chapter 3

42 17 15
                                    

***

Hari ini jadwal pelajaran fisika dan ini merupakan salah satu pelajaran yang Anna suka. 5 menit sebelum pelajaran dimulai bel berbunyi, Anna memasukkan novel yang ia baca kedalam tas kemudian mematikan smartphonenya. Sita juga melakukan hal yang sama agar tidak mengganggu pelajaran. Mereka termasuk siswi yang disiplin, sebisa mungkin mereka akan menaati peraturan di sekolah.

Sesekali Anna menatap Sita yang masih kesal dengannya tapi Sita terus memalingkan wajahnya. melihat tingkah Sita Anna hanya terkekeh.
"Yakin bisa gak negur aku seharian?" celetuk Anna yang membuat Sita sedikit menoleh.
"Bisalah, sampai habis 5 kalender juga bisa" Balas Sita sambil membelakangi Anna.

Anna langsung memeluk sahabatnya itu "maafin Anna ya, pleaseee" Ucap Anna dengan nada memohon kepada Sita.
"Yang tadi bener-bener gak disengaja, Anna gak tau kalian dateng dan mau ngagetin" Anna berusaha menjelaskan kepada sahabatnya itu agar berhenti kesal walaupun ia tahu Sita tidak benar-benar kesal padanya.
"Sitaaa... Maafin Anna ya" Pinta Anna pada Sita, namun Sita samasekali tidak menggubrisnya.
"Jangan ngambek lagi, maafin ya." Lagi-lagi tidak ada respon dari Sita Anna perlahan-lahan melepaskan pelukannya dari Sita, tapi  tiba-tiba Sita berbalik dan memeluk Anna kembali.

" Gue gak bener-bener marah Ann, makanya jangan nakal" Bisiknya memperingati Anna yang dibalas dengan anggukan dan senyuman hangat khas Anna yang tidak akan bisa membuat lawan bicaranya tidak ikut tersenyum melihatnya.

Sungguh Sita seperti penyelamat bagi Anna. Saat biasanya Anna hanya sendirian sekarang ada Sita ia tidak lagi duduk sendirian, berjalan sendirian bukan dijauhi tapi ia sendiri yang memberi jarak. Ia merasa sangat berbeda dengan teman-temannya karena itu ia menjadi tertutup. Ketika yang lain sibuk menceritakan kegiatan mereka sepulang sekolah Anna tidak tau akan menceritakan apa, yang ia lakukan disekolah dan di rumah tidak jauh berbeda, tak ada hal istimewa yang ia lakukan. Dan alasan paling besar mengapa ia tak mudah bergaul dengan orang lain karena terlalu banyak peraturan yang mengikatnya, ia tak ingin harus menjelaskan situasi yang sering kali disepelekan orang lain. Tapi, Sita berbeda, tak pernah sekalipun ia menyuruh Anna melawati batas yang tidak ingin Anna lewati.

"Assalamu'alaikum"
Terdengar suara laki-laki paruh baya dari balik pintu membuat Anna dan Sita terkejut lalu melepaskan pelukan mereka.

"Wa'alaikumussalam" Jawab murid-murid didalam kelas dengan serempak.
Beliau adalah Pak Alwi seorang guru fisika.

"Bagaimana kabar kalian hari ini"

"Baik Pak" Balas mereka serempak

"Baiklah, silakan kumpulkan tugas yang bapak berikan minggu lalu" Ucap pak Alwi.

Mereka segera mengumpulkan tugas, namun ada beberapa murid yang terlihat gelisah karena lupa mengerjakan tugas.

"Apakah ada yang tidak mengerjakan tugas? "  Tanya pak Alwi.

Lalu beberapa murid mengangkat tangan mereka.

"Silahkan Ardi, Ratih, luna, sari dan riska berdiri didepan lalu ketua kelas silahkan ambil buku paket di perpustakaan!" Perintah pak Alwi.

"Baik Pak" Jawab ketua kelas."Ann ayo!"
Anna keluar mengikuti sang ketua kelas.

Dari luar kelas terdengar suara teman-temannya tertawa entah apa yang Pak Alwi lakukan pada mereka. Beliau memang terkenal tegas tapi bukan dengan kekerasan. Beliau punya cara efektif untuk membuat murid-muridnya jera. Pernah satu kali Anna melawati ruang kelas XII untuk mengumpulkan tugas keruang guru, tapi pak Alwi memanggilnya masuk.

"Anna sini!"
"Iya Pak" Jawab Anna
"Ini kakak kelasnya ada yang mau ngomong." Jelas pak Alwi pada Anna sambil menunjuk laki-laki yang berdiri itu.

"Ayo silahkan "ucap pak Alwi pada sang kakak kelas yang sama sekali tidak ia kenal.

Anna tentu saja bingung dan tidak mengerti dengan situasi yang ia hadapi. Semua mata tertuju pada mereka yang berdiri didepan kelas dan ia merasa sangat canggung.

"Anna" Ucap sang kakak kelas
"Iya kak" Balas Anna
"Kamu tau gak? "
"Gak. Kan kakak belum ngomong" Jawab Anna dengan polos.
Seisi kelas itu tertawa melihat reaksi Anna.
Tentu saja itu membuat Anna sangat malu, ia melihat hal yang sama juga dialami oleh laki-laki yang berdiri dihadapannya.

"Ayo silahkan dilanjutkan!" Kata pak Alwi pada muridnya yang terlihat sangat gelisah dan malu itu.

"Anna ... tau gak, kita itu seperti dua magnet yang didekatkan. Lalu Aku adalah kutub utara dan kamu kutub Selatan" Ucapnya pada Anna dengan wajah tertunduk, ia tak berani menatap Anna.

"Maksud kakak saling tarik menarik gitu?" Tanya Anna pada laki-laki itu.

Mendengar pertanyaan Anna lagi-lagi seisi kelas itu langsung tertawa sambil bertepuk  tangan.

Sang kakak kelas hanya mengangguk sebagai tanda membenarkan  pertanyaan Anna.


Pak Alwi tersenyum melihat reaksi Anna yang kebingungan.
"Anna terimakasih ya sudah membantu bapak memberi pelajaran." Kata pak Alwi pada Anna.

"Sama-sama pak" Ucap Anna yang sama sekali tidak paham dengan apa yang dia alami.
"Anna pamit ya pak, mau nganterin tugas" Ucap Anna sambil bersalaman dengan pak Alwi
"Iya silahkan." Balas pak Alwi sambil tersenyum pada Anna

Saat keluar dari kelas itu ia mendengar pak Alwi memperingati muridnya, ternyata kakak kelasnya itu sedang dihukum karena tidak mengerjakan tugas. Ia diminta merayu siapapun siswi yang lewat di depan kelasnya dengan syarat rayuannya harus berkaitan dengan pelajaran dan sialnya Anna lewat diwaktu yang tidak tepat.

Tanpa sadar Anna tersenyum mengingat kejadian itu
"Hey Anna kenapa? Kok senyum?" Tanya sang ketua kelas.

Namanya Yeni, dia menjadi ketua kelas karena ditakuti seisi kelas. Ia kadang-kadang usil tapi tak ada yang berani melawan terlebih lagi jika moodnya sedang tidak baik tidak ada yang berani bertingkah didepannya.

Belum sempat Anna menjawab pertanyaannya dia kembali bertanya
"Abis ditembak ya, makanya senyum-senyum ga jelas" Ucapnya menggoda Anna.
"Ga lah" Balas Anna dengan cepat.

"Yakin... Aku ga bakal cerita ke siapa-siapa kok, janji" Ucapnya sambil mengangkat jari kelingkingnya .

"Yen... Pertama aku ga ditembak, kedua kalaupun ia aku gak akan cerita karena aku gak percaya walaupun kamu udah berjanji." Jelas Anna.

"Jahat banget kamu Ann." Ucapnya dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat.

Anna hanya tertawa mendengar Yeni.
"Becanda yen... Yok ah cepet nanti pak Alwi marah" Ucap Anna pada Yeni.

Anna dan Yeni bergegas menuju perpustakaan. Mereka berlari menyusuri koridor itu sambil berpegangan tangan.
Yeni seolah mengerti setiap berjalan bersama Anna ia tak pernah lupa menggandeng tangan Anna, mungkin karena ia selalu melihat Sita melakukan itu  ketika berjalan bersama Anna.

***

Undefined (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang