Bab 2

24 2 5
                                    

"Tuh cewek telat lagi?" tanya Davi

"Gila sih si Naqeela telat mulu. Ga cape apa ya dihukum gitu" ucap Ican

"Iya ih kasian dedeq gemes gue"

"Yeee modus!"

"Yeee iri aja jomblo"

Itu adalah suara Arjun. Playboy kelas kakap yang sering menggoda murid perempuan. Dengan wajah manisnya Ajun menyengir kuda menatap teman-temannya

Arjuna Dewantara. Anak terakhir dari 5 bersaudara. Rambut nya yang sedikit ikal dengan wajahnya yang manis membuat ia sering menggoda murid-murid perempuan dengan senyuman nya

"Yeee pakboi. Kaya gue dong setia!" kata Ican.

Irzan membanggakan dirinya yang tidak seperti Arjun. Ia bangga dengan ke jombloan nya.

"Lo mah, WIBUUU!!" jawab Ajun sambil tertawa.

Itu adalah salah satu alasan Irzan senang menjomblo.

Dia Irzan Lukito. Tidak kalah manis dari Ajun. Hidungnya yang mancung membuatnya terlihat sempurna dengan lesung di pipinya. Selain karena wibu, alasannya tetap memilih menjadi jomblo karena ia tidak ingin pacaran. 'Ribet, nanti kalo putus pasti musuhan' itulah kira-kira katanya

"Daripada berisik mending liatin tuh cewek jangan sampe kabur" suruh Radja

"Lo mau kemana?" tanya Bian

Cowok cuek yang sangat malas sekali untuk berbicara. Albian Ahnaf, sering dipanggil Bian atau 'bi'. katanya, biar kaya manggil pacar. Kira kira sebutan itulah yang diberikan oleh Ajun padanya. Raut muka nya yang tenang tetapi acuh membuat murid perempuan di SMA Alastar penasaran dengan dirinya.

"Beli minum" jawab Radja lalu pergi

"Kurang ajar emang. Untung ketos. Kan gaenak ditinggalin gitu aja!" ucap Davi dengan wajah memelas

"Dasar sadboy!" ucap Ajun, Ican dan Bian bersamaan.

Ya! Davi adalah Sadboy. Davian Putra Maladewa anak pertama dari keluarga Maladewa itu adalah seorang sadboy. Tetapi Jangan salah. Jiwa sadboy nya bisa berubah jika sudah berurusan dengan Ajun. Tingkah nya yang absurd membuatnya nyambung jika sudah bertemu.

"Engga kok kan ada bian, iya ga bi?" ucapnya menggoda Bian

"Najis" jawabnya dengan muka jijik

Naqeela berdecak sebal. Dirinya sangat lelah jika disuruh hormat seperti ini. Ia merasakan tangannya mati rasa. Tatapan nya yang sinis membuat beberapa siswa yang melewati nya berbisik membicarakan nya

"Apa lo liat-liat?"

"Santai aja dong lo adek kelas!"

"Sukurin lo dihukum! Biar tau rasa" ucap kakak kelasnya. Sudah dipastikan mereka berdua berteman.

"Iya nih dirasain kok KAK!" Ucapnya ngegas seraya meledek

"Sini lo kalo berani"

"Aduh ampun, Kak. Gaberani saya sama orangtua"

"Eh salah, Yang lebih tua maksudnya" lanjut nya sambil menutup mulut menahan tawa

Sedangkan dua kakak kelasnya itu menahan marah

Mereka adalah kakak kelas yang tadi melihatnya dan menanyakan nya saat upacara. Berisik sekali mereka ini. Padahal Naqeela saja tidak pernah mengganggu nya.

Setelah membeli minuman Radja menghampiri ke empat temannya. Ia memperhatikan Naqeela dari kejauhan.

"Kenapa?" Tanya Radja

RaqeelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang