuka sempurna.

Melepas telepon genggam miliknya dari pengisi daya, Jaemin menekan power button. Sembilan menit lagi tepat pukul tujuh. Ugh, dia agak terlambat pagi ini.

Jaemin berdiri lalu mematikan ac, membersihkan ranjangnya kemudian membuka tirai dan jendela, membiarkan cahaya matahari dan angin segar masuk agar pikirannya ikut segar. Ia segera ke kamar mandi untuk sikat gigi dan membasuh muka, memilih mandi siang nanti karena musim gugur sudah datang, artinya udara sudah mulai dingin dan mandi di pagi hari bukan pilihan yang bagus. Untungnya hari ini sabtu, ia bisa bersantai karena tidak harus pergi ke studio.

Setelah keluar dari kamar mandi, Jaemin membuka telepon genggam miliknya yang sempat berbunyi. Ternyata pesan dari bunda.

"Huft..."

Lelaki itu membuang nafas setelah membaca rentetan kalimat yang dikirimkan bunda. Setelah membalas, Jaemin keluar dari kamarnya dan memilih turun ke lantai satu untuk segera membuat sarapan.

Jaemin membuat dua lembar roti panggang dan menyiapkan semangkuk sereal, serta dua cangkir kopi untuk sarapan kali ini.

'cklek'

"Selamat pagi, Jeno. Sarapan sudah siap," sapa Jaemin tanpa mengalihkan pandangan dari roti yang sedang ia olesi dengan selai buah persik. Berusaha menjaga nada bicaranya agar terdengar ceria walaupun sumpah Jaemin sangat malas menatap orang di depannya ini. Lawan bicaranya hanya berdehem pelan lalu duduk di hadapan Jaemin, meminum kopinya sedikit lalu melahap sereal yang sudah disiapkan oleh Jaemin.

"Ayah dan Bunda akan datang hari ini dan menginap sampai besok," ucap Jaemin setelah rotinya habis. Dilihatnya sang suami nampak segar dengan rambut basah dan celana pendek putih dan kaos panjang berwarna biru.

Pasti dia sudah mandi dan mengantar mainannya pulang.

Hening beberapa saat. Kemudian lawan bicaranya menjawab setelah mangkuk serealnya kosong, "sampai disini jam berapa?"

"Siang, mungkin? Hari ini aku mau membereskan rumah sebelum mereka sampai. Aku nggak sempet belanja jadi aku pesan online dan sekitar satu jam lagi kurirnya datang," kata Jaemin menjelaskan agenda hari ini.

"Barang-barang nggak perlu dipindah. Sebagian udah di ruang kerjaku. Mungkin beberapa aja," jawab Jeno. Well, kalau kalian penasaran, seperti inilah kehidupan rumah tangga pasangan baru ini. Keduanya sudah menikah, pada musim semi, lima bulan yang lalu.

Akan tetapi sayang sekali kehidupan rumah tangga mereka tidak semulus kehidupan rumah tangga pada umumnya. Alasan bisnis menjadi latar belakang pernikahan mereka.

Jeno si dingin yang sejujurnya tidak suka terikat tetapi tidak punya pilihan karena ia mencintai perusahan yang sudah susah payah dibangun kakeknya. Sedangkan Jaemin, mengalah dan berusaha menjadi pasangan yang baik bagi Jeno. Sebab dia memprioritaskan kedamain diatas segalanya dan dia juga ingin rumah tangganya damai. Akan tetapi hidup memang tidak mudah. Suaminya gemar membawa pulang mainannya. Bergonta-ganti hampir setiap minggu. Dan Jaemin tidak tau harus bersikap seperti apa sehingga hanya berpura-pura tuli dan buta. Lagipula apasih yang diharapkan dari pernikahan bisnis seperti ini?

Jeno memilih tidur di kamar utama lantai satu alih-alih di kamar utama lantai dua, bersama Jaemin. Jaemin inginnya protes tetapi tatapan Jeno terlalu dingin dan menusuk, sehingga daripada berdebat dan membuat hari pertama pernikahan mereka menjadi suram Jaemin pun mengalah. Berpikir bahwa Jeno butuh waktu karena keduanya tidak pernah dekat sebelumnya. Tapi sekarang dia paham alasan dibalik permintaan Jeno.

Setelah keduanya menikah, Jeno naik jabatan sebagai pimpinan di anak perusahan yang dikelola oleh keluarganya. Sebelum menikah, ia menjabat sebagai kapala manajer, namun setelah menikah, keluarga Jeno mempercayakan anak perusahan yang dulunya dipegang oleh papanya dialihkan kepada Jeno. Sedangkan perusahaan utama dipegang sang papa dan kakeknya memilih pensiun. Menikmati masa tua dengan menanan bonsai. 

Jaemin sendiri memilih membangun studionya dan menjadi fotografer daripada bekerja di perusahan milik ayahnya (mungkin pemimpin selanjutnya Jisung, adiknya). Dia tidak terlalu minat pada bisnis. Masa kecilnya dihabiskan untuk menjadi pianis dan belajar bermain peran seperti bunda. Namun, bakat fotografinya muncul saat memasuki sekolah menengah atas. Sehingga Jaemin memilih ilmu fotografi untuk dipelajari lebih dalam. Dan sekarang dengan perjuangannya sendiri, Jaemin berhasil menjadi fotografer terkenal.

"Maaf ya Ayah dan Bunda tiba-tiba berkunjung, kalau Jeno nggak nyaman nanti aku tidur di sofa," ucap Jaemin sambil membereskan meja makan dan hendak mencuci piring.

"Ada acara memang?"

"Bunda dan aku berencana membangun gedung opera, mau membahas rencana pembangunan karena ayah sudah mendapat lahan," jawab Jaemin. Jeno diam memperhatikan suaminya yang sedang mencuci piring, tidak berniat membantu.

"Bukannya kamu sibuk dengan peluncuran wedding organizer-mu?" tanya Jeno. Karena beberapa minggu ini ia jarang melihat suaminya sliweran dirumah. Hanya bertemu saat sarapan saja atau kadang saat makan malam. Padahal bisanya lelaki itu bisa dibilang cukup cerewet untuk merecokinya setiap hari (dan itu sangat mengganggu Jeno yang lebih suka suasana hening).

"Gedung opera ini sudah menjadi impianku dan Bunda sejak lama," balas Jaemin singkat. Melepas sarung cuci piring miliknya, Jaemin berbalik menghadap ke Jeno yang terhalang oleh meja makan.

"Aku mau mencuci, tolong taruh keranjang pakain kotormu ke ruang cuci."

Jaemin berlalu keatas menju kamarnya. Jeno menyerngit, tidak biasanya Jaemin cuek?

'Mungkin dia lelah.'


🖋️


Eum, hi ig?
Hehe lama tidak berjumpa dan aku datang dengan buku baru :D

Semoga kalian suka terlepas dari kesalahan penulisan atau alur yang belum sempurna <3

Jangan lupa tinggalkan komentar dan tanda bintang 🌟

Peony (+ Nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang