bagian keempat: memang kita selalu berpura-pura, kan?

26 9 0
                                    

mulai!


Jaemin menuruni tangga dengan cepat. Ada laptop ditangan kanan dan ipad ditangan kiri. Di bahu kanannya ada tote bag dengan kertas-kertas yang menyembul dengan berantakan. Jaemin meletakan semua barangnya di meja makan, ia lalu mengambil gelas kosong lalu mengisinya dengan air, meminum dengan tidak santai.
  ⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Kertas-kertas dari tas dikeluarkan untuk ditata ulang. Setelahnya Jaemin memasukkan latop miliknya.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Seperti ada yang kurang, tapi apa ya?" guman si surai biru. Dia nampak berdiam diri sambil pikirannya melayang, mengingat apa yang kurang.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Ah iya! Handphone-ku!"
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀
Dengan begitu Jaemin meninggalkan ipad yang belum sempat ia masukkan kedalam tas dan berlalu menaiki tangga dengan tergesa-gesa, menuju ke kamarnya. Di keadaan seperti ini Jaemin menyayangkan kenapa dia memilih kamar atas ketimbang kamar bawah.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀
Jeno yang mendengar ribut-ribut dari luar kamarnya terbangun. Merenggangkan ototnya, Jeno keluar dari kamar tanpa mencuci muka dan menyikat gigi.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Oh kamu sudah bangun, Jen?" sapa Jaemin sambil menuruni anak tangga dengan setengah berlari. Dilihatnya Jaemin sudah rapi menggunakan kemeja putih dengan kerah v dan celana jeans. Rambut birunya hanya disisir seadanya dan dia masih menggunakan sandal rumah berwarna merah muda dengan telinga kelinci.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀
"Hari ini kamu buat sendiri sarapan ya?" kata Jaemin saat sudah berada di meja makan. Jeno mendekat dengan alis berkerut. Tidak biasanya Jaemin meninggalkan rumah tanpa sarapan.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀
"Kamu marah karna kemarin sampai tidak membuat sarapan? Wow."
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Tangan Jaemin yang sedang memasukkan ipad ke tas terhenti karena ucapan ( yang menurut Jaemin) menyebalkan Jeno.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀
"Marah? Ya, seharusnya aku punya waktu untuk itu. Tapi sayangnya aku terlalu sibuk sampai aku tidak punya waktu untuk memikirkan baby baby-mu itu. Aku terlambat bangun dan memiliki pertemuan setengah jam lagi dengan klien," jawab Jaemin sarkastik. Biasanya dia tidak pernah ngomel seperti ini ke Jeno, tapi dua hari ini dia sedang sensitif dan Jeno berubah menjadi agak menyebalkan.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Lagipula apa susahnya sih menuangkan sereal dan susu di mangkok?" lanjut Jaemin sedikit kesal.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jeno mengendikan bahunya lalu berjalan kearah dispenser untuk mengisi gelasnya dengan air.
⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Lagipula kalaupun aku mau marah aku akan lakukan saat kamu membawa selingkuhanmu masuk ke rumah ini," sindir Jaemin dengan nada yang sengaja dipelankan.
⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Apasih yang kamu harapkan dari pernikahan bisnis seperti ini? Kita hanya berpura-pura, Jaemin."
⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jaemin menghela napas, malas berdebat dengan Jeno. Dia menutup resleting tas miliknya lalu minum. Tepat saat itu handphone milik Jaemin berdering dengan nama Yeji di layarnya. Jaemin langsung mengangkat telpon dari rekannya itu.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Halo, Yeji. Aku sudah mau berangkat, tenang saja," ucap Jaemin bahkan sebelum Yeji berbicara. Mengantisipasi kalau Yeji ngomel karena sampai sekarang Jaemin belum menampakkan batang hidungnya di kantor wedding organizer miliknya.
⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Chill, bro. Aku cuma mau bilang Hyunjin menjemputmu dirumah karena dia mau ke kantor. Ipad-nya terbawa di tasku padahal dia sedang butuh. Karna kamu tadi bilang bakal telat jadi aku minta Hyunjin jemput kamu sekalian," jelas Yeji. Jaemin menghela napas lega, dia aman dari omelan panjang lebar Yeji.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀
"Oh, oke. Aku juga sudah siap. Hyunjin sudah berangkat, kan?"
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Dia sudah di depan rumahmu malah. Makanya aku menelpon, dia tidak punya kontak-mu."
⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Hah! Serius? Oke aku keluar sekarang."
⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Hm. Hati-hati, aku sudah pesan americano untuk kamu. See you."
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀
Setelah sambungan terputus Jaemin memasukan handphone miliknya kedalam tas kemudian meraih apel merah di meja makan untuk mengganjal perutnya. Sambil memakan apel-nya Jaemin berlari kearah depan dengan tergesa-gesa.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀
"Jeno aku pergi dulu, mungkin pulang telat. Aku akan pulang saat makan malam. Bye!"
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀
Jeno hanya mengangguk malas dan menatap punggung Jaemin yang hilang dibalik pintu.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀
🖋️
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Aku pulang"

⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jaemin melepas sepatunya dan mengganti dengan sandal rumah. Berjalan terseok-seok, hari ini sangat melelahkan baginya. Seharian dia dan Yeji pergi kesana-kemari untuk mencari partner kerja sama. Dari percetakan untuk undangan, butik, dan masih banyak lagi.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Diantar siapa?"
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀
Alih-alih menjawab sapaan Jaemin, Jeno justru melempar pertanyaan kepada suaminya. Jaemin melirik Jeno yang (tumben) sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya di ruang keluarga.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Hyunjin."
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀
"Ah, laki-laki yang menjemputmu tadi pagi. Pacarmu, ya?"
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀
Jaemin agak terkejut dengan ucapan ngawur suaminya.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Ngawur. Walaupun pernikahan ini nggak jelas tapi aku nggak selingkuh."
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀
Jeno diam saja dan memilih melanjutkan pekerjaan miliknya.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀
"Lagipula kenapa tiba-tiba peduli, sih?" guman Jaemin pelan. Dia mendudukkan dirinya di kursi ruang makan lalu menidurkan kepalanya di meja makan. Menikmati rasa pegal di sekujur tubuh dan kepala yang berdenyut karena kelelahan.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀
"Katakan pada seseorang yang bilang akan pulang pada jam makan malam tapi baru pulang dua jam kemudian."
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jaemin menegakkan tubuhnya, alisnya menukik tidak suka.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Astaga... Kenapa sih, Jeno? Kamu tinggal makan diluar atau pesan saja. Kamu juga bisa pergi makan dengan siapapun itu aku nggak peduli. Kamu pun sering pulang tengah malam atau bahkan pagi hari dan aku nggak pernah protes?"
⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Tapi aku tidak ingkar janji, Jaemin."
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jaemin gondok. Dia terlalu lelah untuk menanggapi suaminya yang akhir-akhir ini cerewet. Mengibaskan tangannya dan berkata, "terserah."
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀
"Cih, kamu bicara seolah-olah aku yang salah. Padahal mamu sendiri pergi dan pulang diantar laki-laki lain. Ingat Jaemin. Kamu sudah menikah."
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀
Jaemin berdiri dari duduknya, tidak tahan dengan ocehan suaminya yang daritadi terkesan sengaja memancing emosi.
⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Aku cuma diantar saudaranya Yeji. Jangan bicara seolah-olah aku telat pulang karna selingkuh! Menikah, your ass? Kamu yang harus ingat Jeno. Kamu yang tidak bisa menjaga sikapmu sebagai pasanganku. Aku sudah bersabar begitu lama tapi kamu semakin menjadi-jadi. Sebenernya yang melewati batas itu aku atau kamu?"
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jeno terkejut karena baru kali ini Jaemin meninggikan nada bicaranya saat bicara padanya. Jaemin dengan kasar menggeser kursi yang ka duduki lalu berlalu kearah tangga untuk menuju kamarnya.
⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Sebelum menaiki anak tangga pertama, Jaemin berbalik dan menatap Jeno tepat dimatanya dengan wajah memerah karena emosi.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Apasih yang kamu harapkan dari pernikahan bisnis seperti ini? Kita hanya berpura-pura, Lee Jeno." ujar Jaemin menirukan kalimat yang Jeno lontarkan kepadanya tadi pagi.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀
Jeno tidak bisa menjawab apapun dan hanya diam di tempatnya.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

🖋️

Hihi double update :D

Peony (+ Nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang