bagian kelima: haechan dan renjun

30 11 1
                                    

mulai!

  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

Jam makan siang kali ini Jaemin habiskan di studio miliknya. Dia baru saja menyelesaikan pemotretan tepat lima belas menit yang lalu. Pemotretan dengan model-model yang sama dijadwalkan pukul dua nanti, masih banyak waktu untuk istirahat.
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀
Jaemin minum americano yang  dibelikan salah satu pegawainya tadi. Rencananya, Haechan dan Renjun, sahabatnya, akan menghabiskan jam makan siang bersama di studio Jaemin. Mereka yang akan membawakan makanan untuk Jaemin.
  ⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jaemin memejamkan matanya dan bersandar di sofa  yang disediakan di ruangannya. Kakinya dinaikkan ke meja agar lebih rileks. Ruangan pribadi milik Jaemin cukup luas. Ada dua komputer dan meja yang diatasnya terdapat kamera-kamera yang biasa Jaemin gunakan untuk bekerja. Ada lemari kayu di sudut ruangan yang memajang koleksi kamera kuno milik Jaemin. Ruangan dengan tema unfinished look dominan warna coklat ini juga dilengkapi beberapa tanaman di pot besar dan jendela yang juga lumayan besar meskipun sinar matahari tidak masuk langsung ke dalam. Sofa yang disediakan juga cukup nyaman dan besar. Jaemin membuat studio ini senyaman mungkin karena dia telah menganggap studio ini sebagai rumah keduanya. Seperti sekarang, Jaemin tertidur sambil menunggu kawan-kawannya datang. Mengistirahatkan tubuh sejenak sebelum menghadapi duo Haechan Renjun yang berisik. Fisiknya terlalu lelah karena pekerjaan yang menumpuk. Mungkin Jaemin harus berlibur sendirian seperti biasanya agar tubuh dan pikirannya segar kembali.
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀
Dua puluh menit kemudian pintu ruangganya diketuk oleh pegawainya. Jaemin sontak terbangun dan menjawab  "Ya masuk saja," dengan suara seraknya. Sepertinya kopi tidak cukup membantu untuk membuatnya terjaga. Tapi tidak buruk juga tidur siang selama dua puluh menit.
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Kak ini ada Kak Renjun dan Kak Haechan datang," ucap pegawai Jaemin. Jangan heran, seluruh pekerja di studionya memang sangat dekat dengannya (bahkan dengan Haechan dan Renjun juga). Maka dari itu tidak ada formalitas diantara mereka, Jaemin menganggap semuanya keluarga.
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Euumm. Suruh masuk sini aja," jawab Jaemin sambil membenahi posisi duduknya.
  ⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Haechan dan Renjun memasuki ruangan Jaemin tidak lama setelahnya. Keduanya duduk di sofa dan menaruh beberapa bungkusan ke meja.
  ⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Nih, Na. Kita beli salad sama tteokbokki," ujar Haechan sambil membuka bungkusan yang ia bawa.
  ⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jaemin pun membantu Haechan mengeluarkan makanan dari paper bag dan membukanya satu per satu. "Yuk makan, laper bangeeet," keluh Haechan.
  ⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Kapan sih Lee Haechan nggak laper? Nggak mungkin kayaknya," cibir Renjun. Haechan memutar bola matanya bosan. "Yaudah sih emang waktunya makan siang"
  ⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jaemin terkekeh sambil geleng-geleng. Malas melerai, justru cekcok antara Haechan dan Renjun seperti ini hiburan baginya. Ketiganya makan dengan heboh. Seperti Haechan yang dengan jahil mengambil ayam di salad Renjun sehingga Renjun marah-marah, atau Renjun yang diam-diam menukar americano Jaemin dengan americano milih Haechan sehingga saat Haechan minum dia berteriak histeris karena lidahnya seperti mati rasa.
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀
"Demi Tuhan, Na Jaemin. Katanya kamu nggak minum ramuan americano itu lagi? Katanya udah beralih ke americano yang biasa? Ugh, kalo kamu sampai sakit lagi gara-gara kopi rasa ban mobil itu aku nggak bakal mau menjengukmu!" omel Haechan sambil memakan tteokbokki agar rasa pahit di lidahnya hilang. Renjun sang tersangka tertawa dengan puas.
  ⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Baru hari ini kok. Kemarin aku lembur ngurus wo sama si Yeji soalnya hari ini dapet proyek pemotretan buat rookie agensi LSM. Makanya aku kurang istirahat jadi minum itu lagi deh," jelas Jaemin tenang, matanya masih tertuju ke salad yang ia makan.
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀
"Makin sibuk ya?" tanya Renjun sambil menyuap tteokbokki.
  ⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Hu'um. Apalagi bunda kemarin dateng ke rumah terus bahas pembangunan gedung baru. Jadi makin capek."
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Jadi bikin gedung opera tahun ini?"
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀
"Tahun ini sih, tapi rencana berubah. Bunda malah minta bangun pusar seni ketimbang gedung opera. Katanya lebih efisien, bisa buat ngadain pameranku juga. Tapi ya gitu persiapannya makin ruwet, malah aku harus ngelibatin Jeno," ujar Jaemin.
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Oh iya, ngomong-ngomong gimana tuh hubunganmu sama suamimu?" tanya Haechan sambil mencomot minuman Renjun. Jaemin mengambil jeda sebelum menjawab, bersiap-siap mengeluarkan kekesalannya terhadap pasangannya ke Renjun dan Haechan.
  ⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Akhir-akhir ini agak buruk. Lima bulan aku bersabar berusaha menjadi pasangan yang baik walaupun dia sering pulang bawa cewek-cewek nggak jelas, tapi beberapa hari terakhir dia jadi banyak tingkah."
  ⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jaemin menghela napas sebelum melanjutkan, "maksudku aku nggak minta rumah tangga yang harmonis seperti harapan ayah bunda dan mertuaku,  aku sadar diri ini cuma bisnis, tapi aku pengen dia bisa bekerja sama dan menjadi partner yang baik. Dia kemarin marah ke aku karna aku menolak panggilan ceweknya jam tiga pagi saat dia tidur dikamarku karna ayah bunda berkunjung, lalu semalam dia marah karena aku telat pulang. Malah dia menuduhku selingkuh dengan Hyunjin kembarannya si Yeji. Padahal dia sendiri yang bilang pernikahan kami cuma pura-pura."
  ⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Orang gila," komentar Renjun. Matanya berapi-api mendengar curhatan Jaemin. Dia sudah sejak lama tidak menyukai Jeno karena Jaemin bercerita kalau keduanya pisah ranjang dan bahkan Jeno membawa wanita pulang untuk melakukan hal tidak senonoh di rumah. Bajingan, setidaknya dia bisa menyewa hotel untuk melakukan hal menjijikan seperti itu ketimbang membawa pulang selingkuhannya. Tidak bermoral!
  ⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Kalau dia suka membawa jalang ke rumah berarti dia tidak punya hak marah kalaupun kamu beneran selingkuh. Dasar lelaki bodoh tidak tau malu. Kalau aku jadi kamu, Na, akan kudobrak kamarnya saat sex dengan jalangnya dan kupukul kepala mereka dengam tongkat bisbol."
  ⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Haechan menghela napas mendengar amukan Renjun. "Yasudah, Na. Kamu ngomong aja ke dia, bikin kesepakatan agar batasan diantara kalian tuh jelas," nasihat Haechan. Meskipun Haechan sangat jahil, tapi dia lebih pandai mengontrol emosi ketimbang Renjun.
  ⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jaemin manggut-manggut mendengar nasihat Haechan.
  ⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Renjun menyahut, "Kalau aku sih lebih setuju kamu cerai dari laki-laki itu, Na."
  ⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jaemin menggeleng pelan. Meletakkan sumpitnya lalu menyeruput americano-nya. "Saat ayah dan bunda minta aku nikah sama anak rekan bisnisnya, aku udah tau kalau akhir dari pernikahanku bakal kaya gini, Jun. Mungkin bisa cerai, sih. Tapi tidak dalam waktu dekat. Aku butuh dia untuk bantu pembangunan pusat seni, walaupun sebenarnya aku nggak mau, juga orang tua kami masih dalam euforia penyatuan keluarga. Mereka bahkan minta cucu."
  ⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Haechan menatap Jaemin dengan pandangan kasihan, malang sekali anak ini harus terjebak di pernikahan penuh kepalsuan.
  ⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Yasudah kamu pikirkan masukanku tadi. Lebih baik kamu fokus di pekerjaanmu daripada memikirkan suamimu."
  ⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jaemin mengangguk paham. Benar yang dikatakan Haechan, lebih baik dia fokus pada mimpinya ketimbang memikirkan pernikahan konyolnya.
  ⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Dan jangan terlalu baik padanya, Na. Kamu juga laki-laki. Kamu harus tegas. Berhenti menjadi Na Jaemin yang naif atau aku pukul kepalamu," ancam Renjun. Haechan tergelak melihat rupa lucu Renjun saat mengamuk.
  ⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Lucuuuu, bagaimana kalau kamu menikah denganku saja?" usul Haechan sambil mencubit pipi Renjun dengan keras yang langsung dihadiahi pukulan oleh yang lebih kecil.
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Dalam mimpimu, bodoh!"
  ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀



🖋️

Hey, gimana? Kalian dapet feel-nya nggak? Kasih tau aku ya kalau ada yang kurang atau kalau ada kesalahan :D jangan lupa bintang dan komentar <3

Peony (+ Nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang