bagian ketiga: perkara baby?

24 9 0
                                    

mulai!

  ⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Pemandangan Jaemin sibuk dengan laptop di pangkuannya adalah yang pertama Jeno dapatkan saat memasuki kamar Jaemin. Sekarang pukul sepuluh malam dan Jeno baru saja menyelesaikan pekerjaan miliknya di ruang kerja. Ayah dan bunda sudah tidur sejak pukul delapan di kamar yang biasanya Jeno gunakan
Sedangkan Jaemin memilih bekerja dengan laptopnya diatas kasur. Cukup lelah untuk sekedar duduk di kursi berhadapan dengan dua komputer dengan layar besar miliknya.
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Mengerjakan apa?" tanya Jeno sambil berjalan kearah kamar mandi. Tidak menutup pintu karena Jeno hanya sikat gigi sebelum tidur. Bunyi grasak-grusuk terdengar dari arah kamar mandi.
  ⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Yeji ngirim beberapa file untuk ditinjau."
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Lalu hening. Jaemin tidak mengharapkan jawaban karena yah, seperti itulah hubungan keduanya. Jeno tidak akan peduli dengan siapapun kecuali dirinya sendiri. Lima bulan tinggal bersama membuat Jaemin hapal diluar kepala sifat pasangannya. Bedanya, di hari biasa Jaemin akan berusaha agar obrolan tetap berjalan, tersenyum setiap berbincang dengan suaminya. Tetapi hari ini dia terlalu lelah untuk sekedar tersenyum dihadapan Jeno. Efek berdebat dengan bunda.
  ⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jeno agaknya merasa sedikit aneh, tidak biasanya Jaemin seperti ini. Maksudnya, sedikit ketus dan agak irit bicara serta tidak tersenyum.
  ⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Setelah selesai cuci muka dan gosok gigi, Jeno segera naik ke ranjang. Biasanya malam minggu begini dia pergi ke club bersama teman-temannya dan bersenang-senang atau sekedar menghabiskan waktu dengan wanita simpanannya. Tetapi karena mertuanya bertamu hingga esok hari, Jeno tidak punya pilihan selain tetap berada di rumah. Tidak buruk juga, dia bisa istirahat.
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jeno sudah akan menarik selimutnya saat Jaemin beranjak dari kasur.
  ⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Mau kemana?"
  ⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jaemin menunjukan muka bingung. "Ke sofa? Mau lanjutin ini bentar?" jawab Jaemin sedikit ragu. Agak bingung juga kenapa Jeno tiba-tiba peduli.
  ⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Lanjutin besok aja gabisa emang?"
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jaemin menggaruk kepala belakangnya, "ya bisa sih..."
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Yaudah lanjutin besok aja, udah malem. Matiin lampunya ayo tidur sekarang."
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jaemin tidak punya pilihan lain, berakhir mengalah pada Jeno dan segera mematikan laptop dan menyimpannya di meja. Setelahnya Jaemin mematikan lampu dan berjalan kearah ranjang. Keduanya pun tidur dengan saling memunggungi.
  ⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jaemin terbangun saat mendengar dering handphone. Dengan mata yang belum terbuka sempurna, ia mengambil dengan asal handphone itu.
  ⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
'baby ♥️' is calling
  ⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jaemin mengernyit, merasa tidak ada kontak bernama baby di handphone miliknya. Jaemin melirik jam dinding yang menunjukan jarum pendek di angka tiga,  membalik handphone untuk memastikan.
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
'oh, sialan. kurang kerjaan sekali wanita simpanan ini menelpon pukul tiga pagi!'
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jaemin mengernyit tidak suka lalu menatap suaminya yang nampak pulas. Tanpa pikir panjang Jaemin menekan ikon tolak dan mematikan handphone Jeno. Persetan, dia mau tidur tenang malam ini.
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Alarm Jaemin berdering tepat pukul enam. Jaemin segera bangun dan menuju kamar mandi untuk membersihkan muka dan sikat gigi. Setelahnya ia mematikan ac kemudian membuka tirai dan jendela. Tanpa banyak bicara Jaemin turun kebawah.
  ⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Selamat pagi, Nana," sapa bunda yang ternyata sedang membuat kopi di dapur. Pasti untuk ayah
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Selamat pagi, bunda. Tidur nyenyak semalam?"
  ⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Bunda tersenyum saat merasakan pelukan anak laki-lakinya. Jaemin menutup mata sambil menyenderkan kepalanya di bahu sang bunda. Nyaman sekali. Keduanya memang seperti ini, walaupun berdebat dengan heboh, pagu harinya akan berbaikan dengan alami.
  ⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Nenyak dong. Pagi ini mau sarapan apa?"
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Sandwich aja ya, bun? Rindu sandwich buatan bunda hehe"
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀
Bunda mengangguk menyetujui. Keduanya pun sibuk menyiapkan sarapan. Tidak lama kemudian terdengar derap langkah yang berasal dari tangga. Jeno, tentu saja. Tanpa banyak berkomentar Jaemin meletakkan secangkir kopi di meja makan.
  ⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Selamat pagi, Jeno," sapanya dengan senyum yang cerah. Jeno hanya tersenyum tipis membalas sapaan Jaemin.
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Bunda bangunkan ayah dulu, ya. Nana tolong bawa sandwich-nya ke meja makan, sayang."
  ⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jaemin mengangguk dan berjalan kearah counter dapur. Menata sandwich yang telah dibuat bunda ke piring besar. Jaemin berbalik hendak menuju meja makan. Tetapi saat ia berbalik dia terkejut karena Jeno tiba-tiba berada tepat didepannya.
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Astaga! Demi Tuhan, Lee Jeno! Kalau sampai sandwich ini jatuh aku mau kamu yang bertanggungjawab!" jerit Jaemin reflek sambil memeluk piring besar.
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Berbeda dengan Jaemin, Jeno masih diam di tempatnya. Menatap tajam Jaemin. Jaemin menaikkan sebelah alisnya, bingung dengan tingkah suaminya.
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Kamu butuh sesuatu, Jen?"
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jeno semakin memajukan tubuhnya. Jaemin melotot, otomatis mundur hingga tubuhnya menempel dengan counter. Jaemin merasa terintimidasi.
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Kamu yang mematikan panggilan tadi malam?" tanya Jeno dengan tatapan tajamnya.
  ⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jaemin mengerutkan keningnya.
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀
"Panggilan?"
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jeno tidak menjawab dan tetap memberikan tatapan tajamnya kepada Jaemin.
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀
"Oh maksudmu panggilan dari 'baby'?" tanya Jaemin dengan menekan kata baby, seolah menyindir suaminya.
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Memang kenapa? Baby-baby itu menelpon pukul tiga pagi, wajar kalo aku menolak panggilannya, kan?"
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Mempertahankan tatapan tajamnya Jeno menjawab, "jangan lancang, Jaemin. Jangan melewati batasmu."
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Tatapan Jaemin meredup. Hatinya berdenyut serasa diremas, ngilu.
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
'pasangan mana yang melewati batas ketika menolak telepon selingkuhan pasangannya? Kamu yang melewati batas, Jeno.'
  ⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Sayang sekali Jaemin hanya berani membatin. Alih-alih menyuarakan, Jaemin justru menjawab, "Kamu tidak bangun Jeno. Aku merasa terganggu. Kamu mau aku menjawab panggilan 'baby' itu? Aku capek banget, aku pengen istirahat dengan tenang memang nggak boleh ya?"
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jeno masih bertahan di posisinya. Kurang suka dengan nada bicara Jaemin saat menyebut baby. Keduanya masih bertukar tatapan. Jeno dengan muka dingin dan tatapan menusuk, Jaemin dengan matanya yang redup.
  ⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Pasangan anak muda ini, bermesraan tidak tau tempat."
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Suara Ayah memecah keheningan membuat Jeno dan Jaemin terkejut. Jaemin sontak mendorong Jeno dengan tangan kirinya. Jaemin berdehem dengan canggung lalu segera berjalan kearah meja makan dengan piring besar ditangannya, meninggalkan Jeno yang masih diam di tempatnya.
  ⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Tunda bermesraanya, anak muda. Kita butuh sarapan. Jeno tolong ambilkan piring di depanmu, ya," ucap Bunda sambil mengambil dua cangkir kopi untuk dibawa ke meja makan.
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀
Setelah siap mereka segera sarapan. Suasana sarapan kali ini hangat karena ayah dan bunda yang mencairkan suasana. Ayah sesekali melempar godaan kepada Jeno dan Jaemin. Terlebih karena insiden (yang sebetulnya kesalahpahaman belaka) tadi.

'romantis apanya, nggak tau aja menantunya tukang selingkuh,' batin Jaemin kesal, diam-diam memutar bola matanya.

  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
🖋️

Um, hello?
Maaf ya telat update hehe
Jangan lupq tinggalkan komentar dan bintang <3

Peony (+ Nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang